Minggu, 14 September 2014

Menikah di Usia Muda?



Bayangkan oleh kalian. Ada seorang lelaki ditempat tidur kalian terus, tangannya dengan leluasa meluk kalian. Jangan takut dulu, itu adalah suami kalian. Tapi, bayangin deh kalau kalian masih pengantin baru. Pasti bakalan aneh dong… Rumah yang biasa ada orangtua adik atau kakak, sekarang malah tinggal beruda. Kamu dan suami kamu. Cieee gaya suami. Tapi, hello…. Kalau 18tahun sudah punya suami atau sudah berumah tangga… hmm… kayaknya aku belum siap deh untuk nikah di umur yang sekarang. Haha yaeyalah -_- kuliah tuh pikirin wkwk.

Sebelumnya maaf ya untuk postingan kali ini kalau ada yang tersinggung atau apa. Saya hanya menulis apa yang ingin saya tulis, apa yang mengganjal dalam pikiran saya dan yaaa…. Pemikiran saya yang (kadang-kadang) tidak satu persepsi dengan teman saya. Yaaa… taulah saya itu penganut #foreveryoung hahaa -_- apadeh.. tapi, maksud dari anutan itu adalah kita itu harus selamanya muda walaupun sudah berumur, hatinya itu masih muda gitu, kayak iklan Hilo contohnya.

Well, saya sekarang sudah menjadi mahasiswi dan masuk asrama cewek, yaaa taulah obrolan cewek itu seputar apa. Cowok, iyesh. Cowok (lagi) muhun. Cowok (lagi lagi) of course! Dan yang paling serem itu kalau cowoknya udah ngajak nikah dan ada juga yang pengen nikah. Hello……. *bukannya munafik atau songong yaa* kita itu masih muda sodara-sodara!! Kita itu masih infinite, tak terbatas, masih bisa travel ke sana-sini. Masih bisa ngelakuin sesutau yang lebih bermanfaat, masih bisa melakukan sesuatu yang bersifat positif yang belum pernah kita lakuin, bukannya ngurusin rumah tangga.

Okeylah kita *emnangnya udah harus ya? Kalau aku sih masih pengen main-main, dulu. ._.*harus udah mikirin masa depan termasuk jodoh. Tapi, bukannya jodoh itu ada di tangan Tuhan ya? Dan sebagai umat kita harus meminta dan berusaha, begitu kan? Bukannya memilih cepat-cepat tanpa pemikiran yang matang. Ingat loh, orang yang akan kita nikahi itu akan menjadi teman hidup kita sampai kita tua.think again ;) 

Mendingan yaa selagi masih muda kita explore yourself, pastilah masih banyak potensi-potensi diri kita yang kita enggak tau. Nih yaa… yang namanya jodoh itu enggak akan kemana kok, percaya deh dan juga Allah itu akan mempertemukan kita di waktu yang tepat kok :)

Dan akhir dari postingan kali ini, saya ingin meminta maaf (sekali lagi) kalau ada yang tersinggung dengan postingan saya *saya yakin pasti ada*, jangan dulu membenci ataupun apa, saya itu punya pemikiran, Anda semua juga punya pemikiran jadi, ini adalah pemikiran saya dan saya tulis dalam blog saya.


Salam #foreveryoung \m/

Senin, 01 September 2014

Damsel in Distress #3 (fanfiction)


Starring:
Marc Marquez as himself
Cara Delevingne as Allen Cassandria
Barbara Palvin as Amanda Garcia
Logan Lerman as himself
Lana Del Rey as Lana Garcia
Andrew Airlie as Fred Cassandria
Jennifer Connely as Sarah Cassandria

Haii :) maaf yaa kalau FF ini munculnya telat banget. Maklum akhir-akhir ini aku sibuk *mahasiswa baru lho hihiii ._.* dan juga aku masuk asrama yang 1 kamar itu berdua, belum lagi kegiatan ukm asramanya, belum lagi...... ospek dan osjurnya. hehee sorry ya kalau banyak cingcong dan... selamat membaca :D hope you like it :)
 


#Part3
 
Dia tak menyangka bahwa orang special yang diucapkan oleh pembalap favoritenya adalah Allen Cassandria, teman baiknya. Mereka berteman sejak kelas 7. Mereka sangat akrab, bukan mereka saja yang akrab tapi, kedua orang tua mereka pun sangat akrab. Sarah –Momnya Allen selalu mengajarkan cara membuat kue kepada Ibu nya Amanda yang sudah single parent tersebut. Ya, Ayah nya Amanda telah meninggal saat dirinya kelas 7.

Keluarga Cassandria dan Garcia selalu menghabiskan liburan bersama. Ke pantai atau pun sekedar menginap di rumah danau yang sekarang diwariskan kepada Allen. Tapi, semua kedekatan itu berubah ketika Allen dan Amanda menginjak bangku SMA.

Saat itu Allen mulai menjauh dan bergaul dengan orang-orang seperti dirinya. Orangtua kaya raya, mempunyai wajah cantik dan bisa mendapatkan apapun yang ia inginkan. Penampilan Allen juga berubah, dandannya seperti orang yang akan berjalan di catwalk. Dia juga menjadi queen bee disekolahnya. Ketika berangkat sekolah Allen juga enggan untuk pergi bersama dengan Amanda menggunakan bus jemputan pedahal, mereka telah melakukan itu selama mereka kelas 7. 

Fred –Dadnya Allen sampai lelah dengan sifat Allen yang berubah drastis. Anak semata wayangnya itu menjadi manja dan kurang sopan kepada dirinya. Fred juga meminta bantuan kepada Amanda untuk membujuk Allen agar dia tidak suka hura-hura bahkan pulang malam. Bahaya kalau pewaris dari perusahan Cassandria seperti itu, bisa-bisa perusahan mobil itu tidak bisa bersaing dengan perusahan mobil yang lain.

“Kau bilang kau teman baiknya Allen kan?” tanya Marc membuyarkan lamunan Amanda.

Amanda melihat ke arah Marc dan mengangguk. “Memangnya kenapa?”

“Pastinya kau sudah mengenal Allen lebih dari aku mengenalnya.”

“Iya, lalu?”

Marc berdehem dan melihat deretan novel yang dipajang di rak. “Bisakah kau menolongku untuk mencari novel yang pas untuk Allen?”

Amanda tersenyum. “Okey, dengan senang hati. Oh iya, dia tidak suka dengan novel bergenre scie-fic. Ayo lewat sini,” ujarnya sembari mengedikan bahu.

Marc mengangkat halisnya. Apakah benar pacarnya itu senang membaca?

“Well, apakah Allen senang membaca?”

Amanda berhenti di rak yang memajang novel bergenre romantic dan teenlit, kemudian gadis itu menarik novel bersampul biru langit.

“Dia sangat senang membaca, bahkan di dalam kamarnya banyak sekali koleksi novel.”

Marc kira dirinya sangat mengenali Allen tapi, nyatanya tidak. Pria itu baru tau kalau Allen senang membaca novel.

“Tapi, semenjak Allen bergaul dengan anak-anak popular di sekolah, dia jadi tidak pernah menyentuh atau pun membaca novel.” Allen menyodorkan novel yang berjudul My Ridiculous Romantic Obesession karya Becca white pada Marc.  

Marc mengambilnya dan mengangkat halisnya.

“Baca dulu sinopsisnya, aku yakin Allen pasti suka,” ujarnya sembari tersenyum.

                                                                        *****
Allen menyuruput jus nya dan mendengarkan arahan dari fotografernya. Allen hanya mengangguk menjawab arahan sang fotografer, jujur saja dia sedang enggan tersenyum. Tapi, dia harus professional, dia tidak boleh membawa masalahnya kedalam pekerjaan.

Masih ingat dengan kata-kata yang fans Marc lontarkan di media social. Mereka berkata bahwa Allen tidak pantas menjadi pacar Marc, mereka juga berkata bahwa Allen adalah pengaruh buruk untuk Marc, karena Allen idola mereka jadi suka minum-minum. Pedahl pergi ke club malam dan minum-minum adalah kemauan Marc sendiri. Okey Allen suka minum-minum tapi, ia tidak pernah mengajak pacarnya itu untuk mencoba meminum minuman beralkohol.

Fans Marc juga menjelek-jelekan Allen dengan menyebut dirinya sebagai model yang tidak punya sopan santut, sombong dan seorang whore. Well, memang dirinya seperti itu. Wanita itu tidak suka berpura-pura. Dia seperti ini dan biarkan apa adanya. 

Jadi, biarlah mereka berkata apa tentang Allen. Toh, mereka tidak tau siapa Allen Cassandria sebenarnya, dia tidak peduli. Tapi, dia sangat peduli dan marah dengan fansnya Marc yang menolak hubungan mereka. Siapa mereka berani-beraninya menolak hubungannya dengan Marc? 

“Okey?” tanya fotografer tiba-tiba.

“Ya,” ujar Allen cepat. 

“Let’s do it, Allen,” ujar fotografer.

Allen bangkit dari duduknya dan menyerahkan jus nya kepada Maya yang duduk disebelah kursinya. Sejujrunya ia tak mendengarkan arahan dari fotografernya, dia juga tidak peduli dengan semua arahan itu. Dan seperti yang fotografer itu katakana, do it, ya lets do it.

                                                                        *****
Beberapa kali Amanda berdecak kagum dengan kehidupan Allen sekarang. Seperti yang Marc ceritakan, teman baiknya itu sudah mempunyai apartemen sendiri bahkan mempunyai tas branded dengan namanya. Di umurnya yang ke-21 dia masih belum bisa seperti Allen yang mandiri, semua itu membuat Amanda iri. Yang paling membuat Amanda iri adalah dia berpacaran dengan idolnya! Marc Marquez. 

Memang Amanda tau kalau idolanya itu sudah memiliki pacar. Teman satu kampusnya yang sama-sama mengidolakan Marc menyodorkan berita tentang Marc sudah memiliki pacar tapi, Amanda menolak. Sebagai fangirl dan mendengar bahwa idolanya sudah mempunyai pacar itu rasanya… ya bisa dibilang sakit.

Tapi, Amanda tidak tau kalau pacarnya Marc itu adalah Allen, teman baiknya. Wow, teman baiknya itu memang beruntung.

Brung..

Suara mesin di matikan. Amanda keluar dari kamarnya dan menemui pria pemilik rumah yang luas ini. Dia memandangi pria paruh baya itu dan tersenyum masam. Allen selalu memanggil pria itu dengan sebutan Daddy dan sekarang.. dia juga memanggilnya dengan sebutan itu.

“Iya, nanti kita bicarakan lagi,” ujar pria itu menutup pintu rumah dan berbalik ke belakang.

“Hay Amanda, bagaimana harimu?” ujarnya dan memeluk Amanda.

Amanda menarik pelukannya, “baik Dad.” Amanda tercekat saat dirinya mengatakan Dad kepada pria dihadapannya. Rasanya aneh saja jika kau biasa memanggil dengan sebutan Om dan sekarang malah menyebutnya dengan sebutan Dad, yaa walaupun itu sudah 3 tahun lamanya.

“Eum… apakah besok kau sibuk?” tanya Amanda.

Fred mengkerutkan keningnya. “Tidak, memang ada apa?”

“Kau tau kan besok hari apa?” tanya Amanda hati-hati.

“Hari Minggu, memang kenapa?”

Amanda menghela napas. Dia sudah menduga kalau Dad-nya ini tidak mengingat hari ulangtahun anaknya, anak kandungnya.

“Besok hari ulang tahun Allen, Dad.” Ujar Amanda akhirnya.

Fred duduk di sofa ruang tamu dan melonggarkan dasinya. “Ulangtahun Allen?” tanya Fred.
Amanda mengangguk dan duduk di sebelah Fred. “Jangan bilang kau lupa besok hari ulangtahun Allen, dad.”

Fred tertawa, dia memang lupa ulangtahun anaknya tersebut. “Terimakasih sudah mengingatkan Amanda. Jadi, kita akan membuat kejutan apa untuk Allen?”

Amanda mengangat bahunya dan tiba-tiba menepuk tangannya. “Bagaimana kalau kita buat pesta kecil-kecilan untuk Allen di rumah ini?”

“Aku tak yakin dia mau datang ke rumah ini lagi Amanda.”

Amanda menghela napas. Ah iya benar apa yang dikatakan Fred. Semenjak Amanda dan Lana menjadi bagian keluarga Cassandria, Allen tidak mau lagi menginjakan kaki di rumah yang luas ini. 

Sarah dan Fred telah bercerai dan menurut Allen, Lana lah yang membuat orangtuanya itu bercerai. Mungkin itulah alasan mengapa Allen sangat membenci Amanda dan Lana. Tapi, bisakah itu tak berlarut-larut? Amanda berdoa kepada Tuhan agar teman baiknya sekaligus sepupu tirinya itu mau lagi berkumpul bersama keluarga Cassandria. 

                                                                        *****
Hari sudah gelap, Allen menelepon Marc agar pacarnya itu menjemput dirinya di tempat pemotretan. Tapi, panggilan darinya itu tidak di angkat-angkat.

“Angkat teleponnya Marquez!” ujarnya kesal.

Wanita itu mondar-mandir di halte bus sembari mengucapkan sumpah serapah kepada pacarnya.

“Kau ini sedang apa sih?!” Allen mematikan ponselnya dan memasukannya ke tas.

“Waw, aku tak menyangka bisa bertemu denganmu disini Allen Cassandria,” ujar seseorang mengagetkan Allen.

Allen mengangkat halisnya dan melipat lengannya di dada. Cukup kaget saat mengetahui orang yang berbicara kepada dirinya. 

“Lana,” gumam Allen.

Wanita yang bernama Lana itu tertawa kecil dan melihat Allen dari atas sampai ke bawah. “Ya itu namaku Allen, Lana Cassandria.”

“Kau tidak pantas menyandang nama Cassandria dibelakang namamu, wanita jalang!”

“Waw, apakah itu yang di ajarkan Sarah kepamu? Berkata kasar kepada Ibumu?” 

“Kau bukan Ibuku!”

“Ya, memang aku bukan Ibumu tapi aku adalah nyonya Cassandria sekarang.”

Allen tertawa sumbang, “yayayaa terserah apa katamu, aku tidak peduli dengan apa yang kau katakana atau pun yang kau lakukan sekarang.”

Lana mengangkat bahunya dan melangkah maju sehingga kini dia bisa melihat wajah Allen dengan jelas.

“Tidak peduli dengan apa yang aku lakukan, huh? Bagaimana kalau aku menghancurkan hidup Ibu mu sekali lagi? Apakah kau tidak akan peduli?”

Allen geleng-geleng kepala. “Sudah cukup kau menghancurkan keluargaku, Lana! Apakah kau tidak puas dengan apa yang kau lakukan sebelumnya, huh?” Allen menghela napas, mengatur emosinya serta air mata yang akan keluar dari matanya. 

                                                                        *****
Hujan mengguyur kota Barcelona dikala Marc sedang membaca resensi novel My Ridiculous Romantic Obesession karya Becca White melalui leptopnya. Marc ragu apakah Allen akan menyukai novel yang menceritakan tentang gadis culun yang menyukai seorang Adonis? Karena, cerita itu sangat tidak menggambarkan dirinya kecuali.. ada sisi lain didiri Allen yang tidak di ketahui oleh Marc.

Marc melirik ponselnya yang berada di pinggir leptop. 7 panggilan tak terjawab dan 3 pesan masuk. Pasti dari Allen, pikirnya. Dia sengaja tidak menggubris panggilan dari Allen, lelaki itu ingin membuat kejutan untuk ulangtahun pacarnya.

                                                                        *****
Allen meringkuk ditempat tidurnya. Wanita itu menangis dalam sepi. Segala kekesalan, ketakutan serta perih yang ia pendam selama bertahun-tahun ia keluarkan lewat tangisan. Dia butuh Marc untuk menghiburnya dan sialnya lelaki itu malah tidak menjawab panggilan darinya.

Screw you!” teriaknya dibarengi dengan suara petir.

Allen menutup wajah dengan kedua lengannya, dia menangis menjadi-jadi. Pertemuannya dengan Lana barusan membawa Allen kepada kejadian yang tidak ingin dia ingat kembali. Kejadian yang menyebabkan orangtua Allen bercerai.

Saat itu dia membutuhkan tandatangan Dad nya untuk mengikuti lomba modeling walaupun harapan untuk disetujui sangat tipis. Dia mencari kesegala ruangan dan dia tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Dadnya. Kemudian saat Allen keluar dari rumahnya, dia melihat Dad nya itu masuk ke rumah keluarga Garcia lewat pintu belakang. Pertanyaan pun muncul dibenak Allen, kenapa harus masuk lewat pintu belakang?

Allen diam-diam mengikuti Dad nya dan mengintip di jendela pintu. Matanya terbelalak saat melihat pemandangan menjijikan itu. Dad nya berciuman dengan Lana, Mom nya Amanda! Lalu, wanita itu membisikan sesuatu kepada Dad nya dan membawanya ke lantai atas.

“Arggght!!!” teriak Allen sekali lagi. Dia mengacak-ngacak rambutnya dan menangis sesenggukan. 

“Tolong, hentikan! Aku tidak mau melihat kejadian itu lagi,” pintanya kepada diri sendiri. Allen butuh sesuatu untuk menenangkan dirinya, butuh seseorang untuk mendengarkan keluh kesahnya.

Wanita itu pun beranjak dari kasur dan membuka laci. Dia mengambil sebuah catatan berwarna biru.
Allen duduk ditempat tidurnya dan mulai menulis apa yang ia rasakan. Dia sedang menulis Diary. Kebiasan Allen yang sudah lama tidak ia lakukan. Kebiasan yang selalu ia lakukan jika tidak ada orang yang mendengar keluh kesahnya.

bersambung.....


saran dan kritik? hihii..
via twitter : @sindehpujiyanti
via bbm : 7dbf65c1
via email: sindi.primi@yahoo.co.id