Starring:
Marc Marquez as himself
Cara Delevingne as Allen Cassandria
Barbara Palvin as Amanda Garcia
Logan Lerman as himself
Logan Lerman as himself
Lana Del Rey as Lana Garcia
Andrew Airlie as Fred Cassandria
Jennifer Connely as Sarah Cassandria
Haii :) maaf yaa kalau FF ini munculnya telat banget. Maklum akhir-akhir ini aku sibuk *mahasiswa baru lho hihiii ._.* dan juga aku masuk asrama yang 1 kamar itu berdua, belum lagi kegiatan ukm asramanya, belum lagi...... ospek dan osjurnya. hehee sorry ya kalau banyak cingcong dan... selamat membaca :D hope you like it :)
#Part3
Dia tak menyangka bahwa orang special yang diucapkan oleh
pembalap favoritenya adalah Allen Cassandria, teman baiknya. Mereka berteman
sejak kelas 7. Mereka sangat akrab, bukan mereka saja yang akrab tapi, kedua
orang tua mereka pun sangat akrab. Sarah –Momnya Allen selalu mengajarkan cara
membuat kue kepada Ibu nya Amanda yang sudah single parent tersebut. Ya, Ayah
nya Amanda telah meninggal saat dirinya kelas 7.
Keluarga Cassandria dan Garcia selalu menghabiskan liburan
bersama. Ke pantai atau pun sekedar menginap di rumah danau yang sekarang
diwariskan kepada Allen. Tapi, semua kedekatan itu berubah ketika Allen dan
Amanda menginjak bangku SMA.
Saat itu Allen mulai menjauh dan bergaul dengan orang-orang
seperti dirinya. Orangtua kaya raya, mempunyai wajah cantik dan bisa
mendapatkan apapun yang ia inginkan. Penampilan Allen juga berubah, dandannya
seperti orang yang akan berjalan di catwalk. Dia juga menjadi queen bee disekolahnya. Ketika berangkat
sekolah Allen juga enggan untuk pergi bersama dengan Amanda menggunakan bus
jemputan pedahal, mereka telah melakukan itu selama mereka kelas 7.
Fred –Dadnya Allen sampai lelah dengan sifat Allen yang
berubah drastis. Anak semata wayangnya itu menjadi manja dan kurang sopan
kepada dirinya. Fred juga meminta bantuan kepada Amanda untuk membujuk Allen
agar dia tidak suka hura-hura bahkan pulang malam. Bahaya kalau pewaris dari
perusahan Cassandria seperti itu, bisa-bisa perusahan mobil itu tidak bisa
bersaing dengan perusahan mobil yang lain.
“Kau bilang kau teman baiknya Allen kan?” tanya Marc
membuyarkan lamunan Amanda.
Amanda melihat ke arah Marc dan mengangguk. “Memangnya
kenapa?”
“Pastinya kau sudah mengenal Allen lebih dari aku
mengenalnya.”
“Iya, lalu?”
Marc berdehem dan melihat deretan novel yang dipajang di rak.
“Bisakah kau menolongku untuk mencari novel yang pas untuk Allen?”
Amanda tersenyum. “Okey, dengan senang hati. Oh iya, dia
tidak suka dengan novel bergenre scie-fic. Ayo lewat sini,” ujarnya sembari
mengedikan bahu.
Marc mengangkat halisnya. Apakah benar pacarnya itu senang
membaca?
“Well, apakah Allen senang membaca?”
Amanda berhenti di rak yang memajang novel bergenre romantic
dan teenlit, kemudian gadis itu menarik novel bersampul biru langit.
“Dia sangat senang membaca, bahkan di dalam kamarnya banyak
sekali koleksi novel.”
Marc kira dirinya sangat mengenali Allen tapi, nyatanya
tidak. Pria itu baru tau kalau Allen senang membaca novel.
“Tapi, semenjak Allen bergaul dengan anak-anak popular di
sekolah, dia jadi tidak pernah menyentuh atau pun membaca novel.” Allen menyodorkan
novel yang berjudul My Ridiculous Romantic Obesession karya Becca white pada
Marc.
Marc mengambilnya dan mengangkat halisnya.
“Baca dulu sinopsisnya, aku yakin Allen pasti suka,” ujarnya
sembari tersenyum.
*****
Allen menyuruput jus nya dan mendengarkan arahan dari
fotografernya. Allen hanya mengangguk menjawab arahan sang fotografer, jujur
saja dia sedang enggan tersenyum. Tapi, dia harus professional, dia tidak boleh
membawa masalahnya kedalam pekerjaan.
Masih ingat dengan kata-kata yang fans Marc lontarkan di
media social. Mereka berkata bahwa Allen tidak pantas menjadi pacar Marc,
mereka juga berkata bahwa Allen adalah pengaruh buruk untuk Marc, karena Allen
idola mereka jadi suka minum-minum. Pedahl pergi ke club malam dan minum-minum
adalah kemauan Marc sendiri. Okey Allen suka minum-minum tapi, ia tidak pernah
mengajak pacarnya itu untuk mencoba meminum minuman beralkohol.
Fans Marc juga menjelek-jelekan Allen dengan menyebut dirinya
sebagai model yang tidak punya sopan santut, sombong dan seorang whore. Well, memang dirinya seperti itu.
Wanita itu tidak suka berpura-pura. Dia seperti ini dan biarkan apa adanya.
Jadi, biarlah mereka berkata apa tentang Allen. Toh, mereka
tidak tau siapa Allen Cassandria sebenarnya, dia tidak peduli. Tapi, dia sangat
peduli dan marah dengan fansnya Marc yang menolak hubungan mereka. Siapa mereka
berani-beraninya menolak hubungannya dengan Marc?
“Okey?” tanya fotografer tiba-tiba.
“Ya,” ujar Allen cepat.
“Let’s do it, Allen,” ujar fotografer.
Allen bangkit dari duduknya dan menyerahkan jus nya kepada
Maya yang duduk disebelah kursinya. Sejujrunya ia tak mendengarkan arahan dari
fotografernya, dia juga tidak peduli dengan semua arahan itu. Dan seperti yang
fotografer itu katakana, do it, ya lets do it.
*****
Beberapa kali Amanda berdecak kagum dengan kehidupan Allen
sekarang. Seperti yang Marc ceritakan, teman baiknya itu sudah mempunyai
apartemen sendiri bahkan mempunyai tas branded dengan namanya. Di umurnya yang
ke-21 dia masih belum bisa seperti Allen yang mandiri, semua itu membuat Amanda
iri. Yang paling membuat Amanda iri adalah dia berpacaran dengan idolnya! Marc
Marquez.
Memang Amanda tau kalau idolanya itu sudah memiliki pacar.
Teman satu kampusnya yang sama-sama mengidolakan Marc menyodorkan berita
tentang Marc sudah memiliki pacar tapi, Amanda menolak. Sebagai fangirl dan
mendengar bahwa idolanya sudah mempunyai pacar itu rasanya… ya bisa dibilang
sakit.
Tapi, Amanda tidak tau kalau pacarnya Marc itu adalah Allen,
teman baiknya. Wow, teman baiknya itu memang beruntung.
Brung..
Suara mesin di matikan. Amanda keluar dari kamarnya dan
menemui pria pemilik rumah yang luas ini. Dia memandangi pria paruh baya itu
dan tersenyum masam. Allen selalu memanggil pria itu dengan sebutan Daddy dan
sekarang.. dia juga memanggilnya dengan sebutan itu.
“Iya, nanti kita bicarakan lagi,” ujar pria itu menutup pintu
rumah dan berbalik ke belakang.
“Hay Amanda, bagaimana harimu?” ujarnya dan memeluk Amanda.
Amanda menarik pelukannya, “baik Dad.” Amanda tercekat saat
dirinya mengatakan Dad kepada pria dihadapannya. Rasanya aneh saja jika kau
biasa memanggil dengan sebutan Om dan sekarang malah menyebutnya dengan sebutan
Dad, yaa walaupun itu sudah 3 tahun lamanya.
“Eum… apakah besok kau sibuk?” tanya Amanda.
Fred mengkerutkan keningnya. “Tidak, memang ada apa?”
“Kau tau kan besok hari apa?” tanya Amanda hati-hati.
“Hari Minggu, memang kenapa?”
Amanda menghela napas. Dia sudah menduga kalau Dad-nya ini
tidak mengingat hari ulangtahun anaknya, anak kandungnya.
“Besok hari ulang tahun Allen, Dad.” Ujar Amanda akhirnya.
Fred duduk di sofa ruang tamu dan melonggarkan dasinya.
“Ulangtahun Allen?” tanya Fred.
Amanda mengangguk dan duduk di sebelah Fred. “Jangan bilang
kau lupa besok hari ulangtahun Allen, dad.”
Fred tertawa, dia memang lupa ulangtahun anaknya tersebut.
“Terimakasih sudah mengingatkan Amanda. Jadi, kita akan membuat kejutan apa
untuk Allen?”
Amanda mengangat bahunya dan tiba-tiba menepuk tangannya.
“Bagaimana kalau kita buat pesta kecil-kecilan untuk Allen di rumah ini?”
“Aku tak yakin dia mau datang ke rumah ini lagi Amanda.”
Amanda menghela napas. Ah iya benar apa yang dikatakan Fred.
Semenjak Amanda dan Lana menjadi bagian keluarga Cassandria, Allen tidak mau
lagi menginjakan kaki di rumah yang luas ini.
Sarah dan Fred telah bercerai dan menurut Allen, Lana lah
yang membuat orangtuanya itu bercerai. Mungkin itulah alasan mengapa Allen
sangat membenci Amanda dan Lana. Tapi, bisakah itu tak berlarut-larut? Amanda
berdoa kepada Tuhan agar teman baiknya sekaligus sepupu tirinya itu mau lagi
berkumpul bersama keluarga Cassandria.
*****
Hari sudah gelap, Allen menelepon Marc agar pacarnya itu
menjemput dirinya di tempat pemotretan. Tapi, panggilan darinya itu tidak di
angkat-angkat.
“Angkat teleponnya Marquez!” ujarnya kesal.
Wanita itu mondar-mandir di halte bus sembari mengucapkan
sumpah serapah kepada pacarnya.
“Kau ini sedang apa sih?!” Allen mematikan ponselnya dan
memasukannya ke tas.
“Waw, aku tak menyangka bisa bertemu denganmu disini Allen Cassandria,”
ujar seseorang mengagetkan Allen.
Allen mengangkat halisnya dan melipat lengannya di dada.
Cukup kaget saat mengetahui orang yang berbicara kepada dirinya.
“Lana,” gumam Allen.
Wanita yang bernama Lana itu tertawa kecil dan melihat Allen
dari atas sampai ke bawah. “Ya itu namaku Allen, Lana Cassandria.”
“Kau tidak pantas menyandang nama Cassandria dibelakang
namamu, wanita jalang!”
“Waw, apakah itu yang di ajarkan Sarah kepamu? Berkata kasar
kepada Ibumu?”
“Kau bukan Ibuku!”
“Ya, memang aku bukan Ibumu tapi aku adalah nyonya Cassandria
sekarang.”
Allen tertawa sumbang, “yayayaa terserah apa katamu, aku
tidak peduli dengan apa yang kau katakana atau pun yang kau lakukan sekarang.”
Lana mengangkat bahunya dan melangkah maju sehingga kini dia
bisa melihat wajah Allen dengan jelas.
“Tidak peduli dengan apa yang aku lakukan, huh? Bagaimana
kalau aku menghancurkan hidup Ibu mu sekali lagi? Apakah kau tidak akan
peduli?”
Allen geleng-geleng kepala. “Sudah cukup kau menghancurkan
keluargaku, Lana! Apakah kau tidak puas dengan apa yang kau lakukan sebelumnya,
huh?” Allen menghela napas, mengatur emosinya serta air mata yang akan keluar
dari matanya.
*****
Hujan mengguyur kota Barcelona dikala Marc sedang membaca
resensi novel My Ridiculous Romantic Obesession karya Becca White melalui
leptopnya. Marc ragu apakah Allen akan menyukai novel yang menceritakan tentang
gadis culun yang menyukai seorang Adonis? Karena, cerita itu sangat tidak
menggambarkan dirinya kecuali.. ada sisi lain didiri Allen yang tidak di
ketahui oleh Marc.
Marc melirik ponselnya yang berada di pinggir leptop. 7
panggilan tak terjawab dan 3 pesan masuk. Pasti dari Allen, pikirnya. Dia
sengaja tidak menggubris panggilan dari Allen, lelaki itu ingin membuat kejutan
untuk ulangtahun pacarnya.
*****
Allen meringkuk ditempat tidurnya. Wanita itu menangis dalam
sepi. Segala kekesalan, ketakutan serta perih yang ia pendam selama
bertahun-tahun ia keluarkan lewat tangisan. Dia butuh Marc untuk menghiburnya
dan sialnya lelaki itu malah tidak menjawab panggilan darinya.
“Screw you!” teriaknya dibarengi dengan suara petir.
Allen menutup wajah dengan kedua lengannya, dia menangis
menjadi-jadi. Pertemuannya dengan Lana barusan membawa Allen kepada kejadian
yang tidak ingin dia ingat kembali. Kejadian yang menyebabkan orangtua Allen
bercerai.
Saat itu dia membutuhkan tandatangan Dad nya untuk mengikuti
lomba modeling walaupun harapan untuk disetujui sangat tipis. Dia mencari
kesegala ruangan dan dia tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Dadnya.
Kemudian saat Allen keluar dari rumahnya, dia melihat Dad nya itu masuk ke
rumah keluarga Garcia lewat pintu belakang. Pertanyaan pun muncul dibenak
Allen, kenapa harus masuk lewat pintu belakang?
Allen diam-diam mengikuti Dad nya dan mengintip di jendela
pintu. Matanya terbelalak saat melihat pemandangan menjijikan itu. Dad nya
berciuman dengan Lana, Mom nya Amanda! Lalu, wanita itu membisikan sesuatu
kepada Dad nya dan membawanya ke lantai atas.
“Arggght!!!” teriak Allen sekali lagi. Dia mengacak-ngacak
rambutnya dan menangis sesenggukan.
“Tolong, hentikan! Aku tidak mau melihat kejadian itu lagi,”
pintanya kepada diri sendiri. Allen butuh sesuatu untuk menenangkan dirinya,
butuh seseorang untuk mendengarkan keluh kesahnya.
Wanita itu pun beranjak dari
kasur dan membuka laci. Dia mengambil sebuah catatan berwarna biru.
Allen duduk ditempat tidurnya dan mulai menulis apa yang ia
rasakan. Dia sedang menulis Diary. Kebiasan Allen yang sudah lama tidak ia
lakukan. Kebiasan yang selalu ia lakukan jika tidak ada orang yang mendengar
keluh kesahnya.
bersambung.....
saran dan kritik? hihii..
via twitter : @sindehpujiyanti
via bbm : 7dbf65c1
via email: sindi.primi@yahoo.co.id
Aku suka sama ceritanya kak, cepet di lanjutkan ya kak. jangan lupa tag ke twitter aku @AdeliaE_1
BalasHapusiya makasih yaaa :) okeey ntar aku tag hihiii
HapusLanjutana mana euy?
BalasHapuskela atuh lur, sibuk yeuh budah kuliahan :( hahah
Hapus