I Love You More Than You Know
Sebari
menunggu ayahnya di lobi Amanda bermain game Flappy Bird di smartphonenya. Hari
ini dia ada janji dengan ayahnya untuk jalan-jalan keliling Barcelona. Tapi
karena ayahnya adalah orang sibuk Amanda diminta untuk datang ke kantor
ayahnya. Garcia Group, begitulah nama kantor ayahnya. Ayahnya adalah
seorang pemilik TV swasta yang sedang melejit di Spanyol. Dan sekarang
disinilah Amanda, di lobi yang banyak sekali orang lalu lalang.
Amanda
sudah tidak tahan menunggu ayahnya di lobi. Dia juga sudah bosan bermain game
di smatrphonenya. Lalu jari mungilnya itu memijit tombol quit dan menuju kontak
ayahnya. Awalnya Amanda ingin menelepon ayahnya dan menyuruhnya untuk
menyelesaikan pekerjaan secepatnya tapi dia mengurungkan niatnya. “Lebih baik
aku ke kantin saja,” ujarnya.
Banyak
orang yang bersikap baik kepada Amanda. Maklumlah dia anak dari Garcia Group. Salah satu orang yang sangat baik kepada Amanda adalah Maria, dia
adalah wanita bertubuh gempal yang berjualan di kantin.
“Amanda,” ujar Maria sebari
memeluk Amanda, “hai Maria,” “sejak kapan kau datang ke Barcelona, sayang?,”
Amanda melepaskan pelukan Maria dan menjawab, “sebenarnya sudah lama, tapi aku
baru berkunjung ke sini,” “pasti kau sibuk melukiskan kan?,” tanya Maria sebari
membuatkan minuman kesukaan Amanda, Milkshake. “Si,” jawab Amanda sebari duduk. Sambil menyodorkan minuman kepada
Amanda, Maria menarik kursi sehingga mereka kini berhadapan. “Adakah lelaki
yang sudah merebut hatimu, sayang?,” tanya Maria genit. Amanda hanya tersenyum dan
meminum milkshakenya. “Aku tau
jawabannya iya kan?,” Amanda tersenyum kembali. Maria sangat excited mendengar sudah ada lelaki yang merebut hati Amanda. “Ceritakan kepadaku, apakah dia
orang sini?, atau orang Indonesia?,” “dia orang sini, Spanyol,” ujar Amanda
malu-malu.
Maria
tampaknya senang mendengar bahwa Amanda sudah jatuh cinta. Dari dulu Maria
sangat greget dengan Amanda lantaran dirinya tak pernah membuka hatinya
untuk seseorang. Pedahal dirinya sangat
cantik dan kaya, dan lelaki mana yang tidak ingin menjadi pacar Amanda pastinya
banyak sekali yang mengantri untuk menjadi pacar Amanda. Tapi, dulu bila
ditanya oleh Maria apakah sudah ada yang merebut hati Amanda, Amanda selalu
berkata, “aku akan focus kuliah dan melukis dulu Maria,” dan kali ini
jawabannya sudah. Betapa Maria senang mendengarnya.
“Ah sayang,
itu jawaban yang aku tunggu-tunggu selama ini. terimakasih Tuhan telah
melesatkan panah cupid pada Amanda,” Amanda mendongak dan tertawa, “siapa nama
lelaki itu Amanda?, apakah dia tampan?,” Amanda tersenyum kembali dan Maria
tertawa melihat Amanda yang sedang jatuh cinta ini. “Jelas dia sangat tampan
kan?, setampan apa?, ayolah Amanda ceritakan padaku tentang orang yang kau
sukai itu,” ujar Maria penasaran. “Dia seorang yang baik, murah senyum,
menyenangkan dan yang pasti apa adanya. Dia juga seseorang yang hebat. Taukah
Maria?, aku sangat nyaman bila didekat orang itu walaupun hatiku selalu bergetar
dibuat olehnya dan juga aku selalu ingin bertemu dengannya,” cerita Amanda
sebari menerawang, “apakah ini yang dinamakan jatuh cinta Maria?,” tanya Amanda
polos. “Iya sayang,” ujar Maria tersenyum hangat. “Tapi, aku tidak tau apakah
dia mempunyai perasaan yang sama padaku atau tidak Maria,” “kalau begitu,
tanyakan saja,” “Maria yang benar saja!,” ujarnya dan merekapun tertawa.
***
Dia seorang
yang baik, murah senyum, menyenangkan dan yang pasti apa adanya. Dia juga
seseorang yang hebat, entahlah apakah orang yang dimaksud Amanda adalah
dirinya?. Alex sudah lama menguping pembicaraan Amanda dengan wanita gempal
yang dipanggil Maria tersebut. Dan pikirannya dibuat bertanya-tanya siapakah
orang yang Amanda maksud, tapi Alex sadar tidak perlu jauh jauh mencari
jawabannya, siapa orang yang dimaksud oleh Amanda adalah kakaknya sendiri,
Marc. Rasanya cintanya untuk Amanda harus bertepuk sebelah tangan. Tapi jika
Alex memperjuangkan cintanya tersebut, dia harus berhadapan dengan kakaknya
sendiri, tapi dia tidak ingin bersaing dengan kakaknya soal urusan cinta, Alex
sudah kalah telak dibuat olehnya. “Aku akan terus menyukaimu, walaupun kau
nyatanya menyukai kakakku, karena aku menyukaimu lebih dari yang kau tau,”
gumam Alex sebari membalikan tubuhnya meninggalkan Amanda.
Langkahnya
terhenti. Ternyata Amanda sudah menyadari kehadiran Alex. “Alex, sedang apa kau
disini?,” tanya Amanda menghampiri Alex. “Aku sedang menemani Marc yang sedang
wawancara,” ujar Alex. Rasanya malas menyebutkan nama Marc dihadapan Amanda,
pasti ekspresi Amanda akan senang dan kesenangan itu membuat hati Alex
tercabik-cabik. Andai aku berani
mengungkapkannya padamu Amanda, bahwa aku sangat menyukaimu. “Marc?!,”
tanya Amanda senang, terlihat dari matanya yang berbinar binar. “Ya dia sedang
wawancara,” “kau sedang apa disini?,” tanya Alex basa basi dan terkesan dingin
terdengar dari nadanya. “Rahasia,” ujar Amanda nyengir kuda. Alex tau Amanda
siapa, Alex tau bahwa Amanda adalah anak dari pemilik stasium TV Garcia, Alex
tau Amanda seorang pelukis dan lukisannya pernah dipamerkan dan mendapatkan
juara disana sini bahkan Alex juga tau bahwa ibunya Amanda adalah orang
Indonesia kemudian orangtuanya bercerai, Alex tau semua itu. Sebab setelah hari
dimana kakak beradik Marquez mengantarkan Amanda pulang Alex mencari informasi tentang
Amanda sebanyak-banyaknya karena entah mengapa Alex ingin mengenal lebih dekat
dengan Amanda, atau sepertinya alasan kuat yang tidak disadari oleh Alex adalah
dia sudah menyukai Amanda sejak pertama kali bertemu.
“Ah itu
putriku,” ujar Gerardo, pemilik Garcia Group yang tentunya ayah Amanda.
“Dia putrimu?,” tanya Marc sekali lagi, “ya, kau mengenalnya?,” “aku
mengenalnya. Aku menolongnya saat barangnya dicuri,” ujar Marc. Gerardo
memperhatikan Marc dengan tatapan khawatir, “baguslah kalau kalian saling
mengenal. Aku jadi lebih lega mendengar Amanda mempunyai teman disini. Tolong
jaga putriku Marc,” pinta Geardo, “dengan senang hati.”
Melihat
ayahnya muncul, Amanda langsung menghampiri lelaki paruh baya yang terlihat
masih muda tersebut. “Hey Amanda,” sapa Marc dan membuat kaget Amanda. “Alex
darimana saja kau?, aku mencari mu kemana-mana loh,” ujar Marc sebari menepuk
bahu Alex, “aku kira kau tersesat,” canda Marc, “hah kau mulai lagi Marc.”
“Ayah ini Marc dan Alex, tentunya kau sudah mengenal merekakan?,” ujar Amanda
dengan nada ceria, “iya putriku aku tau. Ayo kita berangkat, pasti kau sudah
lama menungguku,” seketika raut wajah Amanda berubah dan bibir mungilnya
dikerucutkan. “Marc Alex aku pergi dulu dah,” ujarnya dan segera mengejar
ayahnya yang lebih dulu berjalan.
Setelah ayah dan anak itu meninggalkan kakak beradik Marquez, Gerardopun bertanya pada Amanda. “Amanda,”
ujar Gerardo. “Iya?,” “kau dekat dengan mereka?,” Amanda menimbang-nimbang
jawaban, “lumayan. Memangnya kenapa?.” Gerardo menggeleng, “ah tidak,” tapi ada
ekspresi khawatir dari wajah Gerardo. Amanda menangkap ekspresi tersebut tapi
dia tidak tau apa arti dari ekspresi khawatir ayahnya.
bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar