Just The Way You Are
P.S: Maaf kalau ceritanya gaada feel atau ngambang kaya kuntilanak ._. masih amatir hehe..
Such a Small World
Matahari telah datang dari peraduannya
menyinari semesta yang tadi malam di guyur hujan. walaupun diluar sana sudah
banyak orang yang beraktivitas tetapi Amanda dia masih sibuk dalam dunia
mimpinya walaupun ponselnya meminta untuk di angkat. Sekali dua tiga kali dering
ponselnya tidak di acuhkan oleh Amanda, empat lima enam kali barulah dia mulai
terusik akan dering ponselnya. Gadis itupun bangun dengan mata yang masih
terpejam, diapun mengambil ponselnya yang ia simpan di dekat leptopnya.
“Hola?”, ucapnya. “Buenas dinass mi princesa*”,
ucap seseorang disebrang sana, “kamu baru bangun ya?,” “si**”, ujar Amanda sebari menguap. “sekarang sudah siang, pergunakan
waktumu sebaik-baiknya. Masa anak gadis jam segini baru bangun. Ayo keluar
rumah, matahari menunggumu Amanda”, “iya ayah iya..”, ujar Amanda dengan malas,
“kau tau kan sekarang jadwal Barcelona latihan?,” mendengar tim kesayangannya
disebutkan Amandapun membulatkan matanya, “apa?, sekarang Barcelona latihan?!”.
Amandapun bangkit dari kasurnya dan menuju lemari, “iya sekarang mereka
latihan, makannya ayo keluar rumah”, “iya ayah sekarang aku akan keluar.
Terimakasih atas infonyaa”, “tapi mi princesa, sebelum kau keluar rumah
jangan lupa kau bereskan kamarmu”. Gadis itupun melihat kesekelilingg kamarnya
dan keadaan kamarnya sekarang seperti kapal pecah, “selamat bersenang-senang di
Barcelona Amanda”, ujar ayahnya Amanda mengakhiri pembicaraan.
Amanda menghela napas,dia malas membereskan
kamarnya, apalagi ada noda cat di lantainya ditambah lagi baju yang ada di
koper yang belum dimasukan di lemari. “Mungkin membereskan kamar bisa
menunggu,” ujarnya sebari mengangkat bahunya dan masuk ke kamar mandi.
*****
Angin sepoi sepoi menerbangkan helai demi
helai rambut hitam Amanda, tangannya dengan lincah memotret setiap moment yang
sedang dilakukan oleh Barcelona. “Amanda”, sapa seseorang, gadis itupun
menghentikan kegiatannya dan menoleh pada orang yang menyapanya. “Hey Marc,”
ujar Amanda sebari tersenyum. “Kau tidak tersesat saat menuju kemari huh?”,
ejek Marc, “jangan mengejekku”, ujar Amanda sebari duduk disebelah Marc.
Marcpun tertawa, “siapa yang mengejek?,” Amandapun mencubit lengan Marc, dan
lelaki itupun meringis.
“Eh tolong fotokan aku disini,” pinta Marc,
“boleh”, Amandapun bangkit dan memotret Marc yang duduk di bangku penonton.
“Gantian dong”, ujar Amanda, Marcpun bangkit, “boleh, kau minta foto bareng
denganku?”, canda Marc, “siapa yang bilang?, aku pengen foto bareng dengan
Lionel Messi, kira-kira bisa tidak ya?”, “itu sih soal gampang”, Amandapun
membulatkan matanya, “yang benar?,”, Marcpun menatap Amanda dan tersenyum,
“lihat saja kalau mereka sudah selesai latihan kita akan menemui orangnya
langsung”, “ini bukan candaan kan?”, Marcpun tertawa dan memegang pundak Amanda
“ini serius Amanda, nanti akan kubantu”, ujar Marc Marquez.
Tak lama mereka bertukar cerita tentang
Barcelona yang ternyata mereka berdua adalah pendukung Barcelona, datanglah seorang
pemuda jangkung membawakan makanan dan minuman. “Aku menunggu lama sekali, kau
kemana saja?,” ujar Marc pada pemuda jangkung tersebut, “tadi antriannya sangat
panjang Marc,” dan pemuda jangkung tersebutpun melirik Amanda yang sedang
serius melihat tim Barcelona berlatih. Sepertinya
aku pernah bertemu dengannya ,ujar pemuda jangkung tersebut dalam hati. “Hey
jangan sampai ngiler gitu dong ngeliat cewek cantik”, canda Marc pada pemuda
jangkung tersbeut yang tak lain adalah adiknya, Alex, “eee..eenak saja, siapa
yang ngiler”, “itu bicaranya sampai gugup gitu”, “terserahmu lah Marc”, ujar
Alex menyerah pada omongan Marc.
Mendengar pembicaraan Marc dengan seseorang,
Amandapun dengan penasaran menengok orang yang sedang berbicara dengan Marc.
“Hey, kau kan yang menolongku waktu di bandara kemaren?, ingat tidak?, aku yang
minta di antarkan ke apartemen yang adi di Place De Catalunya”, ujar Amanda
dengan girang. Alex mengingat-ngingat, “oh iya-iya aku mengingatnya. Kau gadis
fotografer yang meminta di antarkan ke aprtemen itukan?”.
“Rupanya kalian sudah saling kenal ya?,”
potong Marc. “Iya. Dia yang mengantarkanku ke apartemenku Marc. Perkenalkan aku
Amanda Bella”, ujar Amanda memperkenalkan diri pada Alex, “A…AAlex Marquez,”
ujar Alex gugup. Melihat adiknya yang gugup, Marc cekikikan sebari meminum
minuman yang dibelikan oleh Alex. “Ternyata kalian adik kakak ya?,” tanya
Amanda, “iya dan aku kakaknya. Bisa dilihat dari wajahnya, anak pertama lah
yang paling tampan,” canda Marc. “Ah kau hanya melebih-lebihkan Marc,” ujar
Alex manyun. Amandapun tertawa. “Eh Amanda, kita minta foto bareng Messi
sekarang, latihannya sudah selesai”, ajak Marc. Dan mereka berduapun turun
kebawah meninggalkan Alex sendirian yang memandang Amanda bersama kakaknya dari
bangku penonton.
*****
"Lihat
ini! Aku berfoto dengan Leo!! Senangnya,” ujar Amanda girang. Marc yang sedang
menyetirpun melirik foto Amanda dengan Leo, idolanya. Alex yang duduk dibangku
belakangpun tersenyum melihat tingkah laku Amanda yang seperti anak kecil.
Amanda mengguncang-guncangkan kameranya saking senangnya, “rasanya seperti
mimpi! Ya Tuhan aku tak percaya bisa berfoto dengan Leo!!!”, Marc tertawa.
“Ngomong-ngomong, terimakasih Marc,” ujar Amanda sebari menatap Marc. “Untuk
apa?,” “karena telah membantuku mewujudkan keinginanku berfoto dengan Lionel
Messi,” ujar Amanda tersenyum memanatap Marc dan Marcpun membalas tatapan
Amanda dengan tersenyum.
Diam diam Alex memperhatikan mereka berdua
denga perasaan tidak bisa dimengerti oleh dirinya. Selama perjalanan
mengantarkan Amanda ke rumahnya, Alex tidak buka suara. Dia lebih asyik
memainkan gadgetnya. Dan di saat dia bosan dengan gadgetnya Alex menangkap
Amanda sedang mencuri-curi pandang kepada Marc dengan tersenyum dan diliat dari
kaca spion, Marc tersenyum juga. Alex mengkerutkan keningnya melihat mereka
berdua dan dengan iseng dan tanpa sepengetahuan Amanda, Alex memotret Amanda
yang sedang mencuri-curi pandang kepada kakaknya.
“Nah, kita sudah sampai,” ujar Marc
memarkirkan mobil didepan rumah sederhana bercat cokelat. Alex menatap rumah
tersebut, ingat akan dirinya yang mengantarkan Amanda yang baru dari Airport.
Mengingat moment itu Alex menyunggingkan senyuman.
Pada
saat itu Amanda sangatlah lugu dan lucu. “Kau tau jalan ini?,” tanya Amanda
ketika itu menyodorkan se carik kertas
pada Alex. Alex mengangguk dan Amanda menghela napas lega sebari raut wajahnya
akan menangis, “bisakah kau mengantarkan ku ke situ?, ayolah… aku tidak ingin
menelepon ayahku, aku tidak ingin merepotkannya,” saat itu Alex mengernyit. Dia
yang sedang menjemput kakaknya pulang dari Jepang tak mungkin mengantarkan
gadis yang tak dikenalinya pulang. “Kenapa kau tidak menggunakan taxi saja
nona,” ujar Alex, gadis itu menggeleng dan langsung duduk disebelah Alex, “aku
pegal dan ingin cepat pulang dan tidur. Aku terlalu lelah untuk pergi kesana
dan berbicara lagi. Dan karena kau orang baik maukah kau mengantarkanku?, aku
sangat lelah. Tolonglah…..” pelas Amanda. Karena Alex tak tega melihat Amanda
yang sudah memelas seperti itu, Alexpun menyetujuinya dan karena mengantarkan
Amanda Alex diomeli oleh kakaknya yang bosan menunggu Alex yang kemudian pulang
menggunakan Taxi. Masih ingat dalam ingatannya, Amanda tertidur dalam mobilnya.
Sampai-sampai Alex harus membangunkan Amanda ketika mereka telah sampai tujuan.
“Terimakasih Marc, Alex,” ujar Amanda
membuyarkan lamunan Alex. “Hati-hati dan ingat baik-baik jalan yang ada disini,
jangan sampai tersesat. Kalau perlu nama jalannya kau tulis dan kau hapalkan ya
hahaa,” ejek Marc yang membuat Amanda manyun. Alex menahan tawa dengan apa yang
dikatakan oleh kakaknya, lalu dia berbicara pada Amanda yang telah berada
didepan pintu rumahnya, “jangan dengarkan apa yang dikatakan oleh kakakku,
Amanda,” “huh aku tidak akan mendengarkan ejekan dia, Alex,” ujar Amanda
memajukan bibirnya. Marc tertawa dan meminta pamit pada Amanda.
Setelah mobil BMW hitam itu melaju Alex
memperhatikan Amanda dari kaca spion sampai gadis berambut cokelat sebahu itu
masuk ke dalam rumahnya. Alexpun pindah ke bangku depan sambil melirik Marc
yang tersenyum samar. “Dia gadis yang menyenakan ya?,” tanya Marc, “ya kurasa,”
ujar Alex sambil memasang sabuk pengaman. “Semua orang mengetahui siapa aku,
bahkan orang dari luarpun mengetahui siapa aku tapi gadis itu tidak,” ujar Marc
tersenyum. “Aku Marc Marquez seorang juara dunia motoGP tidak dikenalinya.
Kemana saja gadis itu?, apa yang dilakukannya setiap harinya?, apakah dia tidak
pernah menonton televise?,” Alex mengangkat bahunya dan menatap pantulan
dirinya dikaca spion, “mungkin dia sibuk dengan urusannya,” ujar Alex, “ya
mungkin. Jangan jangan, kau tau apa maksudkukan?,” ujar Marc membuat Alex
menatap kakaknya sebentar lalu kembali lagi menatap pantulannya di kaca spion,
“jangan jangan dia juga tidak mengetahui kalau kau juga rider moto3,” dan
Alexpun menghela napas.
bersambung
*selamat pagi putriku
**iya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar