Starring:
Marc Marquez as himself
Cara Delevingne as Allen Cassandria
Barbara Palvin as Amanda Garcia
Logan Lerman as himself
Logan Lerman as himself
Lana Del Rey as Lana Garcia
Andrew Airlie as Fred Cassandria
Jennifer Connely as Sarah Cassandria
#Part2
Sebenarnya Allen merasa risih setelah Marc mengadakan
konfrensi pers mengenai hubungan mereka. Banyak kilatan lampu para wartawan
yang memotret dirinya dengan Marc ketika mereka jalan bersama. Ada juga
wartawan gigih yang datang ke apartemennya ingin mewawancarai dirinya tentang
sosok Marc dari sudut pandang pacarnya. Belum lagi teman-teman model nya
memaksa Allen untuk membawa Marc ke tempat kerja dengan alasan mereka ingin
berfoto bersama dengan rider MotoGP tersebut.
Maka dari itu Allen lebih nyaman hubungannya dengan Marc
tidak dipublikasikan. Dia lebih senang mengirim pesan singkan kepada Marc
untuk menemuinya di suatu tempat yang sepi dengan syarat tidak ada yang
mengikutinya. Menurutnya itu lebih menyenangkan daripada kemana-kemana disorot
oleh kamera wartawan.
Allen menghela napas setelah melewati semua itu. Dia melirik
ke arah pria yang tertidur di sebelahnya. Dilihatnya setiap inci dari wajah
pria itu. Halis, hidung, bibir, semuanya sempurna. Dia ingin semua kesempurnaan
milik Marc ini hanya dimilika nya seorang.
“Marc,” gumamnya. Di sentuhnya bibir Marc dengan jari Allen.
Senyum mengembang dari wajah cantiknya.
*****
Mentari telah muncul dari peraduannya. Burung-burung berkicau
menandakan pagi telah tiba. Allen membuka matanya pelan dan mendapati seseorang
sedang memperhatikan dirinya percis di depannya.
“Marc!” ujar Allen kaget. “Untuk apa kau berada sedekat itu
dengan wajahku?”
Marc tertawa dan duduk di atas Kasur. “Melihat kau tertidur.
Memang apa lagi?”
Allen geleng-geleng kepala sembari tersenyum. “Seperti tidak
ada kerjaan saja.” Ujarnya sembari bangkit dari Kasur tapi, lengannya di tarik
oleh Marc sehingga tubuh Allen kembali terjatuh di Kasur.
“Mau kemana?” tanya Marc menarik tubuh Allen pada pelukannya.
Allen melihat ke arah Marc dan mencium bibir pria itu
sekilas. “Aku mau mandi. Kau taukan aku
paling tidak tahan jika sudah bangun tidur tidak langsung mandi.”
Marc mengangguk dan mencium ubun-ubun Allen. “Kebiasan bagus,
sayang. Oh iya, sore nanti aku ada tes di Brno. Kau mau ikut?”
“Menurutmu aku ikut atau jangan?”
Marc tertawa. Inilah kebiasan Allen, selalu melemparkan
pertanyaan lagi pada orang yang bertanya pada dirinya.
“Tentu saja iya. Aku ingin kau berada di paddock untuk
pertama kalinya kita pacaran.”
*****
Allen memakai earmuff warna cokelatnya. Wanita itu paling
tidak suka dengan suara bising motor atau mobil balap. Dia juga tidak menyukai
profesi Marc yang menjadi rider. Di apartemennya dia tidak pernah menonton
balapan, palingan kalau menonton dia akan menonton sesi podiumnya saja, itu pun
kalau kekasihnya naik podium.
Dan sekarang, dirinya berada di lintasan balap lebih tepatnya
di paddock Honda. Dia menyilangkan kaki nya dan menatap layar ponselnya dengan
bosan.
“Hay,” ujar seorang wanita menyapa Allen. Tapi, Allen tidak
menggubris sapaan itu.
Wanita itu menghela napas dan duduk disebelah Allen.
“Kau Allen kan?” ujarnya dan mencolek bahu Allen.
Allen melihat ke arah orang yang mencoleknya dan melepas
earmuff-nya.
“Iya?”
“Aku Vannesa, kau Allen kan?” ujar Vannesa mengulurkan
tangannya.
Allen menjabat tangan Vannesa sebentar lalu mengangguk untuk
membalas pertanyaan Vanne.
“Pasti ini kali pertamu menemani Marc di lintasan balap ya?”
Allen mengangguk lagi dan menundukan kepalanya memainkan
ponselnya. Ia tidak membuka suara sedikit pun atau pun tersenyum saat Vanne
bertanya kepada dirinya. Vannesa geleng-geleng kepala melihat tingkah laku
kekasih Marc Marquez itu. Sangat beda dengan Marc yang selalu ramah kepada
siapa pun.
Derung mesin di berhentikan, Marc masuk ke paddock-nya masih
menggunakan helm. Allen tersenyum melihat kekasihnya itu datang. Dia bangkit
dan membukakan helm Marc.
“Tes nya berjalan dengan lancar lho, berarti aku mendapatkan
hadiah darimu kan?” ujar Marc manja.
Allen tersenyum dan melumat bibir Marc dengan lembut.
Melihat itu Vanne cekikian. “Okey sebaiknya aku pergi. Selamat bersenang-sennag love
birds,” ujar Vanne berlalu.
*****
Marc melingkarkan lengannya kepada pinggang ramping Allen.
Pria itu terlihat membisikan sesuatu kepada Allen yang membuat wanita itu
tersenyum. Mereka terlihat sangat bahagia tapi, kebahagiaan itu –lebih tepatnya
kebahagiaan Allen harus hilang lantaran ada dua orang penggemar Marc yang
mencegat mereka berdua.
“Marc Marquez!!” pekik kedua gadis itu.
Allen memutar bola matanya. Berisik sekali, ujarnya dalam
hati.
“Marc aku minta foto berdua denganmu, ya?” ajak gadis
berambut sebahu itu menarik Marc.
Allen membelalakan matanya melihat kekasihnya ditarik begitu
saja tanpa izin darinya. Wanita itu melipat lengannya didada dan menatap malas
pemandangan yang ada di depannya. Ke dua gadis itu terlihat senang, sementara
Marc dia melemparkan senyum menawannya kepada penggemarnya. Sungguh, perilaku
yang membuat Allen muak. Dia tidak ingin Marc memberikan senyum atau tawa
renyahnya itu kepada para penggemarnya, kepada siapa pun! Sungguh, senyum dan
tawa Marc itu seperti candu dunia. Sekali kau melihatnya kau akan ketagihan
untuk melihatnya kembali.
“Maaf, maukah kau membantu kami?” tanya gadis berambut sebahu
tersebut.
Allen menaikan halisnya.
“Maukah kau memoto kami bertiga?” pinta gadis yang satunya
lagi.
“Hah? Kau menyuruhku?” ujar Allen dengan suara ditinggikan.
Kedua gadis itu mengangguk.
Allen berdecak dan meninggalkan mereka bertiga.
Marc bengong melihat perilaku pacarnya tersebut. “Allen,
mau kemana?” tanya Marc.
Allen berhenti dan membalikan badannya. “Aku sibuk, bye..”
Marc menghela napas dan menghampiri Allen.
“Bisakah kau berlaku baik kepada penggemarku?”
“Misalnya?” tantang Allen.
Marc geleng-geleng kepala. ‘penyakit’ Allen kambuh lagi.
Allen mendengus kesal. “Dengar Marc, aku disuruh untuk
memotret pacarku di gandeng oleh kedua orang gadis bodoh. Hello… kau kira yang
memotret itu siapa? Mamah-mu? Bukan! Pacarmu Marc!” Allen melirik kepada kedua
gadis yang berbisik-bisik itu dengan pandangan sengit.
“Sssttt pelankan suaramu Allen.”
Allen memutar bola matanya. “Sudah aku mau pulang aku muak
berada disini,” ujarnya berlalu.
*****
Dari mulai check out hotel sampai dengan sekarang di pesawat,
Allen tidak mau buka suara dengan Marc. Dia sangat sebal dengan sifat Marc
barusan. Seolah-olah pacarnya itu lebih menyayangi fans nya daripada dirinya.
Sementara Marc, dia mencoba membuat obrolan ringan dengan
Allen tapi, wanita itu hanya membalas ucapannya dengan bahasa tubuhnya. Karena
merasa tidak nyaman dengan sifat pacarnya tersebut, Marc memberanikan diri
bertanya tentang kejadian barusan walaupun pacarnya itu akan kambuh lagi
penyakitnya.
“Kau ini kenapa Allen? Kau marah bila aku berfoto dengan fans
ku?” tanya Marc.
Allen tak menjawab. Dia sedang serius dengan layar ponselnya.
“Allen?”
“Hmm?”
Marc menghela napas dan merebut ponsel pacarnya.
“Hey!” protes Allen.
“Kau ini kenapa sih?”
Allen menyenderkan punggungnya dan menatap awan biru yang
indah.
“Kau ini kenapa Allen? Kau tidak suka jika aku berfoto dengan
fans ku?” tanya Marc sekali lagi.
Allen melihat ke arah Marc dan berdehem. “Dengar Marc,
semenjak aku pacaran denganmu bahkan sejak pertama kali aku mengenalmu aku
sudah tidak suka dengan fans mu itu, terutama fans perempuanmu. Mereka
membuatku,-“
“Cemburu?” potong Marc.
“Ya tentu saja,” jawab Allen dengan cepat. Wanita itu
menghela napas dan melihat ke arah ponsel yang digenggam oleh Marc.
“Mereka juga mengolok-ngolokku di media social.”
Marc mengkerutkan keningnya.
“Kalau kau tidak percaya, kau bisa lihat di twitter atau
facebook. Aku sakit hati Marc diolok-olok seperti itu!”
“Yasudah nanti aku akan buat tweet yang menyuruh mereka agar
jangan mengolok-ngolokmu lagi.” Marc akan mengelus pipi Allen dengan punggung
lengannya tapi, ia urungkan niatnya lantaran pacarnya itu malah memalingkan
wajah.
*****
Marc memandangai langit-langit kamarnya. Hari ini rencanya ia
akan jalan-jalan ke Disney Land yang ada di Pranciss dengan Allen. Tapi,
rencana tinggalah rencana. Pacarnya itu sedang menajalani pemotretan untuk
salah satu tas branded yang ia buat.
Pria itu mengambil ponselnya dan melihat tanggal yang tertera
di pojok kanan atas. Besok adalah hari ulangtahun Allen. Kado apa ya yang
pantas Marc berikan kepada Allen? Tas? Sepatu? Pacarnya itu sudah memiliki
lusinan tas dan sepatu. Jadi, dia ingin memberika kado yang berbeda.
Aha! Marc punya ide.
Pria itu mengambil kunci mobilnya dan menuju ke tempat yang
dimana Allen tidak pernah mengunjunginya.
*****
Amanda tengah memilih-milih novel untuk menambah koleksinya. Pedahal,
di tangan sebelah kiri gadis itu sudah membawa dua novel yang ia pilih. Tapi,
demi mendapatkan diskon gadis itu ingin membeli satu lagi novel. Karena setiap
pembelian lebih dari 7 euro akan mendapatkan diskon sebesar 15%, hmm lumayan.
Bug
Novel yang ditarik oleh Amanda terjatuh dan novel itu jatuh di dekat sepatu pria yang memakai pakaian serba hitam plus kacamata
hitam rayban.
“Maaf,” ujar Amanda dan mengambil novel yang ia jatuhkan.
“Iya tak apa-apa,” sahut pria tersebut. Pria itu menolak
pinggangnya dan membuka kacamatanya. Matanya dengan cepat membaca judul novel
yang ada di rak buku. Dan pada saat itu Amanda menjerit histeris.
“Kau kenapa?” tanya Marc kaget.
“Kau.. kau Marc Marquez?” tanya Amanda tergagap-gagap.
Marc menaikan halisnya dan mengangguk.
“Ya Tuhan aku tak menyangka bisa bertemu denganmu disini. Aku
salah satu penggemarmu Marc! Aku selalu menonton setiap race dan kau melaju
sangat kencang tak terkalahkan.” Amanda menghela napas dan tersenyum manis. “Aku
tak menyangka bisa bertemu denganmu,” ujarnya sekali lagi.
“Wah terimakasih ya telah menonton balapannya,” ujar Marc.
Amanda mengangguk dan mengkerut kan keningnya. “Well, kau
sedang mencari novel?”
Marc mengangguk, kemudian fokus pada judul-judul novel yang akan ia beli.
“Untuk?”
“Untuk orang yang sangat special, Allen.” Marc tersenyum
senyum saat dirinya mengucapkan nama Allen.
Amanda tertegun. Allen? Pikirannya tertuju pada seseorang
yang ia kenal tapi, bukankah yang bernama Allen di dunia ini banyak kan? Jadi,
tidak mungkin Allen yang disebutkan oleh Marc adalah Allen yang ia kenal, teman
baiknya.
“Maaf, apa nama lengkap Allen? Karena aku mempunyai teman
yang bernama Allen juga, tau saja Allen yang kau maksud adalah temanku.”
Marc melihat ke arah Amanda dan memandanginya dari atas
sampai bawah. Mustahil bila pacarnya itu berteman dengan orang kutu buku
seperti itu.
“Allen Cassandria Hernandez,” jawab Marc.
Amanda menganga. Waw, dunia ini memang sempit.
“Dia teman baikmu?” tanya Marc.
Amanda mengangguk. “Ya dia teman baikku. Kami berteman sejak
kelas 7 tapi, kami kehilangan kontak saat kami sudah lulus SMA padahal kami
berteman baik lho.”
Marc mengkerutkan keningnya. Pacarnya itu berteman dengan
gadis kutu buku? Pacarnya yang selalu milih-milih teman itu? Marc masih tidak
percaya.
“Kalau kau tidak percaya kau bisa tanyakan itu kepada Allen. Sebutkan
saja nama Amanda Garcia dia pasti mengenalnya.”
Marc mengangguk kaku. Pacarnya itu memang seperti buku
tertutup. Jika kau ingin mengetahui isinya kau harus membacanya, tentu saja
dengan meminta izin kepada pemiliknya.
bersambung.....
saran dan kritik? hihii..
via twitter : @sindehpujiyanti
via bbm : 7caf6830
Ceritanya keren ;) btw, di pesawat kan G̲̮̲̅͡åк̲̮̲̅͡ boleh aktifin hp *reader cerewet* sebodoh amat la yaw, terserah penulisnya :D cewek kutu buku secantik Barbara? Hebat ! Ditunggu nextnya :)
BalasHapushah, iya? haduh ketauan deh minim banget pengetahuan di pesawat -.- thanks yaa udah baca hiihi :)
HapusKta siapa g bleh d aktifin? Hp zaman skrng kan udh pk mode pesawat. Msa hp nya msh zaman purba-_- sklas model gtu. Mngkin dia lg maen game.
Hapus