Kamis, 03 April 2014

Just The Way You Are #4 (Fanfiction)

P.S : maaf kalau gajje bangeet dan gaada feelnya masih amatir u.u



This is A Dream?
Di restoan yang berada di La Rambla mereka makan siang bersama. Keheningan yang dibentuk oleh keduanya membuat Amanda gugup. Makanpun dia menjaga sikap. Yang biasanya suka bicara disela-sela mengunyahnya kini tidak. Ditambah lagi kelembutan music yang dimainkan penyanyi restoran membuat Amanda semakin gugup ditambah senang. Marc memang hebat dalam memilih tempat, pikir Amanda.
“Amanda,” ujar Marc yang telah selesai makannya begitupun dengan Amanda. Amanda mendongak sekaligus deg-degan mendengar panggilan Marc. Apakah Marc akan memintanya untuk menjadi pacaranya?, ah tidak secepat itu. Mereka baru beberapa hari bertemu dan rasanya aneh saja jika mereka langsung pacaran, ya kecuali jika keduanya memiliki perasaan yang sama. Tapi anehnya Amanda malah langsung menyukai Marc. Cinta pada pandangan pertama kah?, bisa jadi.
“Apakah kau besok ada waktu luang?,” Amanda menegang oleh pertanyaan Marc. Mungkinkah Marc akan mengajangnya berkencan?, sebaiknya jangan terlalu berharap Amanda karena kau besok juga ada janji. “Bagaimana ya besok aku ada janji bertemu dengan ayahku,” ujar Amanda sebari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Tunggu dulu, apakah tingkah laku Amanda barusan wajar-wajar saja atau aneh?, ah Amanda jadi serba salah tingkah. Marc mengangguk-ngangguk, “oh begitu. Kalau lusa, bagaimana?.” Sebenernya juga lusa Amanda ada proyek lukisan yang harus dikerjakan. Apakah Amanda harus berbohong pada Marc agar dia bisa berkencan dengan Marc?. Saat Amanda akan memutuskan jawaban dari Marc, Marc mendahuluinya berbicara, “aku ingin memintakau untuk mometret saat aku bermain motorcross bersama Alex dan Rabat. Apakah lusa ada waktu?.”
Seketika saja bahu Amanda turun. Awalnya dia sudah deg-degan mendengar Marc bertanya tentang hari kosong yang dimilikinya. Dia menyangka Marc akan mengajaknya kencan atau apa, tapi ternyata malah meminta Amanda untuk memotret Marc dan teman-temannya yang sedang bermain motorcross. Ah dasar Marc Marquez sudah membuat Amanda GR.
“Kalau lusa?,” tanya Marc lagi, sebari tersenyum Amanda menjawab, “Aku sibuk mengerjakan proyekku Marc. Aku sedang mengerjakan sebuah lukisan.” Ekspresi wajah Marc berubah. Dia terliahat bangga, kaget dan senang. “Kau seorang pelukis?,” “masih amatir sih,” ujar Amanda merendahkan diri yang nyatanya lukisannya sudah mengikuti lomba disana-sini saat di Indonesia dan hasilnyapun lumayan membanggakan. “Dari dulu aku ingin sekali mempunyai seorang teman seorang pelukis, aku ingin dilukiskan,” ujar Marc sebari tertawa. Lihat saja Marc kejutan dari proyek lukisanku kali ini.
“Oiya,” ujar Marc sebari mengambil Smartphone sari saku jeannya. “Bolehkah aku meminta nomer hanphonemu?,” Amanda melongo menengarnya. Seriously? “Hey jangan bengong gitu,” ujar Marc menepuk punggung tangan Amanda. Amanda terperangah dan tawa Marcpun meledak. “Kau kenapa Amanda?, masih marah denganku?,” tanya Marc masih dengan tertawa. Amanda cepat-cepat menggelengkan kepalanya, dia sudah masa bodo dengan kejadian barusan. “Aku perhatikan sikapmu menjadi aneh begini, tidak selugas seperti biasanya. Apa makanannya kurang enak atau tempatnya kurang bagus?,” “tti..dak Marc aku baik-baik saja kok. Lihat aku masih selugas apa yang kau pikirkan,” ujar Amanda sebari merapatkan blezernya, “memang apa yang aku pikirkan tentang kau?,” walaupun itu candaan tapi membuat pipi Amanda memerah. “Aku hanya bercanda Amanda,” ujar Marc menghapus air matanya yang keluar karena tertawa. Segitunya kah Amanda sangat lucu dihadapan Marc?.
“Jadi?,” “jadi?,” tanya Amanda belum ‘konek’. Marc lagi-lagi tertawa dan pengunjung restoranpun sempat melihat Marc yang tertawa. “Jadi apa Marc?,” “ya ampun Amanda masa kau lupa. Bolehkah aku meminta nomer handphonemu?,” Amanda baru ‘ngeh’ dan membulatkan bibirnya. “Kau adalah gadis yang lucu, unik dan menyenangkan yang pernah aku temui Amanda,” Amanda hanya tersenyum dan memberikan nomer hanphonenya pada Marc. 

bersambung


Tidak ada komentar:

Posting Komentar