Senin, 16 Juni 2014

Three Spaniard #5 (fanfiction)





Hallo semuanya... cuman mau numpang promosiin twitter saya saja hehe ._. follow ya @sindehpujiyanti yaaa tau saja kalian ingin lebih mengenal saya hehe..*geer banget loh sin*

#PELURU5


Setelah dia membeli apa yang harus dia beli di Supermarket. Karen sudah mempersiapkan seribu pertanyaan untuk Andrea. Mengapa kakaknya itu tidak memberitaunya bahwa ayah angkat mereka telah bebas? Untuk apa dirinya disuruh untuk membeli banyak sekali bahan makanan? Apakah untuk pesta penyambut ke bebasan ayahnya?

Setelah dia sampai di halaman rumahnya yang luas, gadis itu bergegas menuju pintu rumahnya. Di ketuknya pintu tersebut dengan sekuat tenaga dan tak menunggu lama Andrea membukakan pintu untuknya.

“Kau ini kenapa sih Karen? Kan ada bel, kenapa kau mengetuknya.”

Karen membuang muka dan menyerahkan belanjaannya kepada Andrea.

“Eh ini apa-apa an? Kau menyuruhku untuk menyimpan ini di dapur?”

Karen berbalik dan melipat lengannya di dada.

“Kau tidak memberitauku kalau Vale sudah bebas?”

Andrea mengkerutkan keningnya dan menghampiri Karen.

“Tanpa diberi tau kau akan mengetahuinya sendiri kan?”

Karen menghela napas.

“Tapi setidaknya kau memberitauku.”

Andrea mengangkat bahunya. Dan membawa belanjaan ke dapur. Karen mengikutinya di belakang.

“Sekarang, dimana dia?”

“Dia sedang ada di Valencia dengan Scott. Nanti Sore dia akan pulang. Jadi nanti malam kita akan pesta untuk menyambut pembebasannya.”

“Kenapa dia harus ke Valencia? Kenapa dia tidak langsung ke sini saja. Dia kan sudah bebas.”

Andrea membalikan badannya.

Karen mengangkat halisnya menunggu jawaban dari orang dihadapannya.

“Sepertinya aku harus menelepon Amanda. Akan ku suruh dia untuk membantumu.”

Karen mengkerucutkan bibirnya. Sebal lantaran pertanyaannya tak di jawab.

                                                                        ***
Ketiga agen itu sudah memakai pakaian resmi mereka. Ke tiganya berjalan di lorong yang mengarah pada ruang Dorna. Jorge tampak bersemangat lantaran ada sesuatu yang harus dilakukannya. Dani tampak biasa saja menanggapinya. Tapi Marc, tampak tegang menghadapi situasi ini.

“Muka mu pucat sekali.” Ucap Dani melihat wajah Marc.

“Ah tidak. Mungkin ini efek belum sarapan.” Dustanya.

Jorge menatap Marc dengan heran. Kalau tidak salah bukannya Marc sudah sarapan dengan Amanda tadi di apartemennya. Lantas, kenapa lelaki itu menyebutkan dia belum sarapan. Aneh.

“Masuk.” Ucap seseorang di dalam sana.

Ketiganyapun masuk dan duduk dikursi yang sudah disediakan.

Dorna yang menopang dagunya tersebut memperhatikan ketiganya dengan tatapan letih. 

“Seperti yang telah kalian ketahui…”

“Valentino Rossi sudah bebas.” Potong Jorge.

Dorna menghela napas.

“Aku masih tidak percaya kalau dia bebas. Bagaimana bisa? Bukannya kurungannya masih lama?” tanya Marc penasaran.

Dorna mengangguk-ngangguk.

“Dia memang sudah bebas.” Dorna pun bangkit dari kursinya dan membelakangi ketiga agennya.

“Dia membayar semua curiannya kepada orang-orang yang bersangkutan. Maka dari itu dia sudah tidak ada urusan lagi di penjara.”

“Orang itu banyak sekali uang nya.” Ujar Dani.

Marc menggigit bibir bawahnya. Dia merasa ada yang janggal dengan pembebasan Vale.

“Kenapa harus dibebaskan? Walaupun dia sudah membayar apa yang dicurinya tetap saja dia harus dihukum, yaaa setidaknya setengah dari masa dia ditahan karena kata mu dia sudah membayar barang curiannya.” Ujar Marc.

Jorge manggut-manggut mendengar pernyataan dan pertanyaan dari Marc.

Masih membelakangi ketiga agennya, Dorna menggelengkan kepalanya. 

“Sudahlah Marc jangan terlalu kau pikirkan. Tugas kalian sekarang adalah..”

Dorna membalikan badannya dan menatap Jorge yang sangat semangat menunggu kelanjutan ucapannya.

“Hanya mengawasi Vale saja.”

“Mengawasi Vale? Untuk apa? Kenapa kita harus mengawasi orang yang sudah bebas? Bukannya kita tidak pernah mengawasi orang yang sudah bebas?”

“Sudahlah Marc turuti saja perintahku!” ucap Dorna meninggikan suaranya.

Marc terdiam. Tetapi pikirannya tidak.

“Hanya mengawasinya kan? Mudah saja untuk kita.” ujar Dani enteng.

“Ya benar. Tapi, dimana kita harus mengawasinya?” tanya Jorge.

“Tentu saja di markasnya. Iyakan?”

Dorna menatap Dani yang tadi berucap dan mengangguk membenarkan.

“Kerjakan tugas kalian dengan rapih.”

Ketiganyapun berdiri dan berkata siap serempak. Kemudian memberikan hormat dan meninggalkan Dorna.

                                                                        ***
“Akhirnya kau datang juga Amanda. Tadi nya aku akan meneleponmu.” Ujar Andrea kepada wanita yang baru saja masuk ke rumahnya.

“Ada apa memang?”

“Bantu Karen untuk memasak untuk pesta nanti malam.”

“Kebebasan Vale ya?”


Andrea mengangguk dan keduanyapun menyeringai.

“Kau tau saat yang paling muda mengetahuinya? Dia sangat kaget sekali,” ujar Amanda.

Andrea tertawa dan duduk di sofa. “Mereka memang harus kaget.”

Amanda pun ikut tertawa dan mencari sosok seseorang.

“Kemana Scott?”

“Dia pergi ke Valencia bersama Vale.”

Amanda menghela napas dan pergi ke dapur. 

Wanita itu meneguk air putih yang ia ambil dari keran dan tiba-tiba saja ada suara yang mengagetkannya.

“Ops sorry. Kau dari mana saja kak?”

Ternyata Karen.

“Karen kau mengagetkanku saja.”

Karen nyengir dan mencuci sayuran yang ia simpan di atas meja.

“Kau tidak ikut dengan kak Scott ke Valencia?”

Amanda menggeleng. “Tau saja tidak.”

Karen berdecak. “Menyebalkan sekali ya. Kenapa sih lelaki di rumah ini seperti menyembunyikan sesuatu kepada kita.”

Amanda hanya tersenyum.

“Tapi lebih beruntung Kak Amanda. Kak Amanda mengetahui password kapsul, sementara aku anaknya tidak.”

“Dengar Karen, aku beri tau saja ya tidak ada gunanya mengetahui password kapsul itu.”

Karen menatap Amanda yang mengambil ikan dan mulai mengulitinya.

“Aku menguliti ikannya sekarang ya. Nanti sore aku ada janji.”

                                                                        ***
Vale pergi meninggalkan rumah kumuh dan masuk ke mobil Lamborghini Aventador. Di belakang sana, ada beberapa mobil yang menjaganya. Dia pun membuka kaca mobil dan menghirup udara yang berasal dari luar.

“Bagaimana hubunganmu dengan si cantik Amanda? Apakah baik-baik saja?” tanya Vale.

Scott yang mengemudikan mobil sport itu tersenyum.

“Hubungan kami baik-baik saja. Tahun depan rencananya aku akan melamar Amanda.”

Vale manggut-manggut.

“Aku menyuruh Amanda untuk mengawasi salah satu trio agen tersebut.” ujar Scott.

“Siapa?”

“Marc Marquez. Aku menyuruhnya untuk mendekatinya.”

“Dan?”

“Tentu saja berhasil.”

Vale menepuk-nepuk bahu Scott. “Kerja bagus. Tapi kau harus menerima resikonya.”

Scott mengkerutkan keningnya. “Resiko apa?”

“Bisa saja Amanda menyukai Marc. Kemungkinan itu pasti ada Scott.”

                                                                        ***
Ketiga agen tersebut menuju rumah yang tak berpenghuni. Dulunya rumah tersebut dipakai sebagai markas Vale dan komplotannya. Setelah Vale tertangkap mencuri berlian spanyol, markas itu di grebek dan anehnya tak ada barang apapun yang ada di rumah tersebut.

“Kita seperti orang tolol saja mengawasi rumah itu.” ujar Dani keluar dari mobil.

Marc dan Jorge pun keluar dari mobil mengikuti Dani.

“Mending kita periksa rumahnya. Takut-takut ada barang bukti yang mencurigakan.” Ujar Marc.

Danipun angkat bicara. “Bukannya dulu kita pernah menggeledah rumah itu dan isinya kosong. Mana mungkin rumah tak berpenghuni itu isinya bertambah.”

Jorge yang mendengarkan terkekeh.

“Mungkin dulu kita mencarinya tak teliti. Mungkin jika sekarang kita mencarinya dengan santai dan tenang kita akan menemukan sesuatu. Bagaiman Jorge, kau setuju pendapatku?”

Jorge manggut-manggut. “Iya Marc aku setuju dengan pendapatmu.”

Ketiganya pun menyebrang jalan dan diam di depan pagar yang sudah karatan tersebut.

“Jadi rencananya seperti ini.” ujar Jorge.

“Dani kau berjaga di mobil saja, amati bila ada orang yang mencurigakan masuk ke rumah ini.”
Dani mengangguk.

“Aku akan berjaga-jaga di halaman rumah, takut-takut ada sesuatu yang mencurigakan. Sementara kau Marc,”

Marc menelan ludah siap menerima apa yang diperintahkan oleh Jorge. “Kau masuk ke dalam rumah. Cari sesuatu yang kau anggap mencurigakan.”

Marc kaget. “Kenapa harus masuk ke rumahnya? Dan kenapa harus aku?”

Dani pun tertawa.

“Karena kau orang yang berani Marc dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugas. Mungkin jika aku tempatkan di dalam, kau akan menemukan sesuatu yang penting.”

Marc menghela napas. “Bilang saja kalian tak berani masuk ke rumah tak berpenghuni itu.”

“Sudah lah Marc terima saja.” ujar Dani merangkul Marc.

“Aku percayakan tugas ini kepadamu Marc. Okey semuanya, jam 4 teng kita akan berkumpul di tempat Dani ya?”

Keduanya pun mengangguk dan mulai menuju ke tempat tugasnya masing-masing.

Marc membuka pintu yang sudah bobo tersebut. Kosong. Masih seperti dulu. Hawanya yang mencekam membuat bulu kuduk Marc merinding.

“Kenapa harus aku sih,” keluhnya.

Dia menyalakan senter dan mulai menelusuri rumah tak berpenghuni tersebut.

                                                                        ***
Vale dan rombongannya sudah tiba di kediamannya. Di depan pagar yang menjulang tinggi dia merentangkan kedua tangannya dan menghirup dalam-dalam udara disitu.

“Rumah.” Ujarnya.

Kedatangan Vale di sambut gembira oleh Karen. Dia memeluk Vale dan menitikan air mata karena saking kangennya.

“Sudah lah putri kecilku, kau jangan menangis.” 

“Aku hanya merindukan mu saja.” ucap Karen menghapus air matanya.

Di belakang Karen sudah ada Andrea dan Amanda yang tersenyum kepadanya.

“Bagaimana kabarmu, jagoan?” tanya Vale.

“Seperti biasa baik dan lebih baik lagi saat kau sudah bebas.” Ujar Andrea.

Kemudian Vale beralih kepada Amanda dan mencium lengan Amanda.

“Cukup lama aku diam di penjara tetapi kecantikan mu itu tidak pernah pudar.”

Amanda tertawa kecil. “Kau masih tetap gombal saja Vale.”

Setelah melepas kerinduan. Merekapun masuk ke dalam rumah untuk mengobrol tentang hari-hari tanpa Vale.

Amanda tidak bergabung dengan Andrea, Amanda dan Vale. Dia memilih untuk pergi ke kamarnya di lantai dua. Kekasih nya seperti tidak kangen kepada dirinya, pria nya itu malah mengobrol dengan para penjaga rumah mereka.

Wanita itu menghela napas dan menyisir rambut pirangnya. Dia melihat jam dinding yang akan menunjukan pukul 2 siang. Dia tersenyum. Hari ini dia akan makan siang bersama Marc Marquez.

bersambung......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar