ini cuman fiksi yaa :) selamat membaca :*
I’m Standing Here Watching You Crying
Maria dengan cekatan menata rambut Amanda
dengan model gaya Messy Up-do. Riasan
wajah yang Maria poles pada wajah Amanda tidak terlalu berlebihan. Sepertinya selain pintar di bidang tata boga, wanita paruh baya itu juga pintar
dalam bidang tata rias.
“Wah kelihatannya seperti bukan aku,” ujar
Amanda melihat pantulan dirinya dalam cermin di kamarnya.
Maria menghampiri Amanda tersenyum. “Kau
sangat cantik Amanda. Kau bagaikan Dewi Yunani!”
Masih sambil memandangi pantulannya di cermin
Amanda mengibaskan lengannya. “Kau terlalu berlebihan Maria. Aku ini biasa saja
kok. Mungkin ini efek dari riasan mu, jadi aku terlihat seperti Dewi Yunani.
Wah.. terimakasih ya Maria.” Amanda membalikan badannya dan memeluk Maria.
“Kau ini terlalu merendah, sayang. Riasanku
ini biasa saja kok. Kau ini memang cantik, tanpa riasan saja kau sudah cantik
apalagi memakai riasan.” Maria melepaskan pelukan Amanda dan meniup kening
gadis itu yang berkeringat sedikit.
“Kira-kira Marc suka tidak ya dengan hadiah
dariku ini?” Tanya Amanda tiba-tiba.
“Pasti suka, sayang. Lukisan mu itu sama
bagusnya dengan lukisan Picaso.”
Amanda tersenyum dan mengambil lukisan yang
sudah di bungkus itu. Gadis itu keluar rumah dengan anggunnya. Tapi sayang ke
anggunan itu harus hilang saat mendapati ayahnya, Gerardo ada di depan pintu
hendak memencet bel rumah.
“Ayah?” Tanya Amanda kaget.
Gerardo melihat penampilan putrinya dari atas
sampai bawah dan melihat sebuah kado yang Amanda pegang di lengan kirinya. “Mau
kemana Amanda?”
Amanda hendak menjawab pertanyaan Gerardo
tetapi ia hentikan lantaran Maria memanggilnya.
Wanita itu menghampiri Amanda. “Sayang, tadi
ada telepon dari Alex Marquez, katanya apakah dia boleh menjemput mu atau
tidak.”
“Marquez? Kamu mau pergi ke kediaman
Marquez?” Tanya Gerardo dengan nada tak percaya. Jelas-jelas Amanda telah disakiti
oleh anak sulung keluarga Marquez, tapi anehnya putrinya itu masih ingin
menemui Marc. Gerardo tak mengerti tentang putrinya ini.
Amanda menunduk. Semenjak ia meminta pulang
ke Indonesia, Gerado menduga bahwa Marc telah menyakiti hatinya. Kemudian dugaan
itu benar ketika Gerardo menanyakan apakah ini ada hubungannya dengan Marc atau
tidak, putrinya itu mengangguk pelan walau pun ia menambahkan kata “tapi” dalam
jawabannya.
“Tapi Marc tidak sepenuhnya salah,” begitulah
jawabnya.
Dari situ Gerardo memperingati Amanda untuk
tidak dekat-dekat dengan anak sulung keluarga Marquez atau pun anak
bungsungnya. Saat itu hati Amanda sedang nyeri nyeri nya dengan Marc, serta
rasa benci pun muncul dari hati gadis blasteran Spanyol-Indonesia tersebut.
Maka waktu itu Amanda berjanji untuk tidak dekat-dekat lagi dengan keluarga
Marquez.
“Oh ya ampun Amanda. Adakah kegiatan yang
lebih bermanfaat ketibang pergi ke kediaman Marquez? Misalnya melukis? Atau aku
akan mengajakmu jalan-jalan keliling kota Barcelona.” Ujar Gerardo sebari
menghela napas.
Maria yang berdiri tak jauh dari Amanda mengerti keinginan gadis itu. “Maaf
kalau saya lancang. Tapi, izinkan Amanda untuk pergi ke kediaman Marquez. Ini
untuk yang terakhir kalinya.”
Amanda menatap Maria tersenyum kemudian
beralih menatap Gerardo dengan tatapan memohon.
Gerardo menghela napas dan mengizinkan Amanda
untuk pergi ke kediaman Marquez asalkan dirinyalah yang mengantar Amanda.
“Terimakasih ayah,” ujar Amanda memeluk
Gerardo. Gadis itu melepas pelukannya dan menatap Maria.
“Terimakasih Maria. Tanpa kau mungkin aku
tidak bias pergi. Terimakasih sekali,” ujarnya sebari berbisik.
“Sama-sama, sayang.”
“Oh iya, mau kah kau tinggal dulu disini?
Atau kau menginap saja disini Maria, bagaimana?”
“Boleh saja.” Ujarnya.
