Hallo semuanya... cuman mau numpang promosiin twitter saya saja hehe ._. follow ya @sindehpujiyanti yaaa tau saja kalian ingin lebih mengenal saya hehe..*geer banget loh sin*
#PELURU5
Setelah dia membeli apa yang
harus dia beli di Supermarket. Karen sudah mempersiapkan seribu pertanyaan
untuk Andrea. Mengapa kakaknya itu tidak memberitaunya bahwa ayah angkat mereka
telah bebas? Untuk apa dirinya disuruh untuk membeli banyak sekali bahan
makanan? Apakah untuk pesta penyambut ke bebasan ayahnya?
Setelah dia sampai di
halaman rumahnya yang luas, gadis itu bergegas menuju pintu rumahnya. Di
ketuknya pintu tersebut dengan sekuat tenaga dan tak menunggu lama Andrea membukakan
pintu untuknya.
“Kau ini kenapa sih Karen?
Kan ada bel, kenapa kau mengetuknya.”
Karen membuang muka dan
menyerahkan belanjaannya kepada Andrea.
“Eh ini apa-apa an? Kau
menyuruhku untuk menyimpan ini di dapur?”
Karen berbalik dan melipat
lengannya di dada.
“Kau tidak memberitauku
kalau Vale sudah bebas?”
Andrea mengkerutkan
keningnya dan menghampiri Karen.
“Tanpa diberi tau kau akan
mengetahuinya sendiri kan?”
Karen menghela napas.
“Tapi setidaknya kau
memberitauku.”
Andrea mengangkat bahunya.
Dan membawa belanjaan ke dapur. Karen mengikutinya di belakang.
“Sekarang, dimana dia?”
“Dia sedang ada di Valencia
dengan Scott. Nanti Sore dia akan pulang. Jadi nanti malam kita akan pesta
untuk menyambut pembebasannya.”
“Kenapa dia harus ke
Valencia? Kenapa dia tidak langsung ke sini saja. Dia kan sudah bebas.”
Andrea membalikan badannya.
Karen mengangkat halisnya
menunggu jawaban dari orang dihadapannya.
“Sepertinya aku harus
menelepon Amanda. Akan ku suruh dia untuk membantumu.”
Karen mengkerucutkan bibirnya.
Sebal lantaran pertanyaannya tak di jawab.
***
Ketiga agen itu sudah
memakai pakaian resmi mereka. Ke tiganya berjalan di lorong yang mengarah pada
ruang Dorna. Jorge tampak bersemangat lantaran ada sesuatu yang harus
dilakukannya. Dani tampak biasa saja menanggapinya. Tapi Marc, tampak tegang
menghadapi situasi ini.
“Muka mu pucat sekali.” Ucap
Dani melihat wajah Marc.
“Ah tidak. Mungkin ini efek
belum sarapan.” Dustanya.
Jorge menatap Marc dengan
heran. Kalau tidak salah bukannya Marc sudah sarapan dengan Amanda tadi di
apartemennya. Lantas, kenapa lelaki itu menyebutkan dia belum sarapan. Aneh.
“Masuk.” Ucap seseorang di
dalam sana.
Ketiganyapun masuk dan duduk
dikursi yang sudah disediakan.
Dorna yang menopang dagunya
tersebut memperhatikan ketiganya dengan tatapan letih.
“Seperti yang telah kalian
ketahui…”
“Valentino Rossi sudah
bebas.” Potong Jorge.
Dorna menghela napas.
“Aku masih tidak percaya
kalau dia bebas. Bagaimana bisa? Bukannya kurungannya masih lama?” tanya Marc
penasaran.
Dorna mengangguk-ngangguk.
“Dia memang sudah bebas.”
Dorna pun bangkit dari kursinya dan membelakangi ketiga agennya.
“Dia membayar semua
curiannya kepada orang-orang yang bersangkutan. Maka dari itu dia sudah tidak
ada urusan lagi di penjara.”
“Orang itu banyak sekali
uang nya.” Ujar Dani.
Marc menggigit bibir
bawahnya. Dia merasa ada yang janggal dengan pembebasan Vale.
“Kenapa harus dibebaskan? Walaupun
dia sudah membayar apa yang dicurinya tetap saja dia harus dihukum, yaaa
setidaknya setengah dari masa dia ditahan karena kata mu dia sudah membayar
barang curiannya.” Ujar Marc.
Jorge manggut-manggut
mendengar pernyataan dan pertanyaan dari Marc.
Masih membelakangi ketiga
agennya, Dorna menggelengkan kepalanya.
“Sudahlah Marc jangan
terlalu kau pikirkan. Tugas kalian sekarang adalah..”
Dorna membalikan badannya
dan menatap Jorge yang sangat semangat menunggu kelanjutan ucapannya.
“Hanya mengawasi Vale saja.”
“Mengawasi Vale? Untuk apa?
Kenapa kita harus mengawasi orang yang sudah bebas? Bukannya kita tidak pernah
mengawasi orang yang sudah bebas?”
“Sudahlah Marc turuti saja
perintahku!” ucap Dorna meninggikan suaranya.
Marc terdiam. Tetapi
pikirannya tidak.
“Hanya mengawasinya kan?
Mudah saja untuk kita.” ujar Dani enteng.
“Ya benar. Tapi, dimana kita
harus mengawasinya?” tanya Jorge.
“Tentu saja di markasnya.
Iyakan?”
Dorna menatap Dani yang tadi
berucap dan mengangguk membenarkan.
“Kerjakan tugas kalian
dengan rapih.”
Ketiganyapun berdiri dan
berkata siap serempak. Kemudian memberikan hormat dan meninggalkan Dorna.
***
“Akhirnya kau datang juga
Amanda. Tadi nya aku akan meneleponmu.” Ujar Andrea kepada wanita yang baru
saja masuk ke rumahnya.
“Ada apa memang?”
“Bantu Karen untuk memasak
untuk pesta nanti malam.”
“Kebebasan Vale ya?”
Andrea mengangguk dan
keduanyapun menyeringai.
“Kau tau saat yang paling
muda mengetahuinya? Dia sangat kaget sekali,” ujar Amanda.
Andrea tertawa dan duduk di
sofa. “Mereka memang harus kaget.”
Amanda pun ikut tertawa dan
mencari sosok seseorang.
“Kemana Scott?”
“Dia pergi ke Valencia
bersama Vale.”
Amanda menghela napas dan
pergi ke dapur.
Wanita itu meneguk air putih
yang ia ambil dari keran dan tiba-tiba saja ada suara yang mengagetkannya.
“Ops sorry. Kau dari mana
saja kak?”
Ternyata Karen.
“Karen kau mengagetkanku
saja.”
Karen nyengir dan mencuci
sayuran yang ia simpan di atas meja.
“Kau tidak ikut dengan kak
Scott ke Valencia?”
Amanda menggeleng. “Tau saja
tidak.”
Karen berdecak. “Menyebalkan
sekali ya. Kenapa sih lelaki di rumah ini seperti menyembunyikan sesuatu kepada
kita.”
Amanda hanya tersenyum.
“Tapi lebih beruntung Kak
Amanda. Kak Amanda mengetahui password kapsul, sementara aku anaknya tidak.”
“Dengar Karen, aku beri tau
saja ya tidak ada gunanya mengetahui password kapsul itu.”
Karen menatap Amanda yang
mengambil ikan dan mulai mengulitinya.
“Aku menguliti ikannya
sekarang ya. Nanti sore aku ada janji.”
***
Vale pergi meninggalkan
rumah kumuh dan masuk ke mobil Lamborghini Aventador. Di belakang sana, ada
beberapa mobil yang menjaganya. Dia pun membuka kaca mobil dan menghirup udara
yang berasal dari luar.
“Bagaimana hubunganmu dengan
si cantik Amanda? Apakah baik-baik saja?” tanya Vale.
Scott yang mengemudikan
mobil sport itu tersenyum.
“Hubungan kami baik-baik
saja. Tahun depan rencananya aku akan melamar Amanda.”
Vale manggut-manggut.
“Aku menyuruh Amanda untuk
mengawasi salah satu trio agen tersebut.” ujar Scott.
“Siapa?”
“Marc Marquez. Aku menyuruhnya
untuk mendekatinya.”
“Dan?”
“Tentu saja berhasil.”
Vale menepuk-nepuk bahu
Scott. “Kerja bagus. Tapi kau harus menerima resikonya.”
Scott mengkerutkan
keningnya. “Resiko apa?”
“Bisa saja Amanda menyukai
Marc. Kemungkinan itu pasti ada Scott.”
***
Ketiga agen tersebut menuju
rumah yang tak berpenghuni. Dulunya rumah tersebut dipakai sebagai markas Vale
dan komplotannya. Setelah Vale tertangkap mencuri berlian spanyol, markas itu
di grebek dan anehnya tak ada barang apapun yang ada di rumah tersebut.
“Kita seperti orang tolol
saja mengawasi rumah itu.” ujar Dani keluar dari mobil.
Marc dan Jorge pun keluar dari
mobil mengikuti Dani.
“Mending kita periksa
rumahnya. Takut-takut ada barang bukti yang mencurigakan.” Ujar Marc.
Danipun angkat bicara.
“Bukannya dulu kita pernah menggeledah rumah itu dan isinya kosong. Mana
mungkin rumah tak berpenghuni itu isinya bertambah.”
Jorge yang mendengarkan
terkekeh.
“Mungkin dulu kita
mencarinya tak teliti. Mungkin jika sekarang kita mencarinya dengan santai dan
tenang kita akan menemukan sesuatu. Bagaiman Jorge, kau setuju pendapatku?”
Jorge manggut-manggut. “Iya
Marc aku setuju dengan pendapatmu.”
Ketiganya pun menyebrang
jalan dan diam di depan pagar yang sudah karatan tersebut.
“Jadi rencananya seperti
ini.” ujar Jorge.
“Dani kau berjaga di mobil
saja, amati bila ada orang yang mencurigakan masuk ke rumah ini.”
Dani mengangguk.
“Aku akan berjaga-jaga di
halaman rumah, takut-takut ada sesuatu yang mencurigakan. Sementara kau Marc,”
Marc menelan ludah siap
menerima apa yang diperintahkan oleh Jorge. “Kau masuk ke dalam rumah. Cari
sesuatu yang kau anggap mencurigakan.”
Marc kaget. “Kenapa harus
masuk ke rumahnya? Dan kenapa harus aku?”
Dani pun tertawa.
“Karena kau orang yang
berani Marc dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugas. Mungkin jika aku
tempatkan di dalam, kau akan menemukan sesuatu yang penting.”
Marc menghela napas. “Bilang
saja kalian tak berani masuk ke rumah tak berpenghuni itu.”
“Sudah lah Marc terima
saja.” ujar Dani merangkul Marc.
“Aku percayakan tugas ini
kepadamu Marc. Okey semuanya, jam 4 teng kita akan berkumpul di tempat Dani
ya?”
Keduanya pun mengangguk dan
mulai menuju ke tempat tugasnya masing-masing.
Marc membuka pintu yang
sudah bobo tersebut. Kosong. Masih seperti dulu. Hawanya yang mencekam membuat
bulu kuduk Marc merinding.
“Kenapa harus aku sih,”
keluhnya.
Dia menyalakan senter dan
mulai menelusuri rumah tak berpenghuni tersebut.
***
Vale dan rombongannya sudah
tiba di kediamannya. Di depan pagar yang menjulang tinggi dia merentangkan
kedua tangannya dan menghirup dalam-dalam udara disitu.
“Rumah.” Ujarnya.
Kedatangan Vale di sambut gembira
oleh Karen. Dia memeluk Vale dan menitikan air mata karena saking kangennya.
“Sudah lah putri kecilku,
kau jangan menangis.”
“Aku hanya merindukan mu
saja.” ucap Karen menghapus air matanya.
Di belakang Karen sudah ada
Andrea dan Amanda yang tersenyum kepadanya.
“Bagaimana kabarmu, jagoan?”
tanya Vale.
“Seperti biasa baik dan
lebih baik lagi saat kau sudah bebas.” Ujar Andrea.
Kemudian Vale beralih kepada
Amanda dan mencium lengan Amanda.
“Cukup lama aku diam di
penjara tetapi kecantikan mu itu tidak pernah pudar.”
Amanda tertawa kecil. “Kau
masih tetap gombal saja Vale.”
Setelah melepas kerinduan.
Merekapun masuk ke dalam rumah untuk mengobrol tentang hari-hari tanpa Vale.
Amanda tidak bergabung
dengan Andrea, Amanda dan Vale. Dia memilih untuk pergi ke kamarnya di lantai
dua. Kekasih nya seperti tidak kangen kepada dirinya, pria nya itu malah
mengobrol dengan para penjaga rumah mereka.
Wanita itu menghela napas
dan menyisir rambut pirangnya. Dia melihat jam dinding yang akan menunjukan
pukul 2 siang. Dia tersenyum. Hari ini dia akan makan siang bersama Marc
Marquez.
bersambung......