Senin, 15 Desember 2014

Cerpen: Bidadari dari Neraka karya Sindi Primi Pujiyanti

Hallo guys gimana kabarnya? hehee lama ya saya tidak memposting apapun di blog ini. Daripada sepi tak berpenghuni gitu di blog ini jadi, saya memposting cerpen buatan saya. Okey deh selamat membaca :* semoga kalian senang {} hihiii...

Bidadari dari Neraka

Lisa menggigit bibir bawahnya. Tenggorokannya tercekat, matanya panas dan hatinya nyeri. Tuhan, apakah salah dia bekerja sebagai wanita pemuas nafsu birahi? Dan juga, apakah salah wanita seperti dia mencintai seseorang?
                                                                        *****
Wanita itu menghitung rupiah yang terdapat di amplop coklat. Setelah melakukan pekerjannya di atas kasur dan memakai kembali pakaiannya, wanita itu langsung menghitung rupiah yang terdapat di dalam amplop cokelat tersebut.

“Akhirnya aku bisa membeli lingerie Victoria’s Secret,” ujar wanita tersebut memeluk uangnya.

“Kamu ingin itu?”

Wanita itupun menoleh dan tersenyum.

“kenapa tidak bilang kepadaku? Aku bisa membelinya untukmu.”

“Benarkah?”

Pria itupun bangkit dan duduk sila menghadap wanita berambut ikal tersebut.

“Ya benar Lisa. Apa sih yang tidak buat kamu cantik..”

Wanita itupun terkekeh.

“Cintamu pada ku Roy.”

“Tenang aku akan menceraikan istriku nanti.”

Lisa –nama wanita itu- menggeleng. Dia beranjak dari kasur dan menatap Roy dengan tatapan sedih.
“Aku hanya bercanda kok Roy. Lagian aku kan hanya wanita jalang.” Ada nada ketidaksukaan saat Lisa mengatakan Wanita Jalang. Tapi kenapa harus tidak suka? Toh itukan profesinya.

                                                                        *****
Malam hari ini sangat dingin, tapi tak mengurungkan niat Andre untuk keluar dari rumah tunangannya yang sudah tidak hangat lagi. Setelah dia melihat tunangannya itu berciuman dengan seorang lelaki lain, hatinya sesak, kurang apa dia sampai-sampai tunangannya melakukan itu?

“Sialan!” ujarnya sebari menambah kecepatan mobilnya. Untungnya jalan sudah agak sepi, maklum lah ini sudah hampir tengah malam.

Jari-jari kekar miliknya meraba-raba radio, dia butuh pelampiasan. Mungkin dengan mendengarkan lagu-lagu yang diputar di radio bisa saja sakitnya terobati, walaupun sedikit. Tapi sakitnya itu malih makin dalam. Walaupun dia seorang lelaki yang gagah, tapi saat-saat seperti ini air matanya bisa meluluh lantahkan ke gagahannya. Ya, Andre menangis.

“Sialan!!!!” ujarnya kembali. Kali ini sambil mematikan radio dan memukul-mukul stir kemudi. Lagunya terlalu mellow. Rupanya Andre tidak sedang ingin mendengarkan lagu mellow. Dia butuh sesuatu yang membuat dirinya senang dan bahagia.

Dan ketika dia menghapus air matanya, mata bulatnya menangkap tempat yang telah lama ia tidak kunjungi. Café malam. Sudah berapa lama Andre tidak kesitu? Mungkin telah 2 tahun lelaki itu tidak pergi ke tempat tersebut. terakhir kali ia ke situ saat pacarnya memutuskannya dan lebih memilih temannya ketibang dirinya. lagi-lagi dia bertanya, kurang apa dirinya sehingga sudah 2 kali seorang wanita menyakitinya. Andre adalah seorang pimpinan perusahaan –walaupun perusahaan warisan-, dia orang berpengaruh dikotanya, tampan dan memiliki pendidikan yang luas. Apakah itu kurang?
Lelaki itupun memutuskan tekadnya untuk memutar stir dan masuk ke Café malam.

                                                                        *****
Wanita bertubuh semampai itu tampak kacau. Beberapa kali dia berjalan mondar-mandir di ruang tamunya. Belum lagi bibirnya yang kumat-kamit memancarkan doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, tangannya pun tak ketinggalan, jari-jari lentiknya dengan cekatan memijit tombol panggil kepada nomer tunangannya, Andre.

“Sudahlah jangan khawatir, dia pasti pulang ke rumahnya.”

Wanita itu berhenti dan melotot pada pria yang duduk di sofanya.

“Kau bilang apa? Jangan khawatir? Ya Tuhan.. dia itu tunanganku! Aku takut dia kenapa-kenapa, teleponnya tidak di angkat dan ini sudah malam.”

Pria itu berdecak.

“Telepon saja orangtuanya.”

“Bicaramu sangat enteng sekali. Jika aku menelepon orangtuanya dan mereka bertanya balik kepadaku seperti ada-apa-dengan-kalian, aku harus jawab apa?”

Wanita itu menggigit bibir bawahnya dan melihat kilauan berlian yang dipasang di jari manisnya. Dia sangat senang saat Andre memberikan cincin berlian 4 karat ini. Dia juga sangat bahagia sebentar lagi ia bisa menjadi salah satu bagian dari keluarga Handoko yang super duper kaya itu dan maka dari itu dengan kejadian ini dia sangat khawatir jika Andre meninggalkannya.

“Ayolah Sarah lying saja.” Pria botak itu pun merentangkan tangannya dan memeberikan isyarat pada Sarah untuk masuk ke dalam pelukannya.

Sarah tak memperdulikan rentangan pria tersebut. dia menghela napas. Andai saja Doni tidak mengunjunginya, andai saja Doni tidak menciumnya, ah andai andai dan andai…

“Sebaiknya kau pergi saja Doni.”

Doni beranjak. “Kenapa?”

“Aku mau tidur.” Jawab Sarah lelah.

Doni tertawa. “Kenapa kita tidak tidur bersama saja?”

Pleasee Don aku itu tunangannya Andre dan kita sudah tidak memiliki hubungan apa-apa!”

                                                                        *****  
Pagi hari itu Lisa bangun pagi-pagi. Teman-teman satu profesinya masih tertidur pulas. Lisa wanita 25 tahun yang memiliki paras seperti bidadari itu mengambil ponsel. Ia pun mulai membeli lingerie dari brand ternama lewat internet.

Setelah selesai melakukan pembelian, wanita itu keluar dari kamarnya dan menuju dapur. Dia mengambil air putih dan mulai melakukan peregangan.

Rencana hari ini kemana ya? 

“Shoping lagi? Ah bosen.” Gumamnya. 

Dan keputusanpun telah di ambil. Dia akan jalan-jalan sekitar rumah bordil.

                                                                        *****
Andre tertidur di meja Café malam yang telah dikunjunginya. Para bantender sudah membujuk Andre untuk pulang, tapi dia memaksa untuk bermalam di situ. Dia juga memberikan tip agar para bantender itu tidak berbicara kembali.

Sudah berapa banyak Andre meminum alcohol tadi malam? Entahlah dia tidak mengingatnya, yang penting Andre bisa melupakan kejadian malam tadi dan bersenang-senang.

“Siapa dia?” tunjuk seorang wanita kepada salah satu bantender.

“Oh dia pengunjung yang memaksa untuk bermalam disini.”

Wanita itu mengangguk dan menghampiri Andre yang tertidur pulas di sofa.

Dia tampan. Begitulah kesan pertama saat wanita tersebut melihat Andre. Wanita itu menepuk-nepuk pipi Andre dan dengan perlahan Andre terbangun.

Andre mengerjap-ngerjap, ia belum bisa focus pada pandangannya. Dia beberapa kali mengucek-ngucek matanya, bukan karena penglihatannya belum bisa focus, setelah penglihatannya focus pun dia masih mengucek-ngucek.

Aku ada dimana? Apakah aku ada di Surga? Apakah wanita didepanku ini adalah bidadari?

Wanita itu mengisyaratkan salah satu bantender untuk membawakan teh hangat untuk Andre.

“Kenapa kau bermalam disini?” tanya wanita tersebut duduk di sebelah Andre.

Andre mengangkat wajahnya dan menyeringai saat melihat wajah wanita yang seperti bidadari itu.
Wanita itu mengkerutkan keningnya. “Kenapa?”

“Apakah kau bidadari yang turun dari Surga? Parasmu sangat cantik.” Andre pun mengangkat lengan wanita itu dan menciumnya.

Wanita itu tersenyum. “Aku hanya seorang manusia.”

Andre terkekeh. “Tapi kau sangat cantik. Siapa namau?”

Wanita itu tersenyum kembali dan menyodorkan teh hangat yang telah di bawakan salah satu bantender.

“Lisa. Kau?”

“Andre.”

                                                                        *****
Suatu pertemuan memang selalu ada tujuannya. Tapi kadang kita tidak tau apa tujuan dibalik sebuah pertemuan ataupun alasan dibalik semua itu. Walaupun kita tau jawabannya, mungkin itu tidak sepenuhnya benar.

Semenjak pertemuannya di Café. Lisa dan Andre menjadi akrab. Mereka sering jalan bersama dan tak jarang menghabiskan malam di apartemen mewah milik Andre. Sepertinya mereka saling tergila-gila satu sama lain.

Andre tidak peduli lagi dengan tunangannya. Walaupun Sarah sering datang ke kantornya untuk meminta maaf tetap saja Andre mengacuhkannya, pintu maafnya sudah tertutup untuk wanita yang telah menyakitinya. Tetapi bukan berarti Andre memutuskan tunangannya itu, dia tidak ingin mengecewakan orangtuanya. Ya, Sarah adalah wanita pilihan orangtuanya. 

“Malam ini kita mau kemana? Atau malam ini kau sibuk?” tanya Lisa membuyarkan lamunan Andre.
Rupanya dia telah mengacuhkan wanita cantik disebelahnya. Andre menatap Lisa dan tersenyum.

“Kita ke tempat mu saja ya?”

Lisa mengkerutkan keningnya.

“Kenapa Lisa sayang?”

“Aku takut teman-temanku menyukaimu.”

Andre tertawa dan mengelus-ngelus rambut Lisa. “Mana mungkin aku bisa berpaling darimu Lisa sayang. Paras mu itu bagaikan bidadari dan karena itu aku tergila-gila padamu.”

Lisa tersenyum malu.

“Apakah kau selalu berkata seperti itu kepada wanita yang berparas cantik? Memanggilnya bidadari?”

Andre menggelengkan kepalanya cepat. “Tidak. Kau yang pertama dipanggil seperti itu.”

Lisa tertawa. Dia sangat bahagia dan dia jatuh cinta kepada orang dihadapannya. Walaupun dia sudah beberapa kali bertemu dengan pria tampan dan kaya, tapi baru kali ini dia menjatuhkan hatinya kepada pria seperti itu. 

Ya, Andre berbeda. Dia sangat menghormati Lisa. Walaupun Andre mengetahui profesi Lisa tapi dia tidak pernah meminta “itu” kepada Lisa.

“Okey. Datang saja ketempat ku.” Ujar Lisa.

Andrepun tersenyum dan mulai menjalankan mobilnya.

                                                                        *****
Jika kau mempunyai penglihatan super mungkin kau bisa melihat api yang berkobar di sekeliling Sarah. Wanita itu sangat marah. Dia melihat tunangannya berjalan-jalan di mall dengan seorang wanita, karena penasaran dengan siapa Andre pergi diapun mengikuti mereka. Dan sampailah mereka di rumah bordil. 

Sialan! 

Ternyata Andre bermain api di belakangnya. Tapi, bagaimana dengan dirinya? bukannya dia yang memulai perang kecemburuan ini? tidak, dia hanya tak sengaja mencium Doni, lagian dia mencium pria baik-baik sedangkan Andre? Dia pergi bersama seorang wanita jalang! 

Setelah melihat mobil Andre menghilang dari rumah bordil itu, Sarah keluar dari mobilnya dan bergegas masuk ke rumah bordil. Dia ingin memberi pelajaran kepada wanita jalang itu.

“Hey kau!” teriak Sarah. orang-orang yang ada disekitarnyapun menglihat Sarah dengan tatapan bingung. 

“Hey kau yang memakai kemeja putih!” sekali lagi Sarah teriak dan kali ini Lisa berhenti dan memutar tubuhnya.

Lisa mengangkat halisnya. “Siapa ya?”

Sarah berjalan dengan langkah besar dan melayangkan tamparan di wajah cantik Lisa. Semua orang yang ada disitu terkejut, sontak saja Lisa membalas tamparan Sarah dengan tamparan yang sama kerasnya.

“Awww,” ringis Sarah.

“Dasar wanita aneh!” ujar Lisa. Dia tidak takut kepada wanita ini. sebenarnya dia tidak pernah takut kepada siapa-siapa, dia mengharuskan dirinya untuk tidak takut. Menurutnya ketakutan hanya membuat dirinya tak berdaya.

Lisa menggemgam lengan Sarah sekuat tenaga dan menarik Sarah agar keluar dari rumah bordil tersebut. 

Setelah mereka keluar Lisa melepaskan Sarah dan memperingatkannya untuk tidak membuat keributan di tempatnya.

“Dasar wanita jalang!” teriak Sarah.

Lisa hanya tertawa sumbang mendengarnya. Iya memang dia wanita jalang, memangnya kenapa?
Sarah menunjuk-nunjuk Lisa dengan amarah bergejolak. “Dengar ya wanita jalang, jangan sekali-kali kau menggoda tunanganku!”

Lisa mengkerutkan keningnya. Maksudnya apa?
 
“Maksudmu?”

Dan kali ini Sarah lah yang tertawa. “Dasar jalang! Pria yang barusan mengantarkan pulangmu adalah tunanganku! Andre!”

Lisa kaget. Andre telah bertunangan? Kenapa pria itu tidak memberitaunya. 

Sarah tertawa kembali. “Jadi siapa yang sekarang tertawa, huh?”

Lisa menggelengkan kepalanya. Dia tidak percaya bahwa orang yang dicintainya telah dimiliki oleh oranglain.

Seolah menjawab ketidak tahuan Lisa, Sarah mengangkat jari yang dihiasi cincin berlian 4 karatnya. “Ini buktinya jika kau menginginkan bukti. Atau jika kau masih tak percaya kau bisa menanyakan itu kepada Andre!”

Lisa terdiam, dia tidak bisa berkata apa-apa. Sungguh, sekarang adalah kali pertama Lisa diperlakukan hina oleh pasangan dari kliennya, tunggu dulu.. Andre bukan kliennya. Pria itu adalah orang yang dicintai Lisa yang telah dimiliki oleh oranglain.

“Ingat ya wanita jalang!” tuntut Sarah kepada Lisa. “Jangan kau goda lagi Andre. Dia tunanganku dan kami akan menikah serta hidup bahagia! Dan jika kau butuh uang untuk menggantikannya,” Sarah mengambil dompetnya dan melempar rupiah sebanyak-banyak tepat di wajah cantik Lisa.

“Ini pungut saja! wanita seperti mu itu hanya pantas mendapatkan itu!” 

Lisa menggigit bibir bawahnya. Tenggorokannya tercekat, matanya panas dan hatinya nyeri. Tuhan, apakah salah dia bekerja sebagai wanita pemuas nafsu birahi? Dan juga, apakah salah wanita seperti dia mencintai seseorang?

Sementara disisi lain, Sarah tertawa puas melihat wanita dihadapannya. Ya dia berhasil memberikan pelajaran kepada wanita itu.

                                                                        *****
Jam telah menunjukan pukul 8 malam dan Andre sudah mengenakan setelan jas dengan rapih. Dia akan bertemu dengan pujaan hatinya, Lisa. Dia pun tak henti-hentinya bernyanyi dan tertawa sendiri tapi, semuanya berubah saat Andre membuka pintu apartemen dan mendapati seseorang berdiri di depan pintunya.

“Sarah,” ujar Andre kaget.

“Mau apa kau ke sini?”

Sarah tak mengacuhkannya, dia menyerobot masuk dan duduk di sofa. Tangannya di silangkan dan menatap Andre dengan tatapan marah.

“Well, aku akan pergi mungkin aku pulang besok. Jika kau tak keberatan lebih baik kau pulang saja daripada sendirian disini.”

Sarah berdecak. “Kau jahat! Aku benci kepadamu!” dan bulir-bulir air matapun berjatuhan di pipi Sarah.

Andre menghela napas. Kenapa dengan tunangannya ini? 

“Kau kenapa?” tanya Andre menghampiri Sarah.

Sarah mendongakan kepalanya dan menggemgam lengan Andre. “Kau…mencintaiku kan?”

Andre mengangkat halisnya. 

“Jawab Andre!”

“Iya,” ada keraguan dari kalimat yang dikeluarkan Ander. Dia memang mencintai Sarah, tapi dia juga menyukai Lisa. Tidak mungkin kan seseorang menyukai dua orang sekaligus.

“Kalau begitu, berjanjilah kepadaku kalau kau akan menikahiku.”

“Kau ini kenapa Sarah?”

“Berjanjilah!” tuntut Sarah.

Andre mengangguk ragu.

“Ya aku berjanji.”

Sarah tersenyum dan menghapus air matanya.

“Pernikahan kita akan berlangsung tiga hari lagi Andre. Aku sudah berbicara kepadamu mamah mu dan beliau menyutujuinya.”

Andre membelalakan matanya. “Apa katamu? Bukannya bulan depan kita akan menikah?”

“Kau bilang kau mencintaiku?”

“Tapi bukan berarti pernikahan kita dipajukan Sarah. Apa kau sudah gila? Tiga hari lagi? Yang benar saja!”

Andre pun bangkit dan memutar kenop pintu.

“Kau kan sudah berjanji Andre!”

Andre membalikan badannya dan menatap tunangannya yang cantik itu. Ya Sarah memang tidak kalah cantik dengan Lisa, tapi ini bukan soal kecantikan, ini soal hati yang memilih. Ah mengapa dirinya harus menikah dengan wanita itu.

“Aku pergi dulu.” Ujar Andre meninggalkan Sarah.

                                                                        *****
Setelah tunangan Andre menemuinya, Lisa tampak sering melamun. Dia juga tidak keluar kamar, dia berdiam diri dan juga menyalahkan hatinya karena hatinya itu telah menyukai Andre. 

“Lisa ada seseorang ingin menemuimu.”

“Sudah kubilang malam ini aku off,” jawabnya. Dia hanya ingin sendiri dan menenangkan pikiran.

“Lisa ini aku.” ucap suara yang membuat Lisa beranjak dari kasurnya. Dia terduduk di kasur dan menatap pintu yang tertutup.

“Buka pintunya sayang, biarkan aku masuk.” 

Sayang? Apakah pria itu tidak menyadari posisinya sekarang? dia telah bertunangan! Dan tunangannya telah memperingatkan Lisa untuk tidak mendekatinya. Ya ampun ternyata semua pria itu sama saja.

“Pergilah,” ujar Lisa dengan suara serak.

“Kenapa?”

Lisa terdiam. Dia bangkit dari kasurnya dan membuka pintu untuk Andre. Setelah Andre masuk dia menatap Lisa dengan tatapan khawatir.

“Kamu kenapa?”

Lisa menggeleng.

“Kamu kenapa?!” kali ini dengan suara ditinggikan.
 
Lisa terduduk dan menatap bayangannya di cermin riasnya.

“Kau.. apakah kau sudah bertunangan?”

Andre mengkerutkan keningnya. 

“Memangnya kenapa?”

“Jawab saja Andre.”
“Iya aku memang sudah bertunangan.”

Lisa tertawa sumbang dan memutar tubuhnya untuk menatap Andre. “Sudah kuduga.”

“Tapi kita bisa kawin lari Lisa.”

“Apa? Kau gila ya? Apa kata keluargamu jika kau menikah dengan wanita jalang seperti ku.”

“Memangnya kenapa? jika kita saling mencintai menurutku itu sah-sah saja.”

Lisa berdecak. Andre terlalu menganggap enteng situasi ini.

“Sebaiknya kita tidak pernah bertemu lagi. Lagi pula kau akan menikahkan?”

“Kenapa kau berbicara seperti itu? apakah Sarah tadi kesini?”

“Iya tadi tunanganmu kesini dan menyadarkanku bahwa aku telah salah jatuh kepada seseorang yang salah!.”

Andre menggelengkan kepalanya. Dan kali ini dia sangat sangat marah kepada Sarah.

“Pergilah. Berbahagialah dengan wanita yang bernama Sarah itu.”

Dan saat bersamaan seorang bodyguard muncul untuk mengusir Andre keluar.

“Sebentar,” ujarnya melepaskan lengan-lengan bodyguard. 

“Asal kau tau saja, aku sangat mencintaimu Lisa!”

Lisa mengalihkan pandangannya, dia tidak berani menatap mata Andre lagi, karena kenapa? dia juga mencintai pria itu.
                                                                        *****
Seminggu berlalu. Andre dan Sarah telah bertunangan. Pernikahan mereka sangat mewah, mereka juga terlihat bahagia. Mungkin jika kau orang awam kau pasti akan berkata seperti itu, tapi nyatanya Andre tidak bahagia. Walaupun tubuhnya disini tapi hatinya melalang buana mencari hati yang dimiliki oleh seorang wanita yang bernama Lisa. 

Sementara Lisa. Dia tertawa-tawa dengan para kliennya, walaupun dalam hati dia menangis. Dia juga sering melamun. Dan memori nya sering memutar masa-masa saat dirinya bersama Andre. Ah Andre, Lisa merindukanmu tapi sayangnya kau telah menjadi milik oranglain.


Subang, 30 Mei 2014
 dipagi hari yang cerah.

Minggu, 14 September 2014

Menikah di Usia Muda?



Bayangkan oleh kalian. Ada seorang lelaki ditempat tidur kalian terus, tangannya dengan leluasa meluk kalian. Jangan takut dulu, itu adalah suami kalian. Tapi, bayangin deh kalau kalian masih pengantin baru. Pasti bakalan aneh dong… Rumah yang biasa ada orangtua adik atau kakak, sekarang malah tinggal beruda. Kamu dan suami kamu. Cieee gaya suami. Tapi, hello…. Kalau 18tahun sudah punya suami atau sudah berumah tangga… hmm… kayaknya aku belum siap deh untuk nikah di umur yang sekarang. Haha yaeyalah -_- kuliah tuh pikirin wkwk.

Sebelumnya maaf ya untuk postingan kali ini kalau ada yang tersinggung atau apa. Saya hanya menulis apa yang ingin saya tulis, apa yang mengganjal dalam pikiran saya dan yaaa…. Pemikiran saya yang (kadang-kadang) tidak satu persepsi dengan teman saya. Yaaa… taulah saya itu penganut #foreveryoung hahaa -_- apadeh.. tapi, maksud dari anutan itu adalah kita itu harus selamanya muda walaupun sudah berumur, hatinya itu masih muda gitu, kayak iklan Hilo contohnya.

Well, saya sekarang sudah menjadi mahasiswi dan masuk asrama cewek, yaaa taulah obrolan cewek itu seputar apa. Cowok, iyesh. Cowok (lagi) muhun. Cowok (lagi lagi) of course! Dan yang paling serem itu kalau cowoknya udah ngajak nikah dan ada juga yang pengen nikah. Hello……. *bukannya munafik atau songong yaa* kita itu masih muda sodara-sodara!! Kita itu masih infinite, tak terbatas, masih bisa travel ke sana-sini. Masih bisa ngelakuin sesutau yang lebih bermanfaat, masih bisa melakukan sesuatu yang bersifat positif yang belum pernah kita lakuin, bukannya ngurusin rumah tangga.

Okeylah kita *emnangnya udah harus ya? Kalau aku sih masih pengen main-main, dulu. ._.*harus udah mikirin masa depan termasuk jodoh. Tapi, bukannya jodoh itu ada di tangan Tuhan ya? Dan sebagai umat kita harus meminta dan berusaha, begitu kan? Bukannya memilih cepat-cepat tanpa pemikiran yang matang. Ingat loh, orang yang akan kita nikahi itu akan menjadi teman hidup kita sampai kita tua.think again ;) 

Mendingan yaa selagi masih muda kita explore yourself, pastilah masih banyak potensi-potensi diri kita yang kita enggak tau. Nih yaa… yang namanya jodoh itu enggak akan kemana kok, percaya deh dan juga Allah itu akan mempertemukan kita di waktu yang tepat kok :)

Dan akhir dari postingan kali ini, saya ingin meminta maaf (sekali lagi) kalau ada yang tersinggung dengan postingan saya *saya yakin pasti ada*, jangan dulu membenci ataupun apa, saya itu punya pemikiran, Anda semua juga punya pemikiran jadi, ini adalah pemikiran saya dan saya tulis dalam blog saya.


Salam #foreveryoung \m/

Senin, 01 September 2014

Damsel in Distress #3 (fanfiction)


Starring:
Marc Marquez as himself
Cara Delevingne as Allen Cassandria
Barbara Palvin as Amanda Garcia
Logan Lerman as himself
Lana Del Rey as Lana Garcia
Andrew Airlie as Fred Cassandria
Jennifer Connely as Sarah Cassandria

Haii :) maaf yaa kalau FF ini munculnya telat banget. Maklum akhir-akhir ini aku sibuk *mahasiswa baru lho hihiii ._.* dan juga aku masuk asrama yang 1 kamar itu berdua, belum lagi kegiatan ukm asramanya, belum lagi...... ospek dan osjurnya. hehee sorry ya kalau banyak cingcong dan... selamat membaca :D hope you like it :)
 


#Part3
 
Dia tak menyangka bahwa orang special yang diucapkan oleh pembalap favoritenya adalah Allen Cassandria, teman baiknya. Mereka berteman sejak kelas 7. Mereka sangat akrab, bukan mereka saja yang akrab tapi, kedua orang tua mereka pun sangat akrab. Sarah –Momnya Allen selalu mengajarkan cara membuat kue kepada Ibu nya Amanda yang sudah single parent tersebut. Ya, Ayah nya Amanda telah meninggal saat dirinya kelas 7.

Keluarga Cassandria dan Garcia selalu menghabiskan liburan bersama. Ke pantai atau pun sekedar menginap di rumah danau yang sekarang diwariskan kepada Allen. Tapi, semua kedekatan itu berubah ketika Allen dan Amanda menginjak bangku SMA.

Saat itu Allen mulai menjauh dan bergaul dengan orang-orang seperti dirinya. Orangtua kaya raya, mempunyai wajah cantik dan bisa mendapatkan apapun yang ia inginkan. Penampilan Allen juga berubah, dandannya seperti orang yang akan berjalan di catwalk. Dia juga menjadi queen bee disekolahnya. Ketika berangkat sekolah Allen juga enggan untuk pergi bersama dengan Amanda menggunakan bus jemputan pedahal, mereka telah melakukan itu selama mereka kelas 7. 

Fred –Dadnya Allen sampai lelah dengan sifat Allen yang berubah drastis. Anak semata wayangnya itu menjadi manja dan kurang sopan kepada dirinya. Fred juga meminta bantuan kepada Amanda untuk membujuk Allen agar dia tidak suka hura-hura bahkan pulang malam. Bahaya kalau pewaris dari perusahan Cassandria seperti itu, bisa-bisa perusahan mobil itu tidak bisa bersaing dengan perusahan mobil yang lain.

“Kau bilang kau teman baiknya Allen kan?” tanya Marc membuyarkan lamunan Amanda.

Amanda melihat ke arah Marc dan mengangguk. “Memangnya kenapa?”

“Pastinya kau sudah mengenal Allen lebih dari aku mengenalnya.”

“Iya, lalu?”

Marc berdehem dan melihat deretan novel yang dipajang di rak. “Bisakah kau menolongku untuk mencari novel yang pas untuk Allen?”

Amanda tersenyum. “Okey, dengan senang hati. Oh iya, dia tidak suka dengan novel bergenre scie-fic. Ayo lewat sini,” ujarnya sembari mengedikan bahu.

Marc mengangkat halisnya. Apakah benar pacarnya itu senang membaca?

“Well, apakah Allen senang membaca?”

Amanda berhenti di rak yang memajang novel bergenre romantic dan teenlit, kemudian gadis itu menarik novel bersampul biru langit.

“Dia sangat senang membaca, bahkan di dalam kamarnya banyak sekali koleksi novel.”

Marc kira dirinya sangat mengenali Allen tapi, nyatanya tidak. Pria itu baru tau kalau Allen senang membaca novel.

“Tapi, semenjak Allen bergaul dengan anak-anak popular di sekolah, dia jadi tidak pernah menyentuh atau pun membaca novel.” Allen menyodorkan novel yang berjudul My Ridiculous Romantic Obesession karya Becca white pada Marc.  

Marc mengambilnya dan mengangkat halisnya.

“Baca dulu sinopsisnya, aku yakin Allen pasti suka,” ujarnya sembari tersenyum.

                                                                        *****
Allen menyuruput jus nya dan mendengarkan arahan dari fotografernya. Allen hanya mengangguk menjawab arahan sang fotografer, jujur saja dia sedang enggan tersenyum. Tapi, dia harus professional, dia tidak boleh membawa masalahnya kedalam pekerjaan.

Masih ingat dengan kata-kata yang fans Marc lontarkan di media social. Mereka berkata bahwa Allen tidak pantas menjadi pacar Marc, mereka juga berkata bahwa Allen adalah pengaruh buruk untuk Marc, karena Allen idola mereka jadi suka minum-minum. Pedahl pergi ke club malam dan minum-minum adalah kemauan Marc sendiri. Okey Allen suka minum-minum tapi, ia tidak pernah mengajak pacarnya itu untuk mencoba meminum minuman beralkohol.

Fans Marc juga menjelek-jelekan Allen dengan menyebut dirinya sebagai model yang tidak punya sopan santut, sombong dan seorang whore. Well, memang dirinya seperti itu. Wanita itu tidak suka berpura-pura. Dia seperti ini dan biarkan apa adanya. 

Jadi, biarlah mereka berkata apa tentang Allen. Toh, mereka tidak tau siapa Allen Cassandria sebenarnya, dia tidak peduli. Tapi, dia sangat peduli dan marah dengan fansnya Marc yang menolak hubungan mereka. Siapa mereka berani-beraninya menolak hubungannya dengan Marc? 

“Okey?” tanya fotografer tiba-tiba.

“Ya,” ujar Allen cepat. 

“Let’s do it, Allen,” ujar fotografer.

Allen bangkit dari duduknya dan menyerahkan jus nya kepada Maya yang duduk disebelah kursinya. Sejujrunya ia tak mendengarkan arahan dari fotografernya, dia juga tidak peduli dengan semua arahan itu. Dan seperti yang fotografer itu katakana, do it, ya lets do it.

                                                                        *****
Beberapa kali Amanda berdecak kagum dengan kehidupan Allen sekarang. Seperti yang Marc ceritakan, teman baiknya itu sudah mempunyai apartemen sendiri bahkan mempunyai tas branded dengan namanya. Di umurnya yang ke-21 dia masih belum bisa seperti Allen yang mandiri, semua itu membuat Amanda iri. Yang paling membuat Amanda iri adalah dia berpacaran dengan idolnya! Marc Marquez. 

Memang Amanda tau kalau idolanya itu sudah memiliki pacar. Teman satu kampusnya yang sama-sama mengidolakan Marc menyodorkan berita tentang Marc sudah memiliki pacar tapi, Amanda menolak. Sebagai fangirl dan mendengar bahwa idolanya sudah mempunyai pacar itu rasanya… ya bisa dibilang sakit.

Tapi, Amanda tidak tau kalau pacarnya Marc itu adalah Allen, teman baiknya. Wow, teman baiknya itu memang beruntung.

Brung..

Suara mesin di matikan. Amanda keluar dari kamarnya dan menemui pria pemilik rumah yang luas ini. Dia memandangi pria paruh baya itu dan tersenyum masam. Allen selalu memanggil pria itu dengan sebutan Daddy dan sekarang.. dia juga memanggilnya dengan sebutan itu.

“Iya, nanti kita bicarakan lagi,” ujar pria itu menutup pintu rumah dan berbalik ke belakang.

“Hay Amanda, bagaimana harimu?” ujarnya dan memeluk Amanda.

Amanda menarik pelukannya, “baik Dad.” Amanda tercekat saat dirinya mengatakan Dad kepada pria dihadapannya. Rasanya aneh saja jika kau biasa memanggil dengan sebutan Om dan sekarang malah menyebutnya dengan sebutan Dad, yaa walaupun itu sudah 3 tahun lamanya.

“Eum… apakah besok kau sibuk?” tanya Amanda.

Fred mengkerutkan keningnya. “Tidak, memang ada apa?”

“Kau tau kan besok hari apa?” tanya Amanda hati-hati.

“Hari Minggu, memang kenapa?”

Amanda menghela napas. Dia sudah menduga kalau Dad-nya ini tidak mengingat hari ulangtahun anaknya, anak kandungnya.

“Besok hari ulang tahun Allen, Dad.” Ujar Amanda akhirnya.

Fred duduk di sofa ruang tamu dan melonggarkan dasinya. “Ulangtahun Allen?” tanya Fred.
Amanda mengangguk dan duduk di sebelah Fred. “Jangan bilang kau lupa besok hari ulangtahun Allen, dad.”

Fred tertawa, dia memang lupa ulangtahun anaknya tersebut. “Terimakasih sudah mengingatkan Amanda. Jadi, kita akan membuat kejutan apa untuk Allen?”

Amanda mengangat bahunya dan tiba-tiba menepuk tangannya. “Bagaimana kalau kita buat pesta kecil-kecilan untuk Allen di rumah ini?”

“Aku tak yakin dia mau datang ke rumah ini lagi Amanda.”

Amanda menghela napas. Ah iya benar apa yang dikatakan Fred. Semenjak Amanda dan Lana menjadi bagian keluarga Cassandria, Allen tidak mau lagi menginjakan kaki di rumah yang luas ini. 

Sarah dan Fred telah bercerai dan menurut Allen, Lana lah yang membuat orangtuanya itu bercerai. Mungkin itulah alasan mengapa Allen sangat membenci Amanda dan Lana. Tapi, bisakah itu tak berlarut-larut? Amanda berdoa kepada Tuhan agar teman baiknya sekaligus sepupu tirinya itu mau lagi berkumpul bersama keluarga Cassandria. 

                                                                        *****
Hari sudah gelap, Allen menelepon Marc agar pacarnya itu menjemput dirinya di tempat pemotretan. Tapi, panggilan darinya itu tidak di angkat-angkat.

“Angkat teleponnya Marquez!” ujarnya kesal.

Wanita itu mondar-mandir di halte bus sembari mengucapkan sumpah serapah kepada pacarnya.

“Kau ini sedang apa sih?!” Allen mematikan ponselnya dan memasukannya ke tas.

“Waw, aku tak menyangka bisa bertemu denganmu disini Allen Cassandria,” ujar seseorang mengagetkan Allen.

Allen mengangkat halisnya dan melipat lengannya di dada. Cukup kaget saat mengetahui orang yang berbicara kepada dirinya. 

“Lana,” gumam Allen.

Wanita yang bernama Lana itu tertawa kecil dan melihat Allen dari atas sampai ke bawah. “Ya itu namaku Allen, Lana Cassandria.”

“Kau tidak pantas menyandang nama Cassandria dibelakang namamu, wanita jalang!”

“Waw, apakah itu yang di ajarkan Sarah kepamu? Berkata kasar kepada Ibumu?” 

“Kau bukan Ibuku!”

“Ya, memang aku bukan Ibumu tapi aku adalah nyonya Cassandria sekarang.”

Allen tertawa sumbang, “yayayaa terserah apa katamu, aku tidak peduli dengan apa yang kau katakana atau pun yang kau lakukan sekarang.”

Lana mengangkat bahunya dan melangkah maju sehingga kini dia bisa melihat wajah Allen dengan jelas.

“Tidak peduli dengan apa yang aku lakukan, huh? Bagaimana kalau aku menghancurkan hidup Ibu mu sekali lagi? Apakah kau tidak akan peduli?”

Allen geleng-geleng kepala. “Sudah cukup kau menghancurkan keluargaku, Lana! Apakah kau tidak puas dengan apa yang kau lakukan sebelumnya, huh?” Allen menghela napas, mengatur emosinya serta air mata yang akan keluar dari matanya. 

                                                                        *****
Hujan mengguyur kota Barcelona dikala Marc sedang membaca resensi novel My Ridiculous Romantic Obesession karya Becca White melalui leptopnya. Marc ragu apakah Allen akan menyukai novel yang menceritakan tentang gadis culun yang menyukai seorang Adonis? Karena, cerita itu sangat tidak menggambarkan dirinya kecuali.. ada sisi lain didiri Allen yang tidak di ketahui oleh Marc.

Marc melirik ponselnya yang berada di pinggir leptop. 7 panggilan tak terjawab dan 3 pesan masuk. Pasti dari Allen, pikirnya. Dia sengaja tidak menggubris panggilan dari Allen, lelaki itu ingin membuat kejutan untuk ulangtahun pacarnya.

                                                                        *****
Allen meringkuk ditempat tidurnya. Wanita itu menangis dalam sepi. Segala kekesalan, ketakutan serta perih yang ia pendam selama bertahun-tahun ia keluarkan lewat tangisan. Dia butuh Marc untuk menghiburnya dan sialnya lelaki itu malah tidak menjawab panggilan darinya.

Screw you!” teriaknya dibarengi dengan suara petir.

Allen menutup wajah dengan kedua lengannya, dia menangis menjadi-jadi. Pertemuannya dengan Lana barusan membawa Allen kepada kejadian yang tidak ingin dia ingat kembali. Kejadian yang menyebabkan orangtua Allen bercerai.

Saat itu dia membutuhkan tandatangan Dad nya untuk mengikuti lomba modeling walaupun harapan untuk disetujui sangat tipis. Dia mencari kesegala ruangan dan dia tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Dadnya. Kemudian saat Allen keluar dari rumahnya, dia melihat Dad nya itu masuk ke rumah keluarga Garcia lewat pintu belakang. Pertanyaan pun muncul dibenak Allen, kenapa harus masuk lewat pintu belakang?

Allen diam-diam mengikuti Dad nya dan mengintip di jendela pintu. Matanya terbelalak saat melihat pemandangan menjijikan itu. Dad nya berciuman dengan Lana, Mom nya Amanda! Lalu, wanita itu membisikan sesuatu kepada Dad nya dan membawanya ke lantai atas.

“Arggght!!!” teriak Allen sekali lagi. Dia mengacak-ngacak rambutnya dan menangis sesenggukan. 

“Tolong, hentikan! Aku tidak mau melihat kejadian itu lagi,” pintanya kepada diri sendiri. Allen butuh sesuatu untuk menenangkan dirinya, butuh seseorang untuk mendengarkan keluh kesahnya.

Wanita itu pun beranjak dari kasur dan membuka laci. Dia mengambil sebuah catatan berwarna biru.
Allen duduk ditempat tidurnya dan mulai menulis apa yang ia rasakan. Dia sedang menulis Diary. Kebiasan Allen yang sudah lama tidak ia lakukan. Kebiasan yang selalu ia lakukan jika tidak ada orang yang mendengar keluh kesahnya.

bersambung.....


saran dan kritik? hihii..
via twitter : @sindehpujiyanti
via bbm : 7dbf65c1
via email: sindi.primi@yahoo.co.id