Senin, 19 Mei 2014

Resensi: When Passion Rules karya Johanna Lindsey



Judul                     : When Passion Rule: Kembalinya Sang Putri Lubinia
Penulis                  : Johanna Lindsey
Penerbit                 : Gagas Media
Tahun Terbit          : 2012
Tebal Halaman      : 569 halaman

Miris memang tapi ini lah kenyataannya. Saya harus menunggu satu tahun untuk dapat memiliki novel ini. Pertama kali saya melihat synopsisnya dibelakang, saya sudah tertarik dengan ceritanya. Dan…..saat tanggal 11 saya ke toko buku, saya melihat novel ini lagi dan hanya tinggal satu-satunya. Saya bingung, saya pernah menginginkannya dan sampai dengan sekarangpun masih, lagian saat itu rupiah dikantong lumayan banyak jadi saya mengambilnya daripada saya makan hati karena novelnya sudah dibeli oleh oranglain hahaa…

Alana Farmer dibesarkan di Inggris dan mendapatkan pendidikan yang luar biasa untuk wanita sepertinya. Wawasannya luas serta pikirannya kritis. Dia juga di ajarkan menggunakan senjata oleh Mathew Farmer, pamannya. 

Dari kecil Alana tinggal dengan pamannya karena orangtuanya telah meninggal. Saat umurnya 18 tahun pamannya yang biasa ia sebut poppie mengatakan bahwa dirinya adalah seorang putri Lubinia yang hilang, sebuah Negara yang sangat terbelakang. Alana terkejut. Setelah poppie menceritakan semuanya kepada Alana termasuk siapa poppie sebenarnya, Alana mulai mempercayainya walaupun hatinya menolak.

Alana harus cepat-cepat pergi ke Lubinia dan bertemu dengan Raja yang tak lain adalah ayahnya. Dia juga harus meyakinkan rakyat Lubinia bahwa Raja Frederick memiliki penerus tahta, tujuannya adalah untuk menghentikan terjadinya perang sipil yang di akbitkan oleh pemberontak yang ingin menggulingkan Raja Frederick.

Bersama poppie dan Henry, Alana pergi ke Lubinia. Tidak semudah apa yang dipikirkan Alana saat dirinya sudah memasuki kerajaan. Dia harus menunggu dengan para rakyat Lubinia yang memiliki urusan untuk bertemu dengan Raja. Dan akhirnya kapten penjaga istana, Christoph Becker, menghampiri Alana. Wanita itu mengatakan bahwa dirinya membutuhkan privasi untuk mengatakan kepentingannya bertemu Raja.

Alana dibawa oleh Christoph ke rumah nya yang ia bangun di istina. Dan dari sinilah ceritanya menjadi menarik dan membuat saya ketagihan untuk membacanya. 

Sang kapten tidak percaya begitu saja kepada Alana bahwa dirinya adalah sang putri. Pria itu terus mengintograsi Alana sampai-sampai mengintimidasinya. Dengan kecerdasannya Alana bisa menjawab pertanyaan Cristoph dengan sempurna hanya saja sang kapten yang memiliki sifat penggoda itu tidak mudah mempercayainya.

Dengan penggambaran fisik Christoph dari sang penulis, mungkin saya sudah menyukainya saat pertama kali bertemu. Bagaimana tidak? Dia adalah pria yang memiliki postur sangat tinggi, wajahnya tampan dan memiliki pangkat kapten. Walaupun kapten perlakuannya kepada Alana seperti orang barbar. Tapi dengan barbar nya itulah yang membuat Alana dan saya selalu meleleh dengan apa yang dikatakannya ataupun dilakukannya hehee…

Sang penulis rupanya sangat menikmati alur ceritanya, tidak terburu-buru, mengalir perlahan tetapi pasti dan itu membuat saya tenggelam kepada novel ini. Walaupun jarum jam sudah menunjukan pukul 1 malam, entah mengapa saya masih ingin membacanya, yaaaah…ini dikarenakan karena Christoph begitu barbar dan juga manis.

Hanya saja saya sempat terganggu dengan typo yang ada di beberapa bab. Tidak fatal memang tapi, itu membuat kenyamanan membaca saya. Apalagi typo nya saat mengucapkan nama orang. Pedahal namanya Boris, kenapa menjadi Bones? -.-

Penggambaran watak tokoh Alana dan Christoph sangat kental. Alana yang berpikir kritis dan cerdas, semetara Christoph yang menjengkelkan dan mencuri kesempatan dalam kesempitan sepertinya jika disatukan akan menarik hahaa :D mengingat banyak sekali perdebatan diantara mereka *eaaaa

Saking saya merasa senang dan mesem-mesem dengan cerita Alana dan Christoph, saat sang penulis menyuguhkan sudut pandang lain dari cerita, saya malah kesal. Kenapa tidak cerita Alana dan Christoph saja yang mengisi bab berikutnya? Tapi bila saya skip, ceritanya malah tidak akan nyambung.

Hanya saja saat di bab terakhir, alurnya terburu-buru. Penulis seperti dikejar deadline. Sudah saja begitu dan tamat. Tidak ada penjelasan lebih. Saya sempat dibuat bengong dengan alur ini. Mungkin jika penulis tidak dikejar deadline ataupun apa, “eksekusi” ending nya akan lebih manis mengingat awal ceritanya juga manis.

Well.. apakah Alana benar-benar putri Raja Freedick? Lantas jika benar, siapa yang ada di kuburan yang katanya itu adalah putri Raja Freedick? Apakah poppie menemukan orang yang menyuruhnya untuk membunuh putri Raja? Dan yang lebih penting lagi….. apakah Christoph meyukai Alana seperti Alana menyukai Christoph?

Hmh.. sepertinya kalian baca sendiri saja yaa :p

Sambil minum susu ditambah makan biscuit cokelat, mantaplah untuk menemani novel dari karya Johanna Lindsey.

WARNING!
ADA ADEGAN "PANAS"NYA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar