Bidadari dari Neraka
Lisa
menggigit bibir bawahnya. Tenggorokannya tercekat, matanya panas dan hatinya
nyeri. Tuhan, apakah salah dia bekerja sebagai wanita pemuas nafsu birahi? Dan
juga, apakah salah wanita seperti dia mencintai seseorang?
*****
Wanita
itu menghitung rupiah yang terdapat di amplop coklat. Setelah melakukan
pekerjannya di atas kasur dan memakai kembali pakaiannya, wanita itu langsung
menghitung rupiah yang terdapat di dalam amplop cokelat tersebut.
“Akhirnya
aku bisa membeli lingerie Victoria’s Secret,” ujar wanita tersebut memeluk
uangnya.
“Kamu
ingin itu?”
Wanita
itupun menoleh dan tersenyum.
“kenapa
tidak bilang kepadaku? Aku bisa membelinya untukmu.”
“Benarkah?”
Pria
itupun bangkit dan duduk sila menghadap wanita berambut ikal tersebut.
“Ya
benar Lisa. Apa sih yang tidak buat kamu cantik..”
Wanita
itupun terkekeh.
“Cintamu
pada ku Roy.”
“Tenang
aku akan menceraikan istriku nanti.”
Lisa
–nama wanita itu- menggeleng. Dia beranjak dari kasur dan menatap Roy dengan
tatapan sedih.
“Aku
hanya bercanda kok Roy. Lagian aku kan hanya wanita jalang.” Ada nada
ketidaksukaan saat Lisa mengatakan Wanita Jalang. Tapi kenapa harus tidak suka?
Toh itukan profesinya.
*****
Malam
hari ini sangat dingin, tapi tak mengurungkan niat Andre untuk keluar dari
rumah tunangannya yang sudah tidak hangat lagi. Setelah dia melihat tunangannya
itu berciuman dengan seorang lelaki lain, hatinya sesak, kurang apa dia
sampai-sampai tunangannya melakukan itu?
“Sialan!”
ujarnya sebari menambah kecepatan mobilnya. Untungnya jalan sudah agak sepi,
maklum lah ini sudah hampir tengah malam.
Jari-jari
kekar miliknya meraba-raba radio, dia butuh pelampiasan. Mungkin dengan
mendengarkan lagu-lagu yang diputar di radio bisa saja sakitnya terobati,
walaupun sedikit. Tapi sakitnya itu malih makin dalam. Walaupun dia seorang
lelaki yang gagah, tapi saat-saat seperti ini air matanya bisa meluluh
lantahkan ke gagahannya. Ya, Andre menangis.
“Sialan!!!!”
ujarnya kembali. Kali ini sambil mematikan radio dan memukul-mukul stir kemudi.
Lagunya terlalu mellow. Rupanya Andre tidak sedang ingin mendengarkan lagu
mellow. Dia butuh sesuatu yang membuat dirinya senang dan bahagia.
Dan
ketika dia menghapus air matanya, mata bulatnya menangkap tempat yang telah lama
ia tidak kunjungi. Café malam. Sudah berapa lama Andre tidak kesitu? Mungkin
telah 2 tahun lelaki itu tidak pergi ke tempat tersebut. terakhir kali ia ke
situ saat pacarnya memutuskannya dan lebih memilih temannya ketibang dirinya.
lagi-lagi dia bertanya, kurang apa dirinya sehingga sudah 2 kali seorang wanita
menyakitinya. Andre adalah seorang pimpinan perusahaan –walaupun perusahaan
warisan-, dia orang berpengaruh dikotanya, tampan dan memiliki pendidikan yang
luas. Apakah itu kurang?
Lelaki
itupun memutuskan tekadnya untuk memutar stir dan masuk ke Café malam.
*****
Wanita
bertubuh semampai itu tampak kacau. Beberapa kali dia berjalan mondar-mandir di
ruang tamunya. Belum lagi bibirnya yang kumat-kamit memancarkan doa kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa, tangannya pun tak ketinggalan, jari-jari lentiknya
dengan cekatan memijit tombol panggil kepada nomer tunangannya, Andre.
“Sudahlah
jangan khawatir, dia pasti pulang ke rumahnya.”
Wanita
itu berhenti dan melotot pada pria yang duduk di sofanya.
“Kau
bilang apa? Jangan khawatir? Ya Tuhan.. dia itu tunanganku! Aku takut dia
kenapa-kenapa, teleponnya tidak di angkat dan ini sudah malam.”
Pria
itu berdecak.
“Telepon
saja orangtuanya.”
“Bicaramu
sangat enteng sekali. Jika aku menelepon orangtuanya dan mereka bertanya balik
kepadaku seperti ada-apa-dengan-kalian, aku harus jawab apa?”
Wanita
itu menggigit bibir bawahnya dan melihat kilauan berlian yang dipasang di jari
manisnya. Dia sangat senang saat Andre memberikan cincin berlian 4 karat ini.
Dia juga sangat bahagia sebentar lagi ia bisa menjadi salah satu bagian dari
keluarga Handoko yang super duper kaya itu dan maka dari itu dengan kejadian
ini dia sangat khawatir jika Andre meninggalkannya.
“Ayolah
Sarah lying saja.” Pria botak itu pun
merentangkan tangannya dan memeberikan isyarat pada Sarah untuk masuk ke dalam
pelukannya.
Sarah
tak memperdulikan rentangan pria tersebut. dia menghela napas. Andai saja Doni
tidak mengunjunginya, andai saja Doni tidak menciumnya, ah andai andai dan
andai…
“Sebaiknya
kau pergi saja Doni.”
Doni
beranjak. “Kenapa?”
“Aku
mau tidur.” Jawab Sarah lelah.
Doni
tertawa. “Kenapa kita tidak tidur bersama saja?”
“Pleasee Don aku itu tunangannya Andre
dan kita sudah tidak memiliki hubungan apa-apa!”
*****
Pagi
hari itu Lisa bangun pagi-pagi. Teman-teman satu profesinya masih tertidur
pulas. Lisa wanita 25 tahun yang memiliki paras seperti bidadari itu mengambil
ponsel. Ia pun mulai membeli lingerie dari brand ternama lewat internet.
Setelah
selesai melakukan pembelian, wanita itu keluar dari kamarnya dan menuju dapur.
Dia mengambil air putih dan mulai melakukan peregangan.
Rencana
hari ini kemana ya?
“Shoping
lagi? Ah bosen.” Gumamnya.
Dan
keputusanpun telah di ambil. Dia akan jalan-jalan sekitar rumah bordil.
*****
Andre
tertidur di meja Café malam yang telah dikunjunginya. Para bantender sudah
membujuk Andre untuk pulang, tapi dia memaksa untuk bermalam di situ. Dia juga
memberikan tip agar para bantender itu tidak berbicara kembali.
Sudah
berapa banyak Andre meminum alcohol tadi malam? Entahlah dia tidak
mengingatnya, yang penting Andre bisa melupakan kejadian malam tadi dan
bersenang-senang.
“Siapa
dia?” tunjuk seorang wanita kepada salah satu bantender.
“Oh
dia pengunjung yang memaksa untuk bermalam disini.”
Wanita
itu mengangguk dan menghampiri Andre yang tertidur pulas di sofa.
Dia
tampan. Begitulah kesan pertama saat wanita tersebut melihat Andre. Wanita itu
menepuk-nepuk pipi Andre dan dengan perlahan Andre terbangun.
Andre
mengerjap-ngerjap, ia belum bisa focus pada pandangannya. Dia beberapa kali
mengucek-ngucek matanya, bukan karena penglihatannya belum bisa focus, setelah
penglihatannya focus pun dia masih mengucek-ngucek.
Aku
ada dimana? Apakah aku ada di Surga? Apakah wanita didepanku ini adalah
bidadari?
Wanita
itu mengisyaratkan salah satu bantender untuk membawakan teh hangat untuk
Andre.
“Kenapa
kau bermalam disini?” tanya wanita tersebut duduk di sebelah Andre.
Andre
mengangkat wajahnya dan menyeringai saat melihat wajah wanita yang seperti
bidadari itu.
Wanita
itu mengkerutkan keningnya. “Kenapa?”
“Apakah
kau bidadari yang turun dari Surga? Parasmu sangat cantik.” Andre pun
mengangkat lengan wanita itu dan menciumnya.
Wanita
itu tersenyum. “Aku hanya seorang manusia.”
Andre
terkekeh. “Tapi kau sangat cantik. Siapa namau?”
Wanita
itu tersenyum kembali dan menyodorkan teh hangat yang telah di bawakan salah
satu bantender.
“Lisa.
Kau?”
“Andre.”
*****
Suatu
pertemuan memang selalu ada tujuannya. Tapi kadang kita tidak tau apa tujuan dibalik
sebuah pertemuan ataupun alasan dibalik semua itu. Walaupun kita tau
jawabannya, mungkin itu tidak sepenuhnya benar.
Semenjak
pertemuannya di Café. Lisa dan Andre menjadi akrab. Mereka sering jalan bersama
dan tak jarang menghabiskan malam di apartemen mewah milik Andre. Sepertinya
mereka saling tergila-gila satu sama lain.
Andre
tidak peduli lagi dengan tunangannya. Walaupun Sarah sering datang ke kantornya
untuk meminta maaf tetap saja Andre mengacuhkannya, pintu maafnya sudah
tertutup untuk wanita yang telah menyakitinya. Tetapi bukan berarti Andre
memutuskan tunangannya itu, dia tidak ingin mengecewakan orangtuanya. Ya, Sarah
adalah wanita pilihan orangtuanya.
“Malam
ini kita mau kemana? Atau malam ini kau sibuk?” tanya Lisa membuyarkan lamunan
Andre.
Rupanya
dia telah mengacuhkan wanita cantik disebelahnya. Andre menatap Lisa dan
tersenyum.
“Kita
ke tempat mu saja ya?”
Lisa
mengkerutkan keningnya.
“Kenapa
Lisa sayang?”
“Aku
takut teman-temanku menyukaimu.”
Andre
tertawa dan mengelus-ngelus rambut Lisa. “Mana mungkin aku bisa berpaling
darimu Lisa sayang. Paras mu itu bagaikan bidadari dan karena itu aku
tergila-gila padamu.”
Lisa
tersenyum malu.
“Apakah
kau selalu berkata seperti itu kepada wanita yang berparas cantik? Memanggilnya
bidadari?”
Andre
menggelengkan kepalanya cepat. “Tidak. Kau yang pertama dipanggil seperti itu.”
Lisa
tertawa. Dia sangat bahagia dan dia jatuh cinta kepada orang dihadapannya.
Walaupun dia sudah beberapa kali bertemu dengan pria tampan dan kaya, tapi baru
kali ini dia menjatuhkan hatinya kepada pria seperti itu.
Ya,
Andre berbeda. Dia sangat menghormati Lisa. Walaupun Andre mengetahui profesi
Lisa tapi dia tidak pernah meminta “itu” kepada Lisa.
“Okey.
Datang saja ketempat ku.” Ujar Lisa.
Andrepun
tersenyum dan mulai menjalankan mobilnya.
*****
Jika
kau mempunyai penglihatan super mungkin kau bisa melihat api yang berkobar di
sekeliling Sarah. Wanita itu sangat marah. Dia melihat tunangannya
berjalan-jalan di mall dengan seorang wanita, karena penasaran dengan siapa
Andre pergi diapun mengikuti mereka. Dan sampailah mereka di rumah bordil.
Sialan!
Ternyata
Andre bermain api di belakangnya. Tapi, bagaimana dengan dirinya? bukannya dia
yang memulai perang kecemburuan ini? tidak, dia hanya tak sengaja mencium Doni,
lagian dia mencium pria baik-baik sedangkan Andre? Dia pergi bersama seorang
wanita jalang!
Setelah
melihat mobil Andre menghilang dari rumah bordil itu, Sarah keluar dari
mobilnya dan bergegas masuk ke rumah bordil. Dia ingin memberi pelajaran kepada
wanita jalang itu.
“Hey
kau!” teriak Sarah. orang-orang yang ada disekitarnyapun menglihat Sarah dengan
tatapan bingung.
“Hey
kau yang memakai kemeja putih!” sekali lagi Sarah teriak dan kali ini Lisa
berhenti dan memutar tubuhnya.
Lisa
mengangkat halisnya. “Siapa ya?”
Sarah
berjalan dengan langkah besar dan melayangkan tamparan di wajah cantik Lisa.
Semua orang yang ada disitu terkejut, sontak saja Lisa membalas tamparan Sarah
dengan tamparan yang sama kerasnya.
“Awww,”
ringis Sarah.
“Dasar
wanita aneh!” ujar Lisa. Dia tidak takut kepada wanita ini. sebenarnya dia
tidak pernah takut kepada siapa-siapa, dia mengharuskan dirinya untuk tidak
takut. Menurutnya ketakutan hanya membuat dirinya tak berdaya.
Lisa
menggemgam lengan Sarah sekuat tenaga dan menarik Sarah agar keluar dari rumah
bordil tersebut.
Setelah
mereka keluar Lisa melepaskan Sarah dan memperingatkannya untuk tidak membuat
keributan di tempatnya.
“Dasar
wanita jalang!” teriak Sarah.
Lisa
hanya tertawa sumbang mendengarnya. Iya memang dia wanita jalang, memangnya
kenapa?
Sarah
menunjuk-nunjuk Lisa dengan amarah bergejolak. “Dengar ya wanita jalang, jangan
sekali-kali kau menggoda tunanganku!”
Lisa
mengkerutkan keningnya. Maksudnya apa?
“Maksudmu?”
Dan
kali ini Sarah lah yang tertawa. “Dasar jalang! Pria yang barusan mengantarkan
pulangmu adalah tunanganku! Andre!”
Lisa
kaget. Andre telah bertunangan? Kenapa pria itu tidak memberitaunya.
Sarah
tertawa kembali. “Jadi siapa yang sekarang tertawa, huh?”
Lisa
menggelengkan kepalanya. Dia tidak percaya bahwa orang yang dicintainya telah
dimiliki oleh oranglain.
Seolah
menjawab ketidak tahuan Lisa, Sarah mengangkat jari yang dihiasi cincin berlian
4 karatnya. “Ini buktinya jika kau menginginkan bukti. Atau jika kau masih tak
percaya kau bisa menanyakan itu kepada Andre!”
Lisa
terdiam, dia tidak bisa berkata apa-apa. Sungguh, sekarang adalah kali pertama
Lisa diperlakukan hina oleh pasangan dari kliennya, tunggu dulu.. Andre bukan
kliennya. Pria itu adalah orang yang dicintai Lisa yang telah dimiliki oleh oranglain.
“Ingat
ya wanita jalang!” tuntut Sarah kepada Lisa. “Jangan kau goda lagi Andre. Dia
tunanganku dan kami akan menikah serta hidup bahagia! Dan jika kau butuh uang
untuk menggantikannya,” Sarah mengambil dompetnya dan melempar rupiah
sebanyak-banyak tepat di wajah cantik Lisa.
“Ini
pungut saja! wanita seperti mu itu hanya pantas mendapatkan itu!”
Lisa
menggigit bibir bawahnya. Tenggorokannya tercekat, matanya panas dan hatinya
nyeri. Tuhan, apakah salah dia bekerja sebagai wanita pemuas nafsu birahi? Dan
juga, apakah salah wanita seperti dia mencintai seseorang?
Sementara
disisi lain, Sarah tertawa puas melihat wanita dihadapannya. Ya dia berhasil
memberikan pelajaran kepada wanita itu.
*****
Jam
telah menunjukan pukul 8 malam dan Andre sudah mengenakan setelan jas dengan
rapih. Dia akan bertemu dengan pujaan hatinya, Lisa. Dia pun tak henti-hentinya
bernyanyi dan tertawa sendiri tapi, semuanya berubah saat Andre membuka pintu
apartemen dan mendapati seseorang berdiri di depan pintunya.
“Sarah,”
ujar Andre kaget.
“Mau
apa kau ke sini?”
Sarah
tak mengacuhkannya, dia menyerobot masuk dan duduk di sofa. Tangannya di
silangkan dan menatap Andre dengan tatapan marah.
“Well,
aku akan pergi mungkin aku pulang besok. Jika kau tak keberatan lebih baik kau
pulang saja daripada sendirian disini.”
Sarah
berdecak. “Kau jahat! Aku benci kepadamu!” dan bulir-bulir air matapun
berjatuhan di pipi Sarah.
Andre
menghela napas. Kenapa dengan tunangannya ini?
“Kau
kenapa?” tanya Andre menghampiri Sarah.
Sarah
mendongakan kepalanya dan menggemgam lengan Andre. “Kau…mencintaiku kan?”
Andre
mengangkat halisnya.
“Jawab
Andre!”
“Iya,”
ada keraguan dari kalimat yang dikeluarkan Ander. Dia memang mencintai Sarah,
tapi dia juga menyukai Lisa. Tidak mungkin kan seseorang menyukai dua orang
sekaligus.
“Kalau
begitu, berjanjilah kepadaku kalau kau akan menikahiku.”
“Kau
ini kenapa Sarah?”
“Berjanjilah!”
tuntut Sarah.
Andre
mengangguk ragu.
“Ya
aku berjanji.”
Sarah
tersenyum dan menghapus air matanya.
“Pernikahan
kita akan berlangsung tiga hari lagi Andre. Aku sudah berbicara kepadamu mamah
mu dan beliau menyutujuinya.”
Andre
membelalakan matanya. “Apa katamu? Bukannya bulan depan kita akan menikah?”
“Kau
bilang kau mencintaiku?”
“Tapi
bukan berarti pernikahan kita dipajukan Sarah. Apa kau sudah gila? Tiga hari
lagi? Yang benar saja!”
Andre
pun bangkit dan memutar kenop pintu.
“Kau
kan sudah berjanji Andre!”
Andre
membalikan badannya dan menatap tunangannya yang cantik itu. Ya Sarah memang
tidak kalah cantik dengan Lisa, tapi ini bukan soal kecantikan, ini soal hati
yang memilih. Ah mengapa dirinya harus menikah dengan wanita itu.
“Aku
pergi dulu.” Ujar Andre meninggalkan Sarah.
*****
Setelah
tunangan Andre menemuinya, Lisa tampak sering melamun. Dia juga tidak keluar kamar,
dia berdiam diri dan juga menyalahkan hatinya karena hatinya itu telah menyukai
Andre.
“Lisa
ada seseorang ingin menemuimu.”
“Sudah
kubilang malam ini aku off,”
jawabnya. Dia hanya ingin sendiri dan menenangkan pikiran.
“Lisa
ini aku.” ucap suara yang membuat Lisa beranjak dari kasurnya. Dia terduduk di
kasur dan menatap pintu yang tertutup.
“Buka
pintunya sayang, biarkan aku masuk.”
Sayang?
Apakah pria itu tidak menyadari posisinya sekarang? dia telah bertunangan! Dan
tunangannya telah memperingatkan Lisa untuk tidak mendekatinya. Ya ampun
ternyata semua pria itu sama saja.
“Pergilah,”
ujar Lisa dengan suara serak.
“Kenapa?”
Lisa
terdiam. Dia bangkit dari kasurnya dan membuka pintu untuk Andre. Setelah Andre
masuk dia menatap Lisa dengan tatapan khawatir.
“Kamu
kenapa?”
Lisa
menggeleng.
“Kamu
kenapa?!” kali ini dengan suara ditinggikan.
Lisa
terduduk dan menatap bayangannya di cermin riasnya.
“Kau..
apakah kau sudah bertunangan?”
Andre
mengkerutkan keningnya.
“Memangnya
kenapa?”
“Jawab
saja Andre.”
“Iya
aku memang sudah bertunangan.”
Lisa
tertawa sumbang dan memutar tubuhnya untuk menatap Andre. “Sudah kuduga.”
“Tapi
kita bisa kawin lari Lisa.”
“Apa?
Kau gila ya? Apa kata keluargamu jika kau menikah dengan wanita jalang seperti
ku.”
“Memangnya
kenapa? jika kita saling mencintai menurutku itu sah-sah saja.”
Lisa
berdecak. Andre terlalu menganggap enteng situasi ini.
“Sebaiknya
kita tidak pernah bertemu lagi. Lagi pula kau akan menikahkan?”
“Kenapa
kau berbicara seperti itu? apakah Sarah tadi kesini?”
“Iya
tadi tunanganmu kesini dan menyadarkanku bahwa aku telah salah jatuh kepada
seseorang yang salah!.”
Andre
menggelengkan kepalanya. Dan kali ini dia sangat sangat marah kepada Sarah.
“Pergilah.
Berbahagialah dengan wanita yang bernama Sarah itu.”
Dan
saat bersamaan seorang bodyguard muncul
untuk mengusir Andre keluar.
“Sebentar,”
ujarnya melepaskan lengan-lengan bodyguard.
“Asal
kau tau saja, aku sangat mencintaimu Lisa!”
Lisa
mengalihkan pandangannya, dia tidak berani menatap mata Andre lagi, karena kenapa?
dia juga mencintai pria itu.
*****
Seminggu
berlalu. Andre dan Sarah telah bertunangan. Pernikahan mereka sangat mewah,
mereka juga terlihat bahagia. Mungkin jika kau orang awam kau pasti akan
berkata seperti itu, tapi nyatanya Andre tidak bahagia. Walaupun tubuhnya
disini tapi hatinya melalang buana mencari hati yang dimiliki oleh seorang
wanita yang bernama Lisa.
Sementara
Lisa. Dia tertawa-tawa dengan para kliennya, walaupun dalam hati dia menangis.
Dia juga sering melamun. Dan memori nya sering memutar masa-masa saat dirinya
bersama Andre. Ah Andre, Lisa merindukanmu tapi sayangnya kau telah menjadi
milik oranglain.
Subang, 30 Mei 2014
dipagi hari yang cerah.