Senin, 07 April 2014

Just The Way You Are #5 (Fanfiction)




I Love You More Than You Know

Sebari menunggu ayahnya di lobi Amanda bermain game Flappy Bird di smartphonenya. Hari ini dia ada janji dengan ayahnya untuk jalan-jalan keliling Barcelona. Tapi karena ayahnya adalah orang sibuk Amanda diminta untuk datang ke kantor ayahnya. Garcia Group, begitulah nama kantor ayahnya. Ayahnya adalah seorang pemilik TV swasta yang sedang melejit di Spanyol. Dan sekarang disinilah Amanda, di lobi yang banyak sekali orang lalu lalang.
Amanda sudah tidak tahan menunggu ayahnya di lobi. Dia juga sudah bosan bermain game di smatrphonenya. Lalu jari mungilnya itu memijit tombol quit dan menuju kontak ayahnya. Awalnya Amanda ingin menelepon ayahnya dan menyuruhnya untuk menyelesaikan pekerjaan secepatnya tapi dia mengurungkan niatnya. “Lebih baik aku ke kantin saja,” ujarnya.
Banyak orang yang bersikap baik kepada Amanda. Maklumlah dia anak dari Garcia Group. Salah satu orang yang sangat baik kepada Amanda adalah Maria, dia adalah wanita bertubuh gempal yang berjualan di kantin. 
“Amanda,” ujar Maria sebari memeluk Amanda, “hai Maria,” “sejak kapan kau datang ke Barcelona, sayang?,” Amanda melepaskan pelukan Maria dan menjawab, “sebenarnya sudah lama, tapi aku baru berkunjung ke sini,” “pasti kau sibuk melukiskan kan?,” tanya Maria sebari membuatkan minuman kesukaan Amanda, Milkshake. “Si,” jawab Amanda sebari duduk. Sambil menyodorkan minuman kepada Amanda, Maria menarik kursi sehingga mereka kini berhadapan. “Adakah lelaki yang sudah merebut hatimu, sayang?,” tanya Maria genit. Amanda hanya tersenyum dan meminum milkshakenya. “Aku tau jawabannya iya kan?,” Amanda tersenyum kembali. Maria sangat excited mendengar sudah ada lelaki yang merebut hati Amanda. “Ceritakan kepadaku, apakah dia orang sini?, atau orang Indonesia?,” “dia orang sini, Spanyol,” ujar Amanda malu-malu. 
Maria tampaknya senang mendengar bahwa Amanda sudah jatuh cinta. Dari dulu Maria sangat greget dengan Amanda lantaran dirinya tak pernah membuka hatinya untuk  seseorang. Pedahal dirinya sangat cantik dan kaya, dan lelaki mana yang tidak ingin menjadi pacar Amanda pastinya banyak sekali yang mengantri untuk menjadi pacar Amanda. Tapi, dulu bila ditanya oleh Maria apakah sudah ada yang merebut hati Amanda, Amanda selalu berkata, “aku akan focus kuliah dan melukis dulu Maria,” dan kali ini jawabannya sudah. Betapa Maria senang mendengarnya.
“Ah sayang, itu jawaban yang aku tunggu-tunggu selama ini. terimakasih Tuhan telah melesatkan panah cupid pada Amanda,” Amanda mendongak dan tertawa, “siapa nama lelaki itu Amanda?, apakah dia tampan?,” Amanda tersenyum kembali dan Maria tertawa melihat Amanda yang sedang jatuh cinta ini. “Jelas dia sangat tampan kan?, setampan apa?, ayolah Amanda ceritakan padaku tentang orang yang kau sukai itu,” ujar Maria penasaran. “Dia seorang yang baik, murah senyum, menyenangkan dan yang pasti apa adanya. Dia juga seseorang yang hebat. Taukah Maria?, aku sangat nyaman bila didekat orang itu walaupun hatiku selalu bergetar dibuat olehnya dan juga aku selalu ingin bertemu dengannya,” cerita Amanda sebari menerawang, “apakah ini yang dinamakan jatuh cinta Maria?,” tanya Amanda polos. “Iya sayang,” ujar Maria tersenyum hangat. “Tapi, aku tidak tau apakah dia mempunyai perasaan yang sama padaku atau tidak Maria,” “kalau begitu, tanyakan saja,” “Maria yang benar saja!,” ujarnya dan merekapun tertawa.
                                                            ***
Dia seorang yang baik, murah senyum, menyenangkan dan yang pasti apa adanya. Dia juga seseorang yang hebat, entahlah apakah orang yang dimaksud Amanda adalah dirinya?. Alex sudah lama menguping pembicaraan Amanda dengan wanita gempal yang dipanggil Maria tersebut. Dan pikirannya dibuat bertanya-tanya siapakah orang yang Amanda maksud, tapi Alex sadar tidak perlu jauh jauh mencari jawabannya, siapa orang yang dimaksud oleh Amanda adalah kakaknya sendiri, Marc. Rasanya cintanya untuk Amanda harus bertepuk sebelah tangan. Tapi jika Alex memperjuangkan cintanya tersebut, dia harus berhadapan dengan kakaknya sendiri, tapi dia tidak ingin bersaing dengan kakaknya soal urusan cinta, Alex sudah kalah telak dibuat olehnya. “Aku akan terus menyukaimu, walaupun kau nyatanya menyukai kakakku, karena aku menyukaimu lebih dari yang kau tau,” gumam Alex sebari membalikan tubuhnya meninggalkan Amanda.
Langkahnya terhenti. Ternyata Amanda sudah menyadari kehadiran Alex. “Alex, sedang apa kau disini?,” tanya Amanda menghampiri Alex. “Aku sedang menemani Marc yang sedang wawancara,” ujar Alex. Rasanya malas menyebutkan nama Marc dihadapan Amanda, pasti ekspresi Amanda akan senang dan kesenangan itu membuat hati Alex tercabik-cabik. Andai aku berani mengungkapkannya padamu Amanda, bahwa aku sangat menyukaimu. “Marc?!,” tanya Amanda senang, terlihat dari matanya yang berbinar binar. “Ya dia sedang wawancara,” “kau sedang apa disini?,” tanya Alex basa basi dan terkesan dingin terdengar dari nadanya. “Rahasia,” ujar Amanda nyengir kuda. Alex tau Amanda siapa, Alex tau bahwa Amanda adalah anak dari pemilik stasium TV Garcia, Alex tau Amanda seorang pelukis dan lukisannya pernah dipamerkan dan mendapatkan juara disana sini bahkan Alex juga tau bahwa ibunya Amanda adalah orang Indonesia kemudian orangtuanya bercerai, Alex tau semua itu. Sebab setelah hari dimana kakak beradik Marquez mengantarkan Amanda pulang Alex mencari informasi tentang Amanda sebanyak-banyaknya karena entah mengapa Alex ingin mengenal lebih dekat dengan Amanda, atau sepertinya alasan kuat yang tidak disadari oleh Alex adalah dia sudah menyukai Amanda sejak pertama kali bertemu.
“Ah itu putriku,” ujar Gerardo, pemilik Garcia Group yang tentunya ayah Amanda. “Dia putrimu?,” tanya Marc sekali lagi, “ya, kau mengenalnya?,” “aku mengenalnya. Aku menolongnya saat barangnya dicuri,” ujar Marc. Gerardo memperhatikan Marc dengan tatapan khawatir, “baguslah kalau kalian saling mengenal. Aku jadi lebih lega mendengar Amanda mempunyai teman disini. Tolong jaga putriku Marc,” pinta Geardo, “dengan senang hati.”
Melihat ayahnya muncul, Amanda langsung menghampiri lelaki paruh baya yang terlihat masih muda tersebut. “Hey Amanda,” sapa Marc dan membuat kaget Amanda. “Alex darimana saja kau?, aku mencari mu kemana-mana loh,” ujar Marc sebari menepuk bahu Alex, “aku kira kau tersesat,” canda Marc, “hah kau mulai lagi Marc.” “Ayah ini Marc dan Alex, tentunya kau sudah mengenal merekakan?,” ujar Amanda dengan nada ceria, “iya putriku aku tau. Ayo kita berangkat, pasti kau sudah lama menungguku,” seketika raut wajah Amanda berubah dan bibir mungilnya dikerucutkan. “Marc Alex aku pergi dulu dah,” ujarnya dan segera mengejar ayahnya yang lebih dulu berjalan.

Setelah ayah dan anak itu meninggalkan kakak beradik Marquez, Gerardopun bertanya pada Amanda. “Amanda,” ujar Gerardo. “Iya?,” “kau dekat dengan mereka?,” Amanda menimbang-nimbang jawaban, “lumayan. Memangnya kenapa?.” Gerardo menggeleng, “ah tidak,” tapi ada ekspresi khawatir dari wajah Gerardo. Amanda menangkap ekspresi tersebut tapi dia tidak tau apa arti dari ekspresi khawatir ayahnya.
bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar