Jumat, 25 Juli 2014

Proses Mencari Jati Diri

Pernah denger lagu River dari JKT48? Jika pernah pasti Anda tau bahwa ada kalimat be your self dalam lagu tersebut.

be your self...

Yes kata-kata itu mengganggu pikiran saya dan beberapa pertanyaan pun menari-nari di pikiran saya. Memang menjadi diri sendiri itu perlu bahkan wajib tapi, bagaimana kita menjadi diri sendiri jika kita sendiri tidak tau diri kita ini seperti apa? Atau...  kita ini bagaimana?

who am I?

Itu adalah kata-kata yang selalu dilontarkan oleh mantan kepala sekolah saya ketika SMA. Jika beliau kebagian menjadi pembina upacara, beliau selalu berkata bahwa kita harus mengetahui diri kita sendiri seperti apa dan menulis pertanyaan itu dalam buku Diary (karena beliau senang menulis Diary) dan tentu saja dijawab tapi, sampai sekarang saya tidak tau jawaban dari who am I? tersebut. Saya tau tapi, saya ragu jika saya seperti itu. Dalam kasus ini, itu disebut sebagai proses mencari jati diri.

Saya seorang gadis gemini yang berumur 18 tahun. Seharusnya dalam umur segitu saya sudah menemukan jati diri saya. Tapi, nyatanya saya tidak. Saya juga tidak mengerti tentang diri saya sendiri. Saya seperti ini tapi, kadang saya juga seperti itu. Labil kan?

Bisa dibilang saya tomboy. Saya menyukai bola dan balapan melebihi adik saya. Jika diskusi tentang bola, papah saya selalu kepada saya. Ketika ada piala dunia, papah saya ngajak nobar kepada saya. Sebenarnya siapa yang salah? adik saya atau saya? ._.

Kalau sudah senang yaa mau gimana lagi. Seperti selera saya dalam bermusik. Saya lebih menyukai lagu rock barat yang menghentak daripada lagu yang melow melow yang menurut saya tidak gentle sekali. Salahkah seorang gadis seperti saya menyukai lagu rock (paramore, 30second to mars, aerosmith, evanescence etc), MotoGP dan bola? Tidak, itu tidak salah, kalau menurut saya.

Dalam hal penampilan saya bisa dibilang cuek. Dibandingkan dengan adik saya yang lelaki, dia itu selalu memperhatikan penampilan dengan sangat detail. Kalau saya sih... apa adanya, simple dan yang pasti comfortable. Saya lebih menyukai setelan jeans, kaos dan dipadukan dengan jaket atau kemeja. Kemudian gaya berkerudung saya pun sederhana. Yang penting menutupi dada saja dan yang pasti tidak menyerupai punuk unta :)
Jika sedang berkumpul dengan teman-teman cewek atau pun cowok. Saya nyambung dengan pembicaran lelaki. Pasti mereka membicarakan klub kebanggaan mereka yang pastinya selalu menjadi rival berat klub kebanggaan saya dan juga soal balapan. Saya terkenal sebagai Marquez dikelas -_- haha.. dan juga saya terkenal dengan gadis pendengar musik rock. Sampai-sampai jika ponsel saya dicolokan kepada e-jeck, teman-teman saya -yang pastinya perempuan selalu protes. Katanya, "ngedengerin lagunya jangan pakai hp si sindi. Gombrang gombreng lagunya." Wah.... Mereka belum mengetahui betapa kerennya musik rock wkwkwk.

Saya sangat menikmati diri saya yang diatas. Simple, keren, tidak cengeng dan tentunya Lady Rocker! Tapi... masalah datang ketika saya satu angkot bersama dua remaja putri yang seumuran dengan saya. Tampilan mereka itu beda dengan saya. Rambutnya di tata dengan rapih. Wajahnya memakai make-up. Pakaiannya sangat cewek sekali. Memakai aksesoris. Sementara saya.... Kerudung biasa saja. Setelan jeans, kaos dan jaket. Riasan wajah.... tidak ada ._.

Sampai-sampai Mamah saya pernah bilang kepada saya begini, "neng kalau sudah kuliah mah agak pink dikit atuh. Pake make-up, mau Mamah beliin gak?." Azzzz -_- jadi selama ini saya dark gitu, ya? syedih :( Tapi, jangan kira. Saya ini bandarnya make-up (katanya sih). Saya juga suka maen dandan-dandanan dengan teman saya. Saya juga tau brand make-up yang bagus apa ataupun tas branded.

Jadi.. saya ini bagaimana? Saya ini tomboy tapi, saya juga memiliki sisi feminim yaaa walaupun sedikit.

So... who am I?

Saya adalah gadis yang bernama Sindi Primi Pujiyanti yang memiliki sifat cuek dengan penampilan, setia kawan, kadang kalau ngomong tidak nyambung, penyuka musik rock (terkenal sebagai parawhores, sebutan untuk fans paramore), disaat semua remaja putri ingin terlihat cantik saya malah ingin terlihat keren. Feminim? hanya 10% itu pun maybe.Yaaa.. selebihnya orang saja yang menilai saya ini seperti apa :D
 
Jadi teman-teman.... Ayoo.. temukan jati diri kalian! :) Dengan menulis A-Z tentang diri kalian dan temukan titik temunya :D. Semoga membantu yaa :) 


Special Quotes of This Post :)
 
Damn! it's true!!

Rabu, 23 Juli 2014

Just The Way You Are #11 (fanfiction)




ini cuman fiksi yaa :) selamat membaca :*


I’m Standing Here Watching You Crying
 

Maria dengan cekatan menata rambut Amanda dengan model gaya Messy Up-do. Riasan wajah yang Maria poles pada wajah Amanda tidak terlalu berlebihan. Sepertinya selain pintar di bidang tata boga, wanita paruh baya itu juga pintar dalam bidang tata rias.

“Wah kelihatannya seperti bukan aku,” ujar Amanda melihat pantulan dirinya dalam cermin di kamarnya.

Maria menghampiri Amanda tersenyum. “Kau sangat cantik Amanda. Kau bagaikan Dewi Yunani!”

Masih sambil memandangi pantulannya di cermin Amanda mengibaskan lengannya. “Kau terlalu berlebihan Maria. Aku ini biasa saja kok. Mungkin ini efek dari riasan mu, jadi aku terlihat seperti Dewi Yunani. Wah.. terimakasih ya Maria.” Amanda membalikan badannya dan memeluk Maria.

“Kau ini terlalu merendah, sayang. Riasanku ini biasa saja kok. Kau ini memang cantik, tanpa riasan saja kau sudah cantik apalagi memakai riasan.” Maria melepaskan pelukan Amanda dan meniup kening gadis itu yang berkeringat sedikit.

“Kira-kira Marc suka tidak ya dengan hadiah dariku ini?” Tanya Amanda tiba-tiba.

“Pasti suka, sayang. Lukisan mu itu sama bagusnya dengan lukisan Picaso.” 

Amanda tersenyum dan mengambil lukisan yang sudah di bungkus itu. Gadis itu keluar rumah dengan anggunnya. Tapi sayang ke anggunan itu harus hilang saat mendapati ayahnya, Gerardo ada di depan pintu hendak memencet bel rumah.

“Ayah?” Tanya Amanda kaget.

Gerardo melihat penampilan putrinya dari atas sampai bawah dan melihat sebuah kado yang Amanda pegang di lengan kirinya. “Mau kemana Amanda?”

Amanda hendak menjawab pertanyaan Gerardo tetapi ia hentikan lantaran Maria memanggilnya.

Wanita itu menghampiri Amanda. “Sayang, tadi ada telepon dari Alex Marquez, katanya apakah dia boleh menjemput mu atau tidak.”

“Marquez? Kamu mau pergi ke kediaman Marquez?” Tanya Gerardo dengan nada tak percaya. Jelas-jelas Amanda telah disakiti oleh anak sulung keluarga Marquez, tapi anehnya putrinya itu masih ingin menemui Marc. Gerardo tak mengerti tentang putrinya ini.

Amanda menunduk. Semenjak ia meminta pulang ke Indonesia, Gerado menduga bahwa Marc telah menyakiti hatinya. Kemudian dugaan itu benar ketika Gerardo menanyakan apakah ini ada hubungannya dengan Marc atau tidak, putrinya itu mengangguk pelan walau pun ia menambahkan kata “tapi” dalam jawabannya.

“Tapi Marc tidak sepenuhnya salah,” begitulah jawabnya.

Dari situ Gerardo memperingati Amanda untuk tidak dekat-dekat dengan anak sulung keluarga Marquez atau pun anak bungsungnya. Saat itu hati Amanda sedang nyeri nyeri nya dengan Marc, serta rasa benci pun muncul dari hati gadis blasteran Spanyol-Indonesia tersebut. Maka waktu itu Amanda berjanji untuk tidak dekat-dekat lagi dengan keluarga Marquez. 

“Oh ya ampun Amanda. Adakah kegiatan yang lebih bermanfaat ketibang pergi ke kediaman Marquez? Misalnya melukis? Atau aku akan mengajakmu jalan-jalan keliling kota Barcelona.” Ujar Gerardo sebari menghela napas.

Maria yang berdiri tak jauh dari  Amanda mengerti keinginan gadis itu. “Maaf kalau saya lancang. Tapi, izinkan Amanda untuk pergi ke kediaman Marquez. Ini untuk yang terakhir kalinya.” 

Amanda menatap Maria tersenyum kemudian beralih menatap Gerardo dengan tatapan memohon.

Gerardo menghela napas dan mengizinkan Amanda untuk pergi ke kediaman Marquez asalkan dirinyalah yang mengantar Amanda.

“Terimakasih ayah,” ujar Amanda memeluk Gerardo. Gadis itu melepas pelukannya dan menatap Maria.

“Terimakasih Maria. Tanpa kau mungkin aku tidak bias pergi. Terimakasih sekali,” ujarnya sebari berbisik.

“Sama-sama, sayang.”

“Oh iya, mau kah kau tinggal dulu disini? Atau kau menginap saja disini Maria, bagaimana?”

“Boleh saja.” Ujarnya.            

                                                                        *****
Saat di perjalan, Gerardo bertanya kepada Amanda, gambar apa yang ada di balik kanvas yang sudah di bungkus itu. 

“Ini gambar Marc,” jawab Amanda dengan malu-malu.

“Kau sangat menyukai Marc?” Tanya Gerardo.

“Yaa..” jawab Amanda dengan suara parau.

Gerardo menghela napas dan kembali menatap jalanan. Ternyata putrinya ini sangat menyukai pembalap playboy itu.

Amanda menatap pemandangan yang bisa dilihat dari jendela mobil dan pertanyaan berkecamuk di pikirannya. Memangnya salah kalau dia menyukai Marc? Gadis itu menghela napas dan teringat akan Ibunya, Lina. 

Ibu, kita sama. Hati kita sudah di tawan oleh lelaki Spanyol. Gumam Amanda dalam hati. Gadis itu menghela napas dan melihat ke arah Gerardo yang sedang focus menyetir.

“Memangnya kenapa kalau aku menyukai Marc?” Amanda kaget dengan pertanyaan yang baru keluar dari mulutnya itu.

Gerardo menatap Amanda dengan heran. “Mudah saja untuk menjawab pertanyaan mu itu, Amanda.” Ujarnya. “Karena Marc tidak cukup baik untukmu. Dia lelaki…”

“Lelaki Spanyol yang tidak bertanggung jawab dan tukang selingkuh?” potong Amanda dengan spontan.

Gerardo kaget. Tak menyangka putrinya itu akan mengungkit luka lama.

“Maafkan aku. Aku tidak bermaksud menyinggungmu.” Ujar Amanda sebari memalingkan wajahnya.

Ya, orangtua Amanda bercerai lantaran Gerardo ketauan selingkuh dengan salah satu model yang terkenal di Spanyol. Saat itu Lina ada di Indonesia sementara Gerardo ada di Barcelona. Lina kira Gerado mengurus pekerjaannya di Barcelona dan sampai seseorang mengirimkan foto kepada Lina lewat Email. Saat itu Lina sakit hati melihat foto mesra Gerardo dengan model sialan itu. Dari situ Lina meminta Gerardo untuk ke Indonesia secepatnya dan meminta penjelasan tentang foto-foto mesra tersebut. Dari situ lah awal ke hancuran rumah tangga Gerardo dan Lina.

                                                                        *****
Alex gelisah, lantaran tamu yang di undangnya belum datang juga. Asalnya Alex menawarkan jemputan untuk Amanda tapi, seperti apa yang dikatakan oleh wanita yang mengangkat telepon rumah Amanda, gadis itu di antar oleh Ayahnya.

“Alex,” panggil seseorang mengagetkan Alex.

Lelaki itu bangkit dan menatap orang yang ada di hadapannya dengan kening mengkerut. “Laia?”

Wanita yang bernama Laia itu tersenyum. “Dimana Marc?” tanyanya.

Alex mengangkat bahunya dan mengedarkan pandangannya mencari Marc sekaligus mencari keberadaan Amanda. “Entahlah dari tadi aku tidak melihatnya. Pedahal dia yang punya acaranya tapi malah menghilang.”
 
Laia tertawa. “Kenapa kau tidak mencarinya?”

Alex menatap Laia. Aku dari tadi sedang mencari kok tapi, mencari Amanda bukan Marc. “Ah aku tidak sempat pikir.” 
 
Laia geleng-geleng kepala sebari tertawa. “Yasudah aku mau mencari Marc dulu ya.”

Alex mengangguk dan duduk kembali di sofa.

5 menit setelah kedatangan Laia. Akhirnya Amanda pun datang juga. Sebuah senyuman merekah di wajah imut Alex. Lelaki itu pun menghampiri Amanda yang celingak-celinguk.

“Hey,” ujar Alex sebari menepuk bahu Amanda.

“Hey Alex. Kemana Marc?”

Bahu Alex merosot saat Amanda bertanya tentang Marc. Bisakah semua orang tidak menanyai keberadaan Marc kepadaku? Bahkan orang yang aku sukai juga? Sial! Inikan pestanya Marc.

“Alex, are you ok?” karena dari tadi lelaki itu diam saja saat ditanya oleh Amanda.

“Ya, aku baik-baik saja.” Jawab Alex buru-buru. Kalau aku boleh jujur, aku tidak merasa baik Amanda.

“Well, dimana Marc?” Tanya Amanda sekali lagi.

“Entahlah, dari tadi aku belum melihatnya.” Alex menyuruh Amanda untuk duduk dan mengajaknya berbicang-bincang.

“Aku membawakan sesuatu untuk Marc. semoga dia menyukainya.” Amanda tersenyum pada benda yang ia pangku.

“Apa itu?” Tanya Alex penasaran.

Amanda menatap Alex dan tersenyum. “Ini rahasia, Alex.”

Gadis itu pun bangkit dari duduknya. “Oh iya, aku mau mencari Marc dulu ya. Dah Alex.” 

Alex hanya mengangguk dan menatap kepergian Amanda. Adakah seseorang yang mencariku? Tanya Alex pada diri sendiri.

                                                                        *****
 “Maaf kan aku jika selama in aku mempermainkanmu.”

Amanda menajamkan pendengarannya dan yang tadi itu seperti suara Marc. Dia pun melangkahkan kakinya kepada sumber suara dan membelok ke halaman belakang. Seketika langkahnya terhenti saat melihat Marc menicum seseorang.

Gadis itu menutup mulutnya dengan kedua tangannya sehingga lukisan yang dibawanya terjatuh.

                                                                        *****
Marc tidak tau apa yang ada dibenaknya saat dia mencium Laia. Jelas-jelas ia tengah mencium tunangan oranglain. Tapi, anehnya wanita itu –yang menuduh anak yang dikandungnya adalah anak Marc tidak mengelak saat Marc mencium bibirnya. 

Pria itu menghentikan ciuman saat mendengr sebuah benda terjatuh. Marc melihat Amanda yang menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.

“Amanda,” ujar Marc kaget. Saat dirinya akan menghampiri Amanda, gadis itu malah pergi.

                                                                        *****
Alex sedang mengobrol dengan beberapa tamu saat suara Marc membuat semua tamu menengok ke belakang.

“Amanda, aku bisa jelaskan itu.” Teriak Marc tak peduli dengan tamu undangan yang bertanya-tanya pada dirinya.

Alex mengkerutkan keningnya dan melihat gadis yang mendukan wajahnya berjalan menembus kerumunan tamu undangan.

“Amanda,” gumam Alex.

                                                                        *****
Amanda berjalan cepat meninggalkan kerumunan tamu undangan sebari memegang dada sebelah kirinya. Dadanya itu sakit sekali. Coba banyangkan jika kau melihat orang yang kau sukai tengah mencium seseorang. Apa yang kau rasakan? Sakit? Ya sakit. Sakitnya itu disini. Di dada sebelah kiri. 

Marc memang brengsek. Sudah beberapa kali pria itu membuat Amanda menangis tapi, anehnya Amanda tetap saja menyukai Marc. Rasanya dia tidak kapok menyukai Marc walau pun hatinya terus saja sakit.
 
Gadis itu berdiri di gerbang rumah kediaman Marquez dan menangis sesenggukan.

“Amanda,” ujar seseorang sebari memegang pundak Amanda.

Amanda menoleh. “Alex.”

Alex pun menarik Amanda kedalam pelukannya dan membiarkan Amanda menangis disitu.

“Kenapa menyukai Marc bisa sesakit ini?” Tanya Amanda disela-sela tangisnya.

Alex memejamkan matanya. Seolah dia juga merasakan apa yang Amanda rasakan.

“Sudah ya jangan menangis,” bujuk Alex. “Kau tidak boleh membuang air matamu untuk pria brengsek itu.”

Salahkah jika Alex mengatai kakaknya dengan sebutan brengsek? Tidak juga dan memang benar bahwa kakaknya itu brengsek. Mengoleksi 18 mantan di umurnya yang sekarang genap 21 dan tak jarang dari mantannya itu menuduh Marc bahwa pria itu bapak dari anak yang mereka kandung. Dan sekarang, Marc membuat Amanda –orang yang ia sukai menangis dan merasakan sakit seperti mantan-mantan Marc.

Alex menggigit bibir bawahnya dan menatap tajam pada kakaknya yang diam mematung di halaman depan rumah mereka.

                                                                        *****
Marc menghentikan kakinya saat melihat Alex sedang memeluk Amanda. Pria itu tidak mengerti apa yang ia rasakan saat melihat pemadangan tersebut. Bisa dibilang hatinya nyeri. Tapi, sepertinya buka karena melihat Alex memeluk Amanda tapi, karena dirinya melihat Amanda menangis sesenggukan karena ulah dirinya.

“Aku… memang brengsek, Amanda,” gumamnya pada diri sendiri.

Dan saat bergumam seperti itu, dia mendapatkan tatapan tajam dari adiknya. Marc membalas tatapan tersebut dengan tidak kalah tajamnya. Entah kenapa rasa nyeri nya itu berganti dengan perasaan benci kepada Alex.

bersambung....

aku seneeeng sama part ini hehee.. gatau deh kalau kalian :) 
*kalian tuh siapa? :(*
*iya kalian. kalian yang sedang sudah membaca ini*
*emang ada ya yg baca?*
* :')* hahaa abaikan yaa :) 

Kamis, 17 Juli 2014

Damsel in Distress #1 (fanfiction)


Starring:
Marc Marquez as himself
Cara Delevingne as Allen Cassandria
Barbara Palvin as Amanda Garcia
Logan Lerman as himself
Lana Del Rey as Lana Garcia
Andrew Airlie as Fred Cassandria
Jennifer Connely as Sarah Cassandria 
Seperti yang aku bilang di post sebelumnya, aku bakal post FF yang karakter tokoh utamanya itu beda. Well, here's the story dan semoga hasilnya positif yaa hehe.. Oiya, ini cuman fiksi yaa.. jadi jangan di anggap serius :)


#Part1

Gosip yang ditayangkan salah satu stasiun TV atau pun majalah di Spanyol telah membuat seluruh warga Spanyol gempar, terutama bagi penggemar Si Semut. Bagaiamana tidak? Dikenal dengan sosok yang tidak terlalu memperdulikan masalah cinta dalam hidupnya dan tiba-tiba saja setelah GP Jerman kemarin Si Semut ini tertangkap kamera keluar dari Club malam bersama dengan seorang gadis.

Dan ini adalah informasi selengkapnya yang di dapat dari majalah terkenal di Spanyol.

Barcelona, 16 Juli 2014.

Setelah memenangkan MotoGP untuk yang ke-9 kalinya Marc Marquez (Repsol Honda) terlihat keluar dari Club Malam bersama dengan seorang gadis blonde. Malam itu Marc mengenakan jaket kulit berwarna hitam dan topi hitam sementara Si Gadis memakai kaos putih polos tak berlengan.

Marc beberapa kali tersungkur saat akan menuju mobilnya. Sementara Si Gadis blonde itu memapah Marc sampai ke mobil Audi Putih sebari berjalan sempoyongan. Sepertinya mereka mabuk berat malam itu.

Setelah mengulik informasi tentang Si Gadis blonde itu, kami mendapatkan informasi bahwa Si Gadis blonde itu adalah salah satu model di Victorias Secret, Allen Casandria. Pertanyaannya sekarang adalah, apakah mereka mempunyai hubungan special? Sejak kapan? Karena seperti yang kita ketahui Marc Marquez adalah sosok yang tidak memperdulikan masalah cinta di dalam hidupnya, lelaki Spanyol itu selalu focus kepada pekerjaannya. Begitu pun dengan Allen, dia selalu cuek dengan lelaki yang mengejar-ngejarnya.

Bukti lain memperlihatkan bahwa mobil Audi putih itu menuju ke kediaman Allen. Model berhalis tebal itu membawa Marc ke apartemennya dan menyuruhnya untuk menginap. Salah satu fotografer kami juga memotret Marc yang sedang mencium Allen di jendela pagi itu. Apakah ini hanya sekedar cinta satu malam? Ataukah mereka benar-benar memiliki hubungan special? –Marsha-

                                                                        *****
Di Café yang tidak terlalu banyak pengunjungnya itu, Maya geleng-geleng kepala setelah membaca gosip yang dimuat di salah satu majalah terkenal di Spanyol. Wanita itu menghela napas dan melihat orang yang sedang diperbincangkan dalam majalah itu cuek-cuek saja dengan pemberitaan tentang dirinya.

“Allen,” panggil Maya.

Allen mendongak sebentar. “hmm?”

“Apakah benar malam tadi kau bersama dengan pembalap itu dan melakukan hubungan cinta satu malam?”

Allen menyimpan ponselnya dan menatap wanita yang ada di hadapannya. Cukup lama Allen menatap Maya dan akhirnya ia mengangkat bahunya untuk menjawab pertanyaan dari managernya tersebut.

“Jadi benar kau melakukan hubungan cinta satu malam?”

“Aku tidak melakukan hubungan cinta satu malam dengan Marc! Dia hanya menginap di apartemenku,” jawab Allen dengan nada sebal.

Maya mencondongkan tubuhnya, wanita itu ingin tau hubungan model nya itu dengan Marc seperti apa. Karena selama ini Allen tidak pernah bercerita tentang lelaki kepada Maya.  

“Kenapa pembalap itu menginap di apartemenmu? Apakah kalian berteman baik atau…” 

Allen menghela napas. “Jawaban terakhir dari pertanyaanmu yang kau gantungkan itu adalah iya.”

                                                                        *****
Marc terbangun oleh dering ponselnya yang ia simpan persis di depan wajahnya. Lelaki itu atau bisa dibilang telah menjadi pria itu pun mengerang dan mengangkat telepon dari ponselnya.

“Hallo,” ujarnya sebari menguap.

“Apakah gosip itu benar? Kau mabuk berat semalam dan melakukan hubungan cinta satu malam bersama model itu?”

“Hah? Apa yang kau bicarakan Emilio?” tanya Marc sebari memejamkan matanya. Sungguh, dia masih ngantuk.

Penelepon diseberang sana pun berdecak.

“Coba sekarang kau nyalakan TV mu dan lihat chanel O’Rambe. Sekarang sedang menayangkan gossip tentang dirimu bersama Allen Cassandria, model Victorias Secret itu.”

Tiba-tiba saja Marc membuka matanya setelah mendengar nama Allen disebutkan. Dia langsung bangkit dari kasurnya dan mematikan ponselnya. Dia cepat-cepat turun ke bawah dan menyalakan TV. Setelah dia menemukan chanel O’Rambe Marc langsung duduk di sofa dan melihat kesekeliling. Sepi. Mungkin anggota keluarganya sedang keluar.

Marc membulatkan matanya saat foto-foto dirinya dan Allen di tayangkan, dia juga terlonjat kaget saat layar itu men-zoom dirinya tengah mencium Allen. Pria itu geleng-geleng kepala. Siapa pun wartawannya, orang itu sangat gigih dalam mencari informasi dirinya.

Apakah mereka hanya melakukan hubungan cinta satu malam? Atau kah mereka memang mempunyai hubungan special? 

Ujar si pembaca berita mengakhiri berita yang ia bacakan.

Marc mematikan TV dan berjalan ke arah telepon rumah yang berada di pinggir TV. Tak berselang lama menunggu, telepon pun di angkat oleh orang diseberang sana.

“Hallo Allen, kau sedang ada dimana?” rupanya Marc menelopn Allen.

“Baru saja sampai apartemen,” jawab Allen.

“Aku ke sana, ya? Ada yang ingin aku bicarakan.”

“Ya, aku tunggu.”

Marc menutup teleponnya dan bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.



*****

Saat Marc mengatakan ada sesuatu yang ingin dibicarakan, Allen sudah mengetahui tentang topic apa yang akan dibicarakan. Pasti tentang pembicaraan gossip dirinya dan Marc. Wanita itu menghela napas. Ya apa boleh buat, hubungan yang telah mereka tutup-tutupi selama 6 bulan itu akhirnya ketahuan juga.



Toktok


Terdengar suara ketukan pintu di apartemen Allen. Wanita itu bangkit dari sofa dan membukakan pintu untuk orang yang mengetuknya.

 “Hey,” ujar Marc sebari masuk ke dalam apartemen milik Allen.

Keduanya pun duduk di sofa yang terletak di ruang tengah tersebut. Hening tak ada yang membuka suara. Allen sibuk mewarnai kuku kakinya dengan warna bening sementara Marc menatap lurus layar TV yang hitam. 

Marc berdehem, menandakan dirinya akan memulai pembicaraan.

“Kau sudah mendengar gosipnya?” tanya Marc.

Allen mengangguk dan menyimpan botol kutek di meja yang ada didepannya.

“Lagian itu bukan gossip kan?” Allen tersenyum menatap Marc. 

Pria itu jadi ikut tersenyum dan mencium kening Allen.

“Yang kau lakukan selanjutnya hanya mengadakan konfrensi pers dan memberitau kepada semuanya bahwa kita ini sepasang kekasih."

“Jika aku melakukan itu, apakah tidak ada lagi pesan singkat yang menyuruhku untuk mencarimu dalam kegelapan dan pastikan tidak ada yang mengikutiku, hmm?”

Allen tersenyum. “Kita masih bisa melakukan itu jika kau mau.”

Marc tertawa dan menarik Allen dalam pelukannya.

“Semuanya akan berubah setelah orang-orang tau bahwa kita ini sepasang kekasih. Bagaimana perasaanmu, Allen? Apakah kau akan risih?”

Allen mengangkat bahunya, “entahlah kita lihat saja nanti.”
 
bersambung.....

komentarnya dong :D karena komentar Anda sangat berguna bagi kelangsungan (?) karya saya :)
via twitter & ask.fm : @sindehpujiyanti
via bbm : 7caf6830