Jumat, 02 Mei 2014

Cerpen :Untuk Kakek dari Cucumu

P.S: cerpen ini aku tulis pas kelas X SMA. terinspirasi dari judul album (?) kakak kelas paskibraka aku hihihii :D
Untuk kakek dari Cucumu
(Sindi Primi Pujiyanti)
Hari ini sangat cerah. Tetapi tidak secerah hati Vella yang saat ini sedang mendengarkan dosennya menerangkan. Dia merasakan jenuh untuk belajar, rasanya dia ingin cepat-cepat lulus, tak apa nilainya tak bagus, yang penting lulus, bebas dari yang namanya buku-buku dan tugas. 
Kalau kuliahpun, Vella selalu ogah-ogahan. Kadang hari ini masuk, besoknya tidak. Pedahal orangtuanya sangat berharap pada Vella untuk menjadi kebanggaan dalam keluarganya. Dan, Vella tak pernah berfikir kalau orangtuanya susah payah mencari uang di kota Subang untuk membiayai sekolah dan kelangsungan hidup Vella di Bandung. Tetapi, Vella bukanlah seorang remaja yang oon, hanya saja dia terlalu malas dan otaknya jarang dia gunakan untuk berfikir.
“Akhirnya pulang juga” ucap Vella. 

Diapun pulang ke kos annya. Di kamaranya dia langsung merebahkan diri ke kasurnya. 
“Skripsi..” gumam Vella. 
”Bikin atau nyuruh orang tolong buatin yaa.. kalau bikin, kalau bikin males. Aah udah nyuruh orang aja, hihihihi...”.
Vellapun beranjak dari kasurnya menuju meja belajar dan mengambil ponselnya. Dia menelepon Deon, teman satu kampusnya yang selalu membantu Vella saat dia kesusahan. Setelah Vella meminta bantuan pada Deon, diapun langsung menuju apartemen milik Deon yang jaraknya tak jauh dari kos an Vella.
Suara bel apartemen Deonpun berbunyi. Deon membukakan pintu untuk Vella dan mengajaknya duduk di ruang tamu. Vellapun duduk dan menyimpan tasnya. Dia melihat keseliling apartemen Deon. Sebenarnya, ini bukan kali pertama Vella mengunjungi Deon di apartemennya, tetapi setiap kali dia mengunjungi apartemen Deon, dia selalu takjub akan rapih dan mewahnya tempat ini. Jauh berbeda dengan kamar kos an Vella yang berantakan. Di bersihkan paling 1 minggu sekali.
“Nih minumnya," ucap Deon yang menyodorkan teh hangat pada Vella.
“Mau dibikinin skripsi lagi?" tanya Deon sambil duduk. 
Vella hanya mengangguk. 
“Yakin nih? enggak akan nyesel?”goda Deon.
“Nyesel?, enggak akan lah. Udah dua kali skiripsi ku di buat oleh mu. Dan kata dosenku begini,”  gadis itupun mengangkat kedua jempolnya, lelaki dihadapannya hanya tersenyum. 
“Kenapa enggak buat sendiri aja? kan lebih bangga hasilnya kalau kata dosen mu ternyata bagus sekali.” 
Vella hanya menghela napas, “aku tuh males bikin skripsi, enggak bisa menuangkan kata-kata dalam tulisan. Mending di suruh baca aja. Terakhir aku buat skripsi, skipsi yang aku buat sendiri malah di refisi terus, kan jadi males buat sendiri." beber Vella.
“Yaudah aku bikinin deh.."
“Beneran? asyiiiik" ujar Vella girang.
“Tapi ini terakhir yaa..”
Mendengar kata-kata itu Vellapun cemberut, “hahaha.. cuman bercanda Ve”, Vellapun tersenyum lagi.
Beberapa bulan kemudian. Saat hari minggu Deon pergi ke kos an Vella untuk mengantarkan skirpsi yang sudah di buat olehnya. Deonpun mengetuk-ngetuk pintu kamar Vella, dan tak lama kemudian Vellapun membuka pintu tersebut. 
“Hai Ve, nih skripsinya sudah beres”
 “Waah, makasih banget ya Deon. Yuk masuk” ujap Vella yang mengambil skripsi dari tangan Deon. 
Kemudian mereka berduapun masuk. Deon duduk dikursi yang berdekatan dengan lemari sementara Vella duduk di kursi belajarnya dan menyimpan skripsinya di meja belajar. Deonpun melihat suasana sekelililng, dan Vella sadar apa yang akan di ucapkan oleh teman baiknya itu. 
“Maaf ya berantakan, aku belum sempet ngeberesin kamarku,hehhee..” ucap Vella cengengesan. Deon hanya mengangguk saja. 
"Eh iya, aku keluar dulu ya..” ucap Vella belalu.
Deonpun beranjak dari kursinya dan melihat foto yang ada di meja belajar Vella. Begitu berdebu fotonya itu. Deonpun mengambil foto itu dan membersihkan kaca frame foto dengan jaketnya. Deon begitu kaget akan gambar yang ada di frame tersebut. Begitu Vella tak memperdulikan keluarganya, terlihat dari foto tersebut yang sangat berdebu. Memang Vella adalah orang yang malas, tapi ini sangat keterlaluan sekali. Apakah dia sangat tak memperdulikan keluarganya dan tak pernah memikirkannya, itulah pertanyaan yang kini ada di benak Deon. 
Setelah melihat foto Vella bersama keluarganya, kini dia beralih pada foto yang lain. Sama, sangat berdebu. Deonpun membersihkan foto tersebut. Terihat dari gambar yang ada, itu adalah Vella bersama seorang lelaki tua, mungkin dia adalah kakeknya. Vella yangn sedang memakai pakaian putih abu dan memegang piala serta serifikat, terlihat dari tulisannya Vella adalah pemenang lomba osn biologi se-Jawa Barat. Deon sempat tak percaya akan prestasi Vella, tetapi dia percaya bahwa orang yang masuk kuliahnya bukan sembarang orang, pasti orang-orang yang memililki potensi hebat, termasuk Vella. Deonpun melihat jam tangannya dan mengeluarkan ponselnya dan mengitik pesan yang isinya, “Ve, kita ketemuan yah malam ini jam 7 di restoran di Dago, okey?” dan mengirimnya kepada Vella.
Malam harinya, tepat jam 7 malam di restoran yang di maksud oleh Deon, mereka berdua mengobrol biasa. Sampai pada inti pembicaraan Deon, Deonpun menghela napas panjang, Vellapun mengernyitkan keningnya.
“Ada apa Deon? ada masalah?” tanya Vella dengan nada khawatir. 
Deonpun meminum minumannya dan mulai membiacarakan masalahnya. 
“Sebenernya kau serius enggak sama kuliahmu?” tanya Deon bijak. 
Vellapun kaget, “serius lah” 
“Seberapa serius kamu menekuni kuliahmu ini Ve?,sepertinya, kamu tuh nyepelein kuliahmu dan harapan keluargamu”. 
Vella sangat kaget degan apa yang di bicarakan oleh Deon.  “a..apa sih maksudmu?”, ucap Vella tergagap-gagap. 
“Masalah buat kamu Deon?!” Vellapun emosi. 
“Denger Ve! Apa kamu enggak kasian sama keluargamu yang sudah bekerja keras untuk membiyayai kuliahmu, sementara kamu?” Vellapun menunduk. 
“Malah malas-malasan. Kamu itu tidak bego, kamu mampu untuk membuat skripsi, hanya saja kamu itu mudah menyerah, tak bisa bangit, dan terlalu malas.” 
Mendengar apa yangn di ucapkan secara bijak oleh Deon, membuat Vella menjatuhkan air matanya.
“Ingat Ve, apa yang kamu lakukan sekarang, pasti akan di balas di masa depan! Mungkin saja, nanti anak kamu akan sepertimu sekarang. Kuliah ogah-ogahan, sementara kamu kerja banting tulang. Terus kamu tuh tau kalau anakmu kuliah ogah-ogahan, sementara kamu percaya banget sama anakmu kalau dia pasti baik-baik saja dengan kuliahnya. Gimana Ve rasanya? sakitkan? kecewa? nah itu yang dirasain oleh orangtuamu kalau mereka tau kelakuan anaknya yang sekarang." 
Deonpun menghela napas lagi, “renungin apa yang aku bicarain Ve, ini juga buat kamu Ve, bukan buat aku. Jika kamu sekarang berubah, mungkin kakekmu akan bangga sekali pada cucunya yang hebat ini”, ucap Deon tersenyum. 
Mendengar kalimat yang diucapkan terkahir oleh Deon, air mata yangn jatuhpun semakin deras membasahi pipi Vella. Tetapi, ego Vellapun muncul. 
“Aku tuh capek Deon, capek! Aku tuh jenuh dengan belajarku.Aku tuh enggak bisa ngelawan sama yang namanya setan-setan malas Deon, aku tuh terlalu males. Terus, aku tuh ingin bebas dari yang namanya buku-buku, aku jenuh!" ucap Vella sambil menghapus air matanya. 
“Tapi, bebas bukan berarti terbangkan?” Vellapun terdiam. 
“Kamu pasti bisa Ve, kamu itu harus punya niat dan tegad. Dengan tegad yag kuat, kamu pasti bisa melawan semua setan-setan itu. Kamu pasti bisa merubah diri kamu dan membuat semuanya bangga padamu”.
Beberpa minggu berlalu. Setelah kejadian itu, mereka berdua jarang bertemu. Tetapi, pada hari selasa ini mereka berdua tak sengaja bertemu di perpustakaan, Deon hanya bicara ‘rubahlah dirimu’ ketika mereka berdua berpapasan.
Kata-kata yang diucapkan oleh Deon terngiang terus difikiran Vella. Dia ingin berubah, tapi terlalu malas untuk melakukan itu. Sampai suatu ketika, Vella di telepon oleh mamahnya agar dia pulang ke Subang, karena kakeknya sedang sakit. Otomatis Vella sangat cemas, karena kakek yang sangat disayangi oleh Vella  jatuh sakit.
Sesampainya di Rumah Sakit yang ada di Subang, Vella dan orangtuanya menuju ruangan dimana kakeknya di rawat. 
“Kek, Vella udah dateng. Kakek cepet sembuh ya" ucap Vella penuh harap dan duduk dikursi yang ada disebelah kakeknya. 
“Ve, ditinggal dulul ya sama mamah dan papah, mau ada perlu buat administrasi”, ucap mamahnya berlalu. 
Vella melihat kondisi kakeknya yang begitu rapuh, membuat Vella ingin menangis. Vella adalah cucu perempuan satu-satunya yang dimiliki kakeknya dan cucu yang paling di sayanginya.
Vella melihat wajah kakeknya yang dipasang selang impus, wajahnya begitu sangat tua dan kondisina begitu renta. Tiba-tiba saja, Vella teringat akan kata-kata yang di ucapkan Deon. Mengingat kata-kata itu pun tersadar. Selama ini Vella telah salah melangkah, terlalu jauh melangkah, dimana langkahnya itu bila diteruskan akan membuat orangtua serta kakek yang mempercayainyna kecewa. Mereka semua berharap agar Vella menjadi orang sukses, tapi karena egonya, dia mengabaikan semua itu. Di ruangan yang serba putih ini, Vella menitikan air matanya. Yah, Deon benar, orangtuanya susah payah bekerja, tapi dia?, malah ogah-ogahn kuliah. Yah, bener juga kata Deon, dia tidaklah bego melainkan dirinya terlalu malas untuk melakukan semuanya. Beberapa menit kemudian, kakeknya membuka matanya perlahan. 
“Vella, ngapain kamu kesini?, bagaimana dengan kuliah kamu?”, ucap kakeknya parau, mendengar pertanyaan dari kakeknya, tangisan Vella malah semakin menjadi-jadi. Dia tidak sanggup bila berkata berbohong dan juga bila jujur dia takut mengecewakan kakeknya. 
Kakeknya melihat kearah Vella, “kapan kamu wisuda?, kakek ingin melihat cucu kesayangnan kakek memakai toga dan melihat lulus kulilah dengan nilai memuaskan. Kakek ingin sekali melihatnya Vella”. 
Vella mnghapus air matanya dan hanya melontarkan senyum pada kakeknya. Yah, kali ini Deon benar lagi, bahwa dia harus berubah, agar semuanya bangga padanya, terutama kakeknya.
Hari-hari telah Vella lewati dengan berusah untuk menghilangkan setan malas yang ada di dirinya. Pada saat Vella menjenguk kakeknya, Vella berjanji bahwa dirinya akan berusaha untuk berubah, berusaha melawan setan-setan malas dan membuat skripsi sendiri. Dan yang palilng penting lagi, dia ingin memberikan persembahan untuk kakeknya dengan cara nilai yang sangat baik saat dia lulus nanti. Deon pernah bilang, dengan adanya niat dan tekad yang kuat pasti, dia bisa melalui masa-masa ini. Dan inilah yang menjadi motivasi Vella untuk merubah dirinya.Wisuda tinggal beberapa bulan lagi, dan dosen pembimbingpun memberikan tugas akhir. Kini dia akan membuktikan pada Deon, bahwa dia pasti bisa berubah dirinya. 
Mendapatkan nilai yang amat baik tidaklah mudah, butuh perjuangan untuk mendapatkannya, karena yang namanya sukses itu tidak didapatkan secara instan melainkan harus dengan perjuangan. Vella harus rela meninggalkan acara favoritenya untuk mencari bahan skripsinya. Selain butuh perjuangan, sukses juga butuh pengorbanan. Tetapi, akan mendapatkan buah yang manis di akhir nanti.
Saat Vella mencari bahan untuk skripsi di perpustakaan kuiahannya, tiba-tiba dia bertemum dengan Deon. Deon yang melihat Vella mencari bahanpun menyapa Vella. 
“Eh Deon, makasih ya selama ini sudah mau bantu aku”. Ucap Vella sebari tersenyum.
Deonpun menggaruk-garuk rambutnya “hehehe, sudah sewajarnya dong Ve, kan kita teman”, mereka berduapun tersenyum. 
“Makasih banget ya Deon, gara-gara perkataanmu yang waktu malam itu, aku jadi tersadar”, ucap Vella sebari   tersenyum 
“waah, syukur Ve kalau kamu mau berubah” 
“pokoknya nanti liat aja ya Deon pas kelulusan, namaku pasti dipanggil karena nilai yang amat baik”. Mendengar teman baiknya berubah, Deonpun senang.
Pada saat pengujian, banyak sekali rintangan yang di alami oleh Vella, tetapi Vella tak patah semangat, dia harus tegar melawan rintangan tersebut.
Hari yang ditunggu oleh semuanyapun datang. Orangtua Vella bersama kakeknyapun datang menghadiri acara yag sangat penting ini. Acarapun akhirnya dimulai. Sesi ini adalah sesi pemanggilan para wisudawan. Pertama nama Deon dipanggil. Setelah turun dari panggung, Deon mengacungkan jempolnya pada Vella yang berada tak jauh dari pandangannya. Vellapun membalas acungan jempol Deon. Beberapa menit kemudian nama Vellapun dipanggil dan ternyata, dia mendapatkan nilai yang amat baik dalam angkatannya. Vella yang berjalan menuju panggungpun terharu dan tak percaya, ternyata kerja kerasnya ini berbuah manis pada akhirnya. Semua orangpun bertepuk tangan, orangtuanya melihat Vella sangat bangga, termasuk kakeknya, dia sangat bangga mempunya cucu seperti Vella. Karena bahagianya dan bangganya kepada cucunya, kakeknya Vellapun melakukan standing aplous, tak hanya kakeknya Deonpun melakukan hal yang sama. Ternyata yang diucapkan Vella pada Deon diperpustakaan benar-benar terjadi, dia sangat takjub akan apa yang diperbuat oleh Vella.
Setelah semuanya bubar, Deon menghampiri Vella dan memberinya dia selamat. Kemudian Vellapun menghampiri orangtuanya dan kakeknya serta memeluk mereka. 
“mamah dan papah bangga mempunyai anak sepertimu Ve”, ucap mamahnya tersenyum bangga. 
“Ini adalah cucu kakek yang pailng hebat, kakek bangga denganmu Ve..”ucap kakeknya, Vellapun memeluk kakeknya, 
“ini peresembahan untuk mu kakek, hadiah buat kakek” 
“ini untuk kakek, dari cucumu”, ucap Vella tersenyum bangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar