Kamis, 05 Maret 2015

Fanfiction: 17 February


Sebenernya sih FF ini udah aku tulis lama sebelum Marc ulang tahun, cuman baru ke post sekarang  maklum udah masuk perkuliahan yang sebentar lagi aku bakal praktik ke rumah sakit dan sinyal di asrama sangat jelek :( dan bisa dibilang kalau FF ini tuh spesial ulang tahun Marc Marquez hehee... tenang kok, aku enggak bakal ngegantungin FF ini karena aku udah nulis semua cerita ini hehe.... semoga kalian suka yaa :*


Dedicated for my idols, Marc Marquez and Sasha Pieterse.

Los Angles, Amerika.

Dengan seriusnya gadis itu membaca artikel yang dimuat di internet melalui notebooknya. Gadis blonde itu sedang membaca artikel tentang hotel berbintang yang ada di Spanyol. Sementara temannya, Cara, sedang membaca majalah di kasur milik gadis blonde.

“Serius lo bakal ngadain birthday party di Spanyol?” tanya Cara sembari menutup majalah bersampul temannya tersebut.

Gadis blonde itu memutar kursinya. “Gua serius, kapan coba gua enggak serius?”

“But… why? kenapa harus Spanyol?"

Gadis blonde itu mengangkat bahunya dan kembali menatap layar notebook. Jari-jarinya menggerakan kursor untuk membuka halaman web baru dan mengetikan sebuah tempat.

“Gua pengen aja birthday party nya di adain di Spanyol. Di tambah lagi mereka punya pantai yang keren!” gadis blonde tersebut mengisyaratkan Cara untuk melihat apa yang sudah dicarinya di notebook. “Tada…. Ibiza Beach.”

“Yayaya  itu emang cool. Tapi emangnya enggak ada jadwal yang bakal ganggu lo selama birthday party?”

“Gua udah nyuruh manajer gua untuk ngebatalin semua janji yang kira-kira bakal ganggu urusan gua.”

Cara mengangguk-ngangguk dan memperbesar gambar pantai Ibiza. “Yaa sebagai temen yang baik gua ngedukung lo aja deh.”

-
-

Gadis blonde itu bernama Sasha Pieterse, dia adalah seorang aktris muda yang sedang melejit di Amerika. Untuk merayakan ulang tahunnya yang ke 19, Sasha memutuskan untuk mengadakan birthday party di hotel berbintang yang ada di Spanyol. Sasha tidak memilik alasan yang spesifik kenapa dirinya memilik Negeri matador sebagai tempat birthday party nya.

“Kamu harus datang ke Spanyol, okey babe?” ucap Sasha dengan suara manjanya di telinga pacarnya, Sam.

“Tentu saja babe but, kenapa harus Spanyol?”

“Memangnya ada apa dengan Spanyol?”

Sam menatap pacarnya dan mencium pipinya. “Aku takut kau berpaling dengan cowok Spanyol.”

Sasha tertawa, “no way Sam.”

“Okey baguslah, berarti aku tidak perlu khawatir jika ada cowok Spanyol yang mendekatimu, karena kau sudah bilang tidak mungkin akan berpaling kepada mereka.”

Sasha tersenyum dan melanjutkan kembali menonton Twilight Saga dan mengeratkan pelukannya kepada Sam.

-
-

Spanyol.

“Mom, aku sudah bersar. Aku bisa mengurus pesta ulang tahun ku sendiri.” 

“Mom hanya ingin membantumu. Lagian tahun ini umurmu akan bertambah tua.”

Marc tertawa mendengar ocehan Mom nya, Roser. “Yang namanya ulang tahun itu pasti akan bertambah tua Mom.”

Roser mematikan kompor dan menatap putra sulungnya yang sedang duduk di meja makan. “Maksud ku adalah, kau akan genap berumur 22. Sementara kau belum mempunyai calon. Biarkan Mom mu ini mencarikan gadis untukmu, untuk itu Mom mengundang teman-teman Mom yang mempunyai anak perempuan untuk menjodohkannya denganmu.”

Marc mengelus-ngelus keningnya, seolah-olah dia merasakan pusing. “Kalau Mom melakukan itu, bisa-bisa acara ulangtahunku berubah menjadi acara perjodohan.”

-
-

Marc Marquez adalah seorang pembalap MotoGP yang karirinya sedang melejit. Dia tampan, kaya dan idaman bagi semua perempuan. Tapi, sayangnya dia belum mendapatkan calon yang tepat untuk mendampingi hidupnya. Mom nya yang kebelet ingin mempunyai cucu sudah menjodohkan putra sulungnya itu dengan banyak perempuan tapi, hasilnya nihil.

“Seriously, perjodohan lagi?” ucap Marc sembari melempar boneka basket kepada temannya, Titto.

Temannya itu hanya tertawa dan duduk di sofa dekat Marc.

“Mangkannya lo harus cari cewek sendiri kalau lo gamau di jodohin.”

Marc berdecak dan melirik jam yang melingkar di lengannya.

“Emang lo pengen cari cewek yang kayak gimana sih?” tanya Titto.

Marc mengangkat bahunya.

“Walaupun lo itu ganteng dan rajanya MotoGP tapi, gua saranin untuk enggak jual mahal sama cewek. Karena cewek mana sih yang mau sama cowok yang jual mahal,” ucap Titto mencoba menasihati temannya.

Marc beranjak dari duduknya dan menatap Titto. “Gua enggak jual mahal, Titto. Gua cuman belum nemu cewek yang tepat aja. Lagian, gua pengen ngerasain gimana rasanya suka duluan. Karena cewek yang suka duluan ke gua itu udah meanstream,” kekehnya.

Titto memukul Marc dengan bantal sofanya. “Itu namanya jual mahal.”

“Hahaha… don’t stress about girls Titto, mending sekarang lo ikut gua.”

“Kemana?”

“Ngurusuin acara ulang tahun gua. Lagian yang ulang tahun kan gua, bukan Mom gua.”

“Okey deh bro, sekalian refresingin mata gua buat liat cewek-cewek cantik disana.”

Marc tertawa, “terserah lo deh.”

-
-
 
Sasha sudah menginjakkan kakinya di Spanyol lebih tepatnya di Barcelona. Dia pergi kesini bersama managernya dan tentunya sahabatnya, Cara. Sebenarnya Sasha mengajak Sam untuk pergi bersamanya tetapi, ada pertandingan basket di kampusnya yang tidak bisa Sam tinggalkan.

“So, what we are doing here?” tanya Cara yang selesai mengganti kaosnya.

“Kita akan beli pernak-pernik ke La Rambla, kemudian ke hotel La Froz untuk memesan tempat disana,” ujarnya. Kemudian mengucir satu rambut blonde nya. “Gua seneng banget bisa pergi ke Negeri ini tapi, sayangnya Sam enggak bisa ikut bareng kita.”

“Tapi, dia bakal ke acara ulang tahun lo kan?”

“Iyalah, dia lagi ada pertandingan basket di kampusnya setelah itu dia bakal nyusul kesini. Oh My God, my life is so complete.”

Cara tersenyum mendengar ocehan sahabatanya tersebut, sebagai sahabat dia ikut senang.

Di La Rambla mereka membeli ini itu yang sekiranya lucu dan tidak bisa mereka temukan di Los Angles. Dan tentu saja mereka di kejutkan oleh penggemar Sasha yang meminta foto bareng dengannya. Sasha dengan manis nya melayani foto bareng dengan fansnya.

“Hallo my name is Titto Rabbat.”

Sasha menjabat lengan Titto. “Hi Titto.”

“Aku pernah menontonmu di serial Pretty Little Liars dan aktingmu itu bener-bener keren!”

“Waah terimakasih ya Titto,” ucap Sasha manis.

Cara yang berdiri di samping Sasha tertawa pelan. “Here you are, di deketin sama cowok Spanyol, cieee…” ucapnya berbisik.

“He is only my fans,” jawab Sasha dengan berbisik kembali.

Setelah Sasha berfoto bareng dengan Titto, mereka melanjutkan perjalanan mereka ke Hotel La Froz untuk memesan tempat yang akan digunakan di hari ulangtahunnya.

“Kayaknya kita salah deh, harusnya kita kesini dulu lalu ke La Rambla,” ucap Cara yang menenteng banyak sekali barang belanjaan miliknya.

“No, gua enggak pernah salah memutuskan.”

Cara tertawa. “Ya kalau misalnya kita kesini duluan lo enggak bakal ketemu sama fans lo yang bernama Titto itu kan?”

Sasha melirik ke arah Cara, “what’s wrong with you? I told you, he is only my fans.”

Lagi-lagi Cara tertawa.

“Lagian gua udah punya Sam kan, Cara.”

-
-

“Stop saying that, Titto! Sepanjang jalan lo ngomongin artis itu, gua bosen.” Ucap Marc dengan matanya yang berkonstrasi pada jalan.

Seperti yang dikatakan oleh Marc, Titto mengoceh tentang idolanya yang dia temui di La Rambla di tambah dia memperlihatkan fotonya kepada Marc yang sedang menyetir.

“Lo rugi Marc enggak ikut gua ke kerumunan di La Rambla.”

Marc mengangkat halisnya. “Ruginya?”

“Yaa walaupun lo gatau dan belum pernah nonton filmnya Sasha Pieterse tapi, lo bakal suka sama artis Amerika ini. Dia itu masih muda dan sangat berbakat! Bayangin, dia kelahiran tahun 96 bro! Dan dia lebih cantik dari yang gua liat di TV! Dengan pake kaos, jaket dan skinny jeans dia keliatan sexy banget. Lo bener-bener rugi gak ikut bareng gua tadi.”

Marc hanya mengangguk-ngangguk mendengarkan cerocosan Titto. Lagian, cewek cantik dan sexy sudah tidak asing di matanya. 

“Thank’s bro udah ngajak gua hari ini,” ujar Titto sembari keluar dari mobil Marc.

“Yoa bro sama-sama.”

Kemudia dia menjalankan mobilnya kembali ke kediamannya.

-
-
“Gua harus ketemu sama orang ini dan ngebujuk orang ini supaya cancel in bookingannya,” ucap Sasha geram. Sasha menyerangkan semua barang belanjaannya kepada Cara dan memencet tombol panggil pada nomer yang telah diberikan resepsionis hotel La Froz.

“Seharusnya kita ajak Nani kesini supaya gua enggak usah berat-berat bawa barang belanjaan kita,” rengek Cara.

“Duh sorry banget ya Cara tapi, entar malem gua janji deh bakal bayarin lo makan. Sekarang gua mau ngurusin orang sialan yang udah rebut tempat gua.” Sasha memberikan isyarat kepada taxi yang melaju agar berhenti di dekatnya. 

“Shit! Enggak di angkat-angkat lagi!”

“Disini kan banyak tempat asyik bukan hotel itu aja Sasha,” Cara mencoba menenangkan temannya yang kesal tapi, seperti biasa hasilnya nihil. Sahabatnya itu sangatlah egois, tak peduli dengan kondisi orang lain. Jika dia menginginkan A maka dia harus mendapatkannya.

“Pokoknya gua mau tanggal 17 februari nanti gua yang pakai tempat ini, gua gamau acaranya di undur pokoknya harus hari H itu juga. Titik.”

Cara memutar bola matanya dan memasukan belanjaannya ke taxi.

“Serius lo bakal ngadepin orang ini sendirian? Ini Negara orang lain lho..”

“Gua serius, Cara.”

-
-

Marc memarkirkan mobilnya di garasi rumahnya dan mengambil ponsel yang dia simpan di dasbor mobilnya. Dia tau kalau nada I’m Yours dari Jason Miraz beberapa kali terdengar. Tapi, dia malas untuk mengangkat teleponnya, lelaki itu malah menyanyikan lagu nada deringnya.

“Nomer tak dikenal,” gumamnya melihat layar ponselnya. Dengan tiba-tiba saja nomer tak dikenal itu memanggil kembali. 

“Tak patah semangat nih orang,” ucap Marc sembari memencet tombol terima dan menempelkannya di telinga.

“Si, saya dengan Marc Marquez Alenta. Ini dengan siapa?”


bersambung.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar