Minggu, 23 Maret 2014

Just The Way You Are #2 (Fanfiction)



Just The Way You Are


P.S: Maaf kalau ceritanya gaada feel atau ngambang kaya kuntilanak ._. masih amatir hehe.. 

 
Such a Small World



Matahari telah datang dari peraduannya menyinari semesta yang tadi malam di guyur hujan. walaupun diluar sana sudah banyak orang yang beraktivitas tetapi Amanda dia masih sibuk dalam dunia mimpinya walaupun ponselnya meminta untuk di angkat. Sekali dua tiga kali dering ponselnya tidak di acuhkan oleh Amanda, empat lima enam kali barulah dia mulai terusik akan dering ponselnya. Gadis itupun bangun dengan mata yang masih terpejam, diapun mengambil ponselnya yang ia simpan di dekat leptopnya. “Hola?”, ucapnya. “Buenas dinass mi princesa*”, ucap seseorang disebrang sana, “kamu baru bangun ya?,” “si**”, ujar Amanda sebari menguap. “sekarang sudah siang, pergunakan waktumu sebaik-baiknya. Masa anak gadis jam segini baru bangun. Ayo keluar rumah, matahari menunggumu Amanda”, “iya ayah iya..”, ujar Amanda dengan malas, “kau tau kan sekarang jadwal Barcelona latihan?,” mendengar tim kesayangannya disebutkan Amandapun membulatkan matanya, “apa?, sekarang Barcelona latihan?!”. Amandapun bangkit dari kasurnya dan menuju lemari, “iya sekarang mereka latihan, makannya ayo keluar rumah”, “iya ayah sekarang aku akan keluar. Terimakasih atas infonyaa”, “tapi  mi princesa, sebelum kau keluar rumah jangan lupa kau bereskan kamarmu”. Gadis itupun melihat kesekelilingg kamarnya dan keadaan kamarnya sekarang seperti kapal pecah, “selamat bersenang-senang di Barcelona Amanda”, ujar ayahnya Amanda mengakhiri pembicaraan. 


Amanda menghela napas,dia malas membereskan kamarnya, apalagi ada noda cat di lantainya ditambah lagi baju yang ada di koper yang belum dimasukan di lemari. “Mungkin membereskan kamar bisa menunggu,” ujarnya sebari mengangkat bahunya dan masuk ke kamar mandi.


                                                                        *****

Angin sepoi sepoi menerbangkan helai demi helai rambut hitam Amanda, tangannya dengan lincah memotret setiap moment yang sedang dilakukan oleh Barcelona. “Amanda”, sapa seseorang, gadis itupun menghentikan kegiatannya dan menoleh pada orang yang menyapanya. “Hey Marc,” ujar Amanda sebari tersenyum. “Kau tidak tersesat saat menuju kemari huh?”, ejek Marc, “jangan mengejekku”, ujar Amanda sebari duduk disebelah Marc. Marcpun tertawa, “siapa yang mengejek?,” Amandapun mencubit lengan Marc, dan lelaki itupun meringis. 


“Eh tolong fotokan aku disini,” pinta Marc, “boleh”, Amandapun bangkit dan memotret Marc yang duduk di bangku penonton. “Gantian dong”, ujar Amanda, Marcpun bangkit, “boleh, kau minta foto bareng denganku?”, canda Marc, “siapa yang bilang?, aku pengen foto bareng dengan Lionel Messi, kira-kira bisa tidak ya?”, “itu sih soal gampang”, Amandapun membulatkan matanya, “yang benar?,”, Marcpun menatap Amanda dan tersenyum, “lihat saja kalau mereka sudah selesai latihan kita akan menemui orangnya langsung”, “ini bukan candaan kan?”, Marcpun tertawa dan memegang pundak Amanda “ini serius Amanda, nanti akan kubantu”, ujar Marc Marquez.


Tak lama mereka bertukar cerita tentang Barcelona yang ternyata mereka berdua adalah pendukung Barcelona, datanglah seorang pemuda jangkung membawakan makanan dan minuman. “Aku menunggu lama sekali, kau kemana saja?,” ujar Marc pada pemuda jangkung tersebut, “tadi antriannya sangat panjang Marc,” dan pemuda jangkung tersebutpun melirik Amanda yang sedang serius melihat tim Barcelona berlatih. Sepertinya aku pernah bertemu dengannya ,ujar pemuda jangkung tersebut dalam hati. “Hey jangan sampai ngiler gitu dong ngeliat cewek cantik”, canda Marc pada pemuda jangkung tersbeut yang tak lain adalah adiknya, Alex, “eee..eenak saja, siapa yang ngiler”, “itu bicaranya sampai gugup gitu”, “terserahmu lah Marc”, ujar Alex menyerah pada omongan Marc. 


Mendengar pembicaraan Marc dengan seseorang, Amandapun dengan penasaran menengok orang yang sedang berbicara dengan Marc. “Hey, kau kan yang menolongku waktu di bandara kemaren?, ingat tidak?, aku yang minta di antarkan ke apartemen yang adi di Place De Catalunya”, ujar Amanda dengan girang. Alex mengingat-ngingat, “oh iya-iya aku mengingatnya. Kau gadis fotografer yang meminta di antarkan ke aprtemen itukan?”. 


“Rupanya kalian sudah saling kenal ya?,” potong Marc. “Iya. Dia yang mengantarkanku ke apartemenku Marc. Perkenalkan aku Amanda Bella”, ujar Amanda memperkenalkan diri pada Alex, “A…AAlex Marquez,” ujar Alex gugup. Melihat adiknya yang gugup, Marc cekikikan sebari meminum minuman yang dibelikan oleh Alex. “Ternyata kalian adik kakak ya?,” tanya Amanda, “iya dan aku kakaknya. Bisa dilihat dari wajahnya, anak pertama lah yang paling tampan,” canda Marc. “Ah kau hanya melebih-lebihkan Marc,” ujar Alex manyun. Amandapun tertawa. “Eh Amanda, kita minta foto bareng Messi sekarang, latihannya sudah selesai”, ajak Marc. Dan mereka berduapun turun kebawah meninggalkan Alex sendirian yang memandang Amanda bersama kakaknya dari bangku penonton.


                                                                        *****

        "Lihat ini! Aku berfoto dengan Leo!! Senangnya,” ujar Amanda girang. Marc yang sedang menyetirpun melirik foto Amanda dengan Leo, idolanya. Alex yang duduk dibangku belakangpun tersenyum melihat tingkah laku Amanda yang seperti anak kecil. Amanda mengguncang-guncangkan kameranya saking senangnya, “rasanya seperti mimpi! Ya Tuhan aku tak percaya bisa berfoto dengan Leo!!!”, Marc tertawa. “Ngomong-ngomong, terimakasih Marc,” ujar Amanda sebari menatap Marc. “Untuk apa?,” “karena telah membantuku mewujudkan keinginanku berfoto dengan Lionel Messi,” ujar Amanda tersenyum memanatap Marc dan Marcpun membalas tatapan Amanda dengan tersenyum.


Diam diam Alex memperhatikan mereka berdua denga perasaan tidak bisa dimengerti oleh dirinya. Selama perjalanan mengantarkan Amanda ke rumahnya, Alex tidak buka suara. Dia lebih asyik memainkan gadgetnya. Dan di saat dia bosan dengan gadgetnya Alex menangkap Amanda sedang mencuri-curi pandang kepada Marc dengan tersenyum dan diliat dari kaca spion, Marc tersenyum juga. Alex mengkerutkan keningnya melihat mereka berdua dan dengan iseng dan tanpa sepengetahuan Amanda, Alex memotret Amanda yang sedang mencuri-curi pandang kepada kakaknya.

“Nah, kita sudah sampai,” ujar Marc memarkirkan mobil didepan rumah sederhana bercat cokelat. Alex menatap rumah tersebut, ingat akan dirinya yang mengantarkan Amanda yang baru dari Airport. Mengingat moment itu Alex menyunggingkan senyuman.


 Pada saat itu Amanda sangatlah lugu dan lucu. “Kau tau jalan ini?,” tanya Amanda ketika itu menyodorkan se  carik kertas pada Alex. Alex mengangguk dan Amanda menghela napas lega sebari raut wajahnya akan menangis, “bisakah kau mengantarkan ku ke situ?, ayolah… aku tidak ingin menelepon ayahku, aku tidak ingin merepotkannya,” saat itu Alex mengernyit. Dia yang sedang menjemput kakaknya pulang dari Jepang tak mungkin mengantarkan gadis yang tak dikenalinya pulang. “Kenapa kau tidak menggunakan taxi saja nona,” ujar Alex, gadis itu menggeleng dan langsung duduk disebelah Alex, “aku pegal dan ingin cepat pulang dan tidur. Aku terlalu lelah untuk pergi kesana dan berbicara lagi. Dan karena kau orang baik maukah kau mengantarkanku?, aku sangat lelah. Tolonglah…..” pelas Amanda. Karena Alex tak tega melihat Amanda yang sudah memelas seperti itu, Alexpun menyetujuinya dan karena mengantarkan Amanda Alex diomeli oleh kakaknya yang bosan menunggu Alex yang kemudian pulang menggunakan Taxi. Masih ingat dalam ingatannya, Amanda tertidur dalam mobilnya. Sampai-sampai Alex harus membangunkan Amanda ketika mereka telah sampai tujuan.

“Terimakasih Marc, Alex,” ujar Amanda membuyarkan lamunan Alex. “Hati-hati dan ingat baik-baik jalan yang ada disini, jangan sampai tersesat. Kalau perlu nama jalannya kau tulis dan kau hapalkan ya hahaa,” ejek Marc yang membuat Amanda manyun. Alex menahan tawa dengan apa yang dikatakan oleh kakaknya, lalu dia berbicara pada Amanda yang telah berada didepan pintu rumahnya, “jangan dengarkan apa yang dikatakan oleh kakakku, Amanda,” “huh aku tidak akan mendengarkan ejekan dia, Alex,” ujar Amanda memajukan bibirnya. Marc tertawa dan meminta pamit pada Amanda.


Setelah mobil BMW hitam itu melaju Alex memperhatikan Amanda dari kaca spion sampai gadis berambut cokelat sebahu itu masuk ke dalam rumahnya. Alexpun pindah ke bangku depan sambil melirik Marc yang tersenyum samar. “Dia gadis yang menyenakan ya?,” tanya Marc, “ya kurasa,” ujar Alex sambil memasang sabuk pengaman. “Semua orang mengetahui siapa aku, bahkan orang dari luarpun mengetahui siapa aku tapi gadis itu tidak,” ujar Marc tersenyum. “Aku Marc Marquez seorang juara dunia motoGP tidak dikenalinya. Kemana saja gadis itu?, apa yang dilakukannya setiap harinya?, apakah dia tidak pernah menonton televise?,” Alex mengangkat bahunya dan menatap pantulan dirinya dikaca spion, “mungkin dia sibuk dengan urusannya,” ujar Alex, “ya mungkin. Jangan jangan, kau tau apa maksudkukan?,” ujar Marc membuat Alex menatap kakaknya sebentar lalu kembali lagi menatap pantulannya di kaca spion, “jangan jangan dia juga tidak mengetahui kalau kau juga rider moto3,” dan Alexpun menghela napas.

bersambung

*selamat pagi putriku
**iya 
 
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar