Sebenernya sih FF ini udah aku tulis lama sebelum Marc
ulang tahun, cuman baru ke post sekarang maklum udah masuk perkuliahan
yang sebentar lagi aku bakal praktik ke rumah sakit dan sinyal di asrama
sangat jelek :( dan bisa dibilang kalau FF ini tuh spesial ulang tahun Marc Marquez hehee... tenang kok, aku enggak bakal ngegantungin FF ini
karena aku udah nulis semua cerita ini hehe.... semoga kalian suka yaa
:*
Dedicated for my idols, Marc Marquez and Sasha Pieterse.
Los Angles, Amerika.
Dengan seriusnya gadis itu
membaca artikel yang dimuat di internet melalui notebooknya. Gadis blonde itu
sedang membaca artikel tentang hotel berbintang yang ada di Spanyol. Sementara
temannya, Cara, sedang membaca majalah di kasur milik gadis blonde.
“Serius lo bakal ngadain birthday
party di Spanyol?” tanya Cara sembari menutup majalah bersampul temannya
tersebut.
Gadis blonde itu memutar
kursinya. “Gua serius, kapan coba gua enggak serius?”
“But… why? kenapa harus Spanyol?"
Gadis blonde itu mengangkat
bahunya dan kembali menatap layar notebook. Jari-jarinya menggerakan kursor
untuk membuka halaman web baru dan mengetikan sebuah tempat.
“Gua pengen aja birthday party
nya di adain di Spanyol. Di tambah lagi mereka punya pantai yang keren!” gadis
blonde tersebut mengisyaratkan Cara untuk melihat apa yang sudah dicarinya di
notebook. “Tada…. Ibiza Beach.”
“Yayaya itu emang cool. Tapi emangnya enggak ada
jadwal yang bakal ganggu lo selama birthday party?”
“Gua udah nyuruh manajer gua
untuk ngebatalin semua janji yang kira-kira bakal ganggu urusan gua.”
Cara mengangguk-ngangguk dan
memperbesar gambar pantai Ibiza. “Yaa sebagai temen yang baik gua ngedukung lo
aja deh.”
-
-
Gadis blonde itu bernama Sasha
Pieterse, dia adalah seorang aktris muda yang sedang melejit di Amerika. Untuk
merayakan ulang tahunnya yang ke 19, Sasha memutuskan untuk mengadakan birthday
party di hotel berbintang yang ada di Spanyol. Sasha tidak memilik alasan yang
spesifik kenapa dirinya memilik Negeri matador sebagai tempat birthday party
nya.
“Kamu harus datang ke Spanyol,
okey babe?” ucap Sasha dengan suara manjanya di telinga pacarnya, Sam.
“Tentu saja babe but, kenapa
harus Spanyol?”
“Memangnya ada apa dengan
Spanyol?”
Sam menatap pacarnya dan mencium
pipinya. “Aku takut kau berpaling dengan cowok Spanyol.”
Sasha tertawa, “no way Sam.”
“Okey baguslah, berarti aku tidak
perlu khawatir jika ada cowok Spanyol yang mendekatimu, karena kau sudah bilang
tidak mungkin akan berpaling kepada mereka.”
Sasha tersenyum dan melanjutkan
kembali menonton Twilight Saga dan mengeratkan pelukannya kepada Sam.
-
-
Spanyol.
“Mom, aku sudah bersar. Aku bisa
mengurus pesta ulang tahun ku sendiri.”
“Mom hanya ingin membantumu.
Lagian tahun ini umurmu akan bertambah tua.”
Marc tertawa mendengar ocehan Mom
nya, Roser. “Yang namanya ulang tahun itu pasti akan bertambah tua Mom.”
Roser mematikan kompor dan
menatap putra sulungnya yang sedang duduk di meja makan. “Maksud ku adalah, kau akan genap
berumur 22. Sementara kau belum mempunyai calon. Biarkan Mom mu ini mencarikan
gadis untukmu, untuk itu Mom mengundang teman-teman Mom yang mempunyai anak
perempuan untuk menjodohkannya denganmu.”
Marc mengelus-ngelus keningnya, seolah-olah
dia merasakan pusing. “Kalau Mom melakukan itu, bisa-bisa acara ulangtahunku
berubah menjadi acara perjodohan.”
-
-
Marc Marquez adalah seorang
pembalap MotoGP yang karirinya sedang melejit. Dia tampan, kaya dan idaman bagi
semua perempuan. Tapi, sayangnya dia belum mendapatkan calon yang tepat untuk
mendampingi hidupnya. Mom nya yang kebelet ingin mempunyai cucu sudah
menjodohkan putra sulungnya itu dengan banyak perempuan tapi, hasilnya nihil.
“Seriously, perjodohan lagi?”
ucap Marc sembari melempar boneka basket kepada temannya, Titto.
Temannya itu hanya tertawa dan
duduk di sofa dekat Marc.
“Mangkannya lo harus cari cewek
sendiri kalau lo gamau di jodohin.”
Marc berdecak dan melirik jam
yang melingkar di lengannya.
“Emang lo pengen cari cewek yang
kayak gimana sih?” tanya Titto.
Marc mengangkat bahunya.
“Walaupun lo itu ganteng dan
rajanya MotoGP tapi, gua saranin untuk enggak jual mahal sama cewek. Karena
cewek mana sih yang mau sama cowok yang jual mahal,” ucap Titto mencoba
menasihati temannya.
Marc beranjak dari duduknya dan
menatap Titto. “Gua enggak jual mahal, Titto. Gua cuman belum nemu cewek yang
tepat aja. Lagian, gua pengen ngerasain gimana rasanya suka duluan. Karena
cewek yang suka duluan ke gua itu udah meanstream,” kekehnya.
Titto memukul Marc dengan bantal
sofanya. “Itu namanya jual mahal.”
“Hahaha… don’t stress about girls
Titto, mending sekarang lo ikut gua.”
“Kemana?”
“Ngurusuin acara ulang tahun gua.
Lagian yang ulang tahun kan gua, bukan Mom gua.”
“Okey deh bro, sekalian
refresingin mata gua buat liat cewek-cewek cantik disana.”
Marc tertawa, “terserah lo deh.”
-
-
Sasha sudah menginjakkan kakinya
di Spanyol lebih tepatnya di Barcelona. Dia pergi kesini bersama managernya dan
tentunya sahabatnya, Cara. Sebenarnya Sasha mengajak Sam untuk pergi bersamanya
tetapi, ada pertandingan basket di kampusnya yang tidak bisa Sam tinggalkan.
“So, what we are doing here?”
tanya Cara yang selesai mengganti kaosnya.
“Kita akan beli pernak-pernik ke
La Rambla, kemudian ke hotel La Froz untuk memesan tempat disana,” ujarnya.
Kemudian mengucir satu rambut blonde nya. “Gua seneng banget bisa pergi ke
Negeri ini tapi, sayangnya Sam enggak bisa ikut bareng kita.”
“Tapi, dia bakal ke acara ulang
tahun lo kan?”
“Iyalah, dia lagi ada pertandingan
basket di kampusnya setelah itu dia bakal nyusul kesini. Oh My God, my life is
so complete.”
Cara tersenyum mendengar ocehan
sahabatanya tersebut, sebagai sahabat dia ikut senang.
Di La Rambla mereka membeli ini
itu yang sekiranya lucu dan tidak bisa mereka temukan di Los Angles. Dan tentu
saja mereka di kejutkan oleh penggemar Sasha yang meminta foto bareng
dengannya. Sasha dengan manis nya melayani foto bareng dengan fansnya.
“Hallo my name is Titto Rabbat.”
Sasha menjabat lengan Titto. “Hi Titto.”
“Aku pernah menontonmu di serial
Pretty Little Liars dan aktingmu itu bener-bener keren!”
“Waah terimakasih ya Titto,” ucap
Sasha manis.
Cara yang berdiri di samping
Sasha tertawa pelan. “Here you are, di deketin sama cowok Spanyol, cieee…”
ucapnya berbisik.
“He is only my fans,” jawab Sasha
dengan berbisik kembali.
Setelah Sasha berfoto bareng
dengan Titto, mereka melanjutkan perjalanan mereka ke Hotel La Froz untuk
memesan tempat yang akan digunakan di hari ulangtahunnya.
“Kayaknya kita salah deh,
harusnya kita kesini dulu lalu ke La Rambla,” ucap Cara yang menenteng banyak
sekali barang belanjaan miliknya.
“No, gua enggak pernah salah
memutuskan.”
Cara tertawa. “Ya kalau misalnya
kita kesini duluan lo enggak bakal ketemu sama fans lo yang bernama Titto itu
kan?”
Sasha melirik ke arah Cara,
“what’s wrong with you? I told you, he is only my fans.”
Lagi-lagi Cara tertawa.
“Lagian gua udah punya Sam kan,
Cara.”
-
-
“Stop saying that, Titto!
Sepanjang jalan lo ngomongin artis itu, gua bosen.” Ucap Marc dengan matanya yang
berkonstrasi pada jalan.
Seperti yang dikatakan oleh Marc,
Titto mengoceh tentang idolanya yang dia temui di La Rambla di tambah dia
memperlihatkan fotonya kepada Marc yang sedang menyetir.
“Lo rugi Marc enggak ikut gua ke
kerumunan di La Rambla.”
Marc mengangkat halisnya.
“Ruginya?”
“Yaa walaupun lo gatau dan belum
pernah nonton filmnya Sasha Pieterse tapi, lo bakal suka sama artis Amerika
ini. Dia itu masih muda dan sangat berbakat! Bayangin, dia kelahiran tahun 96
bro! Dan dia lebih cantik dari yang gua liat di TV! Dengan pake kaos, jaket dan
skinny jeans dia keliatan sexy banget. Lo bener-bener rugi gak ikut bareng gua
tadi.”
Marc hanya mengangguk-ngangguk
mendengarkan cerocosan Titto. Lagian, cewek cantik dan sexy sudah tidak asing
di matanya.
“Thank’s bro udah ngajak gua hari
ini,” ujar Titto sembari keluar dari mobil Marc.
“Yoa bro sama-sama.”
Kemudia dia menjalankan mobilnya
kembali ke kediamannya.
-
-
“Gua harus ketemu sama orang ini
dan ngebujuk orang ini supaya cancel in bookingannya,” ucap Sasha geram. Sasha
menyerangkan semua barang belanjaannya kepada Cara dan memencet tombol panggil
pada nomer yang telah diberikan resepsionis hotel La Froz.
“Seharusnya kita ajak Nani kesini
supaya gua enggak usah berat-berat bawa barang belanjaan kita,” rengek Cara.
“Duh sorry banget ya Cara tapi,
entar malem gua janji deh bakal bayarin lo makan. Sekarang gua mau ngurusin
orang sialan yang udah rebut tempat gua.” Sasha memberikan isyarat kepada taxi
yang melaju agar berhenti di dekatnya.
“Shit! Enggak di angkat-angkat
lagi!”
“Disini kan banyak tempat asyik
bukan hotel itu aja Sasha,” Cara mencoba menenangkan temannya yang kesal tapi,
seperti biasa hasilnya nihil. Sahabatnya itu sangatlah egois, tak peduli dengan
kondisi orang lain. Jika dia menginginkan A maka dia harus mendapatkannya.
“Pokoknya gua mau tanggal 17
februari nanti gua yang pakai tempat ini, gua gamau acaranya di undur pokoknya
harus hari H itu juga. Titik.”
Cara memutar bola matanya dan
memasukan belanjaannya ke taxi.
“Serius lo bakal ngadepin orang
ini sendirian? Ini Negara orang lain lho..”
“Gua serius, Cara.”
-
-
Marc memarkirkan mobilnya di
garasi rumahnya dan mengambil ponsel yang dia simpan di dasbor mobilnya. Dia
tau kalau nada I’m Yours dari Jason Miraz beberapa kali terdengar. Tapi, dia
malas untuk mengangkat teleponnya, lelaki itu malah menyanyikan lagu nada
deringnya.
“Nomer tak dikenal,” gumamnya
melihat layar ponselnya. Dengan tiba-tiba saja nomer tak dikenal itu memanggil
kembali.
“Tak patah semangat nih orang,”
ucap Marc sembari memencet tombol terima dan menempelkannya di telinga.
“Si, saya dengan Marc Marquez
Alenta. Ini dengan siapa?”
bersambung.....