*****
Saat di perjalan, Gerardo bertanya kepada
Amanda, gambar apa yang ada di balik kanvas yang sudah di bungkus itu.
“Ini gambar Marc,” jawab Amanda dengan
malu-malu.
“Kau sangat menyukai Marc?” Tanya Gerardo.
“Yaa..” jawab Amanda dengan suara parau.
Gerardo menghela napas dan kembali menatap
jalanan. Ternyata putrinya ini sangat menyukai pembalap playboy itu.
Amanda menatap pemandangan yang bisa dilihat
dari jendela mobil dan pertanyaan berkecamuk di pikirannya. Memangnya salah
kalau dia menyukai Marc? Gadis itu menghela napas dan teringat akan Ibunya,
Lina.
Ibu, kita sama. Hati kita sudah di tawan oleh
lelaki Spanyol. Gumam Amanda dalam hati. Gadis itu menghela napas dan melihat
ke arah Gerardo yang sedang focus menyetir.
“Memangnya kenapa kalau aku menyukai Marc?”
Amanda kaget dengan pertanyaan yang baru keluar dari mulutnya itu.
Gerardo menatap Amanda dengan heran. “Mudah
saja untuk menjawab pertanyaan mu itu, Amanda.” Ujarnya. “Karena Marc tidak
cukup baik untukmu. Dia lelaki…”
“Lelaki Spanyol yang tidak bertanggung jawab
dan tukang selingkuh?” potong Amanda dengan spontan.
Gerardo kaget. Tak menyangka putrinya itu
akan mengungkit luka lama.
“Maafkan aku. Aku tidak bermaksud
menyinggungmu.” Ujar Amanda sebari memalingkan wajahnya.
Ya, orangtua Amanda bercerai lantaran Gerardo
ketauan selingkuh dengan salah satu model yang terkenal di Spanyol. Saat itu
Lina ada di Indonesia sementara Gerardo ada di Barcelona. Lina kira Gerado
mengurus pekerjaannya di Barcelona dan sampai seseorang mengirimkan foto kepada
Lina lewat Email. Saat itu Lina sakit hati melihat foto mesra Gerardo dengan
model sialan itu. Dari situ Lina meminta Gerardo untuk ke Indonesia secepatnya
dan meminta penjelasan tentang foto-foto mesra tersebut. Dari situ lah awal ke
hancuran rumah tangga Gerardo dan Lina.
*****
Alex gelisah, lantaran tamu yang di undangnya
belum datang juga. Asalnya Alex menawarkan jemputan untuk Amanda tapi, seperti
apa yang dikatakan oleh wanita yang mengangkat telepon rumah Amanda, gadis itu di antar oleh Ayahnya.
“Alex,” panggil seseorang mengagetkan Alex.
Lelaki itu bangkit dan menatap orang yang ada
di hadapannya dengan kening mengkerut. “Laia?”
Wanita yang bernama Laia itu tersenyum.
“Dimana Marc?” tanyanya.
Alex mengangkat bahunya dan mengedarkan
pandangannya mencari Marc sekaligus mencari keberadaan Amanda. “Entahlah dari
tadi aku tidak melihatnya. Pedahal dia yang punya acaranya tapi malah
menghilang.”
Laia tertawa. “Kenapa kau tidak mencarinya?”
Alex menatap Laia. Aku dari tadi sedang
mencari kok tapi, mencari Amanda bukan Marc. “Ah aku tidak sempat pikir.”
Laia geleng-geleng kepala sebari tertawa. “Yasudah
aku mau mencari Marc dulu ya.”
Alex mengangguk dan duduk kembali di sofa.
5 menit setelah kedatangan Laia. Akhirnya
Amanda pun datang juga. Sebuah senyuman merekah di wajah imut Alex. Lelaki itu pun
menghampiri Amanda yang celingak-celinguk.
“Hey,” ujar Alex sebari menepuk bahu Amanda.
“Hey Alex. Kemana Marc?”
Bahu Alex merosot saat Amanda bertanya
tentang Marc. Bisakah semua orang tidak menanyai keberadaan Marc kepadaku?
Bahkan orang yang aku sukai juga? Sial! Inikan pestanya Marc.
“Alex, are
you ok?” karena dari tadi lelaki itu diam saja saat ditanya oleh Amanda.
“Ya, aku baik-baik saja.” Jawab Alex
buru-buru. Kalau aku boleh jujur, aku tidak merasa baik Amanda.
“Well, dimana Marc?” Tanya Amanda sekali
lagi.
“Entahlah, dari tadi aku belum melihatnya.”
Alex menyuruh Amanda untuk duduk dan mengajaknya berbicang-bincang.
“Aku membawakan sesuatu untuk Marc. semoga
dia menyukainya.” Amanda tersenyum pada benda yang ia pangku.
“Apa itu?” Tanya Alex penasaran.
Amanda menatap Alex dan tersenyum. “Ini
rahasia, Alex.”
Gadis itu pun bangkit dari duduknya. “Oh iya,
aku mau mencari Marc dulu ya. Dah Alex.”
Alex hanya mengangguk dan menatap kepergian
Amanda. Adakah seseorang yang mencariku? Tanya Alex pada diri sendiri.
*****
“Maaf
kan aku jika selama in aku mempermainkanmu.”
Amanda menajamkan pendengarannya dan yang
tadi itu seperti suara Marc. Dia pun melangkahkan kakinya kepada sumber suara
dan membelok ke halaman belakang. Seketika langkahnya terhenti saat melihat
Marc menicum seseorang.
Gadis itu menutup mulutnya dengan kedua tangannya
sehingga lukisan yang dibawanya terjatuh.
*****
Marc tidak tau apa yang ada dibenaknya saat
dia mencium Laia. Jelas-jelas ia tengah mencium tunangan oranglain. Tapi,
anehnya wanita itu –yang menuduh anak yang dikandungnya adalah anak Marc tidak
mengelak saat Marc mencium bibirnya.
Pria itu menghentikan ciuman saat mendengr
sebuah benda terjatuh. Marc melihat Amanda yang menutup mulutnya dengan kedua
telapak tangannya.
“Amanda,” ujar Marc kaget. Saat dirinya akan
menghampiri Amanda, gadis itu malah pergi.
*****
Alex sedang mengobrol dengan beberapa tamu
saat suara Marc membuat semua tamu menengok ke belakang.
“Amanda, aku bisa jelaskan itu.” Teriak Marc
tak peduli dengan tamu undangan yang bertanya-tanya pada dirinya.
Alex mengkerutkan keningnya dan melihat gadis
yang mendukan wajahnya berjalan menembus kerumunan tamu undangan.
“Amanda,” gumam Alex.
*****
Amanda berjalan cepat meninggalkan kerumunan
tamu undangan sebari memegang dada sebelah kirinya. Dadanya itu sakit sekali.
Coba banyangkan jika kau melihat orang yang kau sukai tengah mencium seseorang.
Apa yang kau rasakan? Sakit? Ya sakit. Sakitnya itu disini. Di dada sebelah
kiri.
Marc memang brengsek. Sudah beberapa kali
pria itu membuat Amanda menangis tapi, anehnya Amanda tetap saja menyukai Marc. Rasanya dia tidak kapok menyukai Marc walau pun hatinya terus saja sakit.
Gadis itu berdiri di gerbang rumah kediaman
Marquez dan menangis sesenggukan.
“Amanda,” ujar seseorang sebari memegang
pundak Amanda.
Amanda menoleh. “Alex.”
Alex pun menarik Amanda kedalam pelukannya
dan membiarkan Amanda menangis disitu.
“Kenapa menyukai Marc bisa sesakit ini?”
Tanya Amanda disela-sela tangisnya.
Alex memejamkan matanya. Seolah dia juga
merasakan apa yang Amanda rasakan.
“Sudah ya jangan menangis,” bujuk Alex. “Kau
tidak boleh membuang air matamu untuk pria brengsek itu.”
Salahkah jika Alex mengatai kakaknya dengan
sebutan brengsek? Tidak juga dan memang benar bahwa kakaknya itu brengsek.
Mengoleksi 18 mantan di umurnya yang sekarang genap 21 dan tak jarang dari
mantannya itu menuduh Marc bahwa pria itu bapak dari anak yang mereka kandung.
Dan sekarang, Marc membuat Amanda –orang yang ia sukai menangis dan merasakan
sakit seperti mantan-mantan Marc.
Alex menggigit bibir bawahnya dan menatap
tajam pada kakaknya yang diam mematung di halaman depan rumah mereka.
*****
Marc menghentikan kakinya saat melihat Alex
sedang memeluk Amanda. Pria itu tidak mengerti apa yang ia rasakan saat melihat
pemadangan tersebut. Bisa dibilang hatinya nyeri. Tapi, sepertinya buka karena
melihat Alex memeluk Amanda tapi, karena dirinya melihat Amanda menangis
sesenggukan karena ulah dirinya.
“Aku… memang brengsek, Amanda,” gumamnya pada
diri sendiri.
Dan saat bergumam seperti itu, dia
mendapatkan tatapan tajam dari adiknya. Marc membalas tatapan tersebut dengan
tidak kalah tajamnya. Entah kenapa rasa nyeri nya itu berganti dengan perasaan
benci kepada Alex.
bersambung....
aku seneeeng sama part ini hehee.. gatau deh kalau kalian :)
*kalian tuh siapa? :(*
*iya kalian. kalian yang sedang sudah membaca ini*
*emang ada ya yg baca?*
* :')* hahaa abaikan yaa :)
i love it.. :)
BalasHapusmakasih :)
Hapuslanjut dong kak....
BalasHapusmaaf baru dilanjut lagi yaaa ;) sudah saya lanjut tuh hehee maaf kalau kurang memuaskann ceritanya. terimakasih sudah berkunjung :) :*
Hapus