Hope you like it, guys :)
#PELURU7
Besok jam 2. Bartolomeu Dias. Aku akan memberitaumu tentang Valentino Rossi.
Marc geleng-geleng kepala tidak mengerti maksud dari surat
tersebut. memberitau tentang Valentino Rossi? Kenapa? Dan…siapa orang yang
mengirim surat tersebut?
Jorge menghela napas dan mengambil surat tersebut. ia
pandangi lekat-lekat tulisan tersebut, siapa tau ada petunjuk yang terselip
dalam tulisan itu.
“Menurut kalian, ini hanya sebuah surat kaleng atau
benar-benar surat?”
“Jika itu benar-benar surat, untuk apa si pengirim memberitau
kita tentang Vale, apakah si pengirim ada di pihak kita? Dan sebenarnya siapa
si pengirim itu?” tanya Marc bertubi-tubi.
Dani menghela napas. “Sebaiknya kita berikan ini kepada
Dorna.”
Marc mengangguk. “Ya, pastinya. Besar kecilnya kita
mendapatkan informasi, kita harus memberitau kepada atasan.”
“Besok jam 2, Bartolomeu Dias. Maksudnya apa?” gumam Jorge.
Marc menyenderkan punggungnya dan memejamkan matanya. Rasanya
lelah jika dia harus di hadapkan pada situasi seperti ini, lagi. Lelaki itu
menggelengkan kepalanya cepat. Aku tidak boleh mengeluh, gumamnya dalam hati.
“Maksudnya, kau disuruh datang besok jam 2 di La Rambla. Kau
tau kan disana ada patung Bartolomeu Dias. Sepertinya si pengirim menyuruh
kita untuk bertemu dengannya disana.”
“Face to face?” tanya Dani.
Marc mengangkat bahunya.
***
Setelah dia membeli bibit bunga matahari yang nyatanya bibit
itu tidak diskon, Karen cepat-cepat pulang ke rumah dan ingin menanyakan
sesuatu pada Andre.
“I need to talk you,” ujar Karen pada Andrea yang baru saja
keluar dari kamar mandi.
Andrea mengangkat halisnya.
“Kau baru saja dari kapsul itu? Apakah ada Vale? Aku ingin
menanyakan sesuatu padanya.”
“Kau ini kenapa sih?” Andrea memegang pergelangan Karen dan
membawanya ke ruang keluarga.
“Kau membohongiku!” teriak Karen.
“Apa? Membohongimu?”
Karen berdecak. “Kau tau kan toko bibit bunga itu tidak
sedang diskon.”
Andrea mengangkat halisnya.
Karen memutar bola matanya dan menghempaskan tubuhnya pada
sofa berwarna putih.
“Dan juga, disana ada Dani. Kau tau kan dia agen Spanyol.
Sepertinya mereka sedang memeriksa rumah kerja Vale disana, memangnya ada apa?”
tanya Karen dengan lembut, siapa tau Andrea akan menjawab pertanyaannya itu.
Lelaki itu tersenyum dan mengacak-ngacak rambut adik tirinya. "Sebaiknya kau pergi ke salon atau berbelanja ke mall. Tabunganmu sudah diisi oleh Vale lho," ucap Andrea berlalu.
Amanda mendengus. “Hey! Aku tidak butuh uang, aku hanya butuh jawaban dari pertanyaanku itu! ” teriak Karen.
Tapi percuma saja, Andrea tidak memberikan jawaban.
***
Marc menyesap kopinya yang ia beli di kantin kantornya.
Sebenarnya sekarang sedang di adakan rapat yang membahas tentang pesan kaleng
yang mereka terima saat di Jl. LookGuilty. Disaat genting seperti itu Marc
malah berbohong izin kepada atasan dan rekan-rekannya untuk pergi ke kamar
kecil sebentar. Tapi, nyatanya? Dia ada di kantin sedang membaca pesan yang
Amanda kirim sore tadi.
Baiklah, jam 8 di
stopan. Aku akan berada disana menunggumu. Tapi, jika kau membatalkan janjimu
untuk yang ke tiga kalinya… aku tidak mau bertemu denganmu lagi, Marc. Maaf
saja, aku tidak suka dengan lelaki yang selalu membatalkan janjinya. Aku harap
kau mengerti itu :)
-Amanda
Marc menghela napas dan memasukan ponselnya ke saku celana PDH
yang berwarna biru dongker. Dia bingung, apakah dia harus meninggalkan rapat
yang mendadak ini dan pergi menemui Amanda atau… sebaliknya? Tapi, dia tidak
ingin membatalkan janjinya lagi dengan Amanda. Ditambah dia menaruh hati kepada wanita blonde itu.
Akhirnya lelaki itu memutuskan pilihannya. Walaupun dia akan
mendapatkan sanksi dari keputusannya.
***
Jorge melihat jam yang melingkar dilengan kirinya kemudian
mendongak melihat kursi di seberangnya yang kosong. Itu adalah tempat Marc
Marquez dan lelaki itu belum menampakan batang hidungnya.
“Kemana Marc?” bisik Jorge pada Dani yang duduk disebelahnya.
“Bukannya dia pergi ke kamar kecil, kan?”
“Tapi dia belum kembali, Dani.”
Dani mengangkat bahunya.
Jorge menghela napas. Kemana anak itu? Atau jangan-jangan ia
pergi dengan… ah ia, Marc pasti berkencan dengan gadis yang Jorge temui di
apartemen Marc.
***
Marc memacu kencang mobil Audi putih miliknya. Dia berbelok
tajam dan mengerem mendadak saat matanya melihat toko bunga. Sudah telat tidak
membawa apa-apa pula, malu kan? Maka dari itu Marc inisiatif membeli bunga
untuk Amanda.
“Yang ini saja,” ujar Marc mengambil buket bunga mawar merah.
Wanita tua pemilik toko bunga itu pun berjalan ke arah kasir
dengan jalan seperti penguin. Marc menghela napas melihat cara berjalan wanitu
tua itu yang lambat. Lelaki itu melihat jam tangannya, ini sudah jam 8.30, dia
sudah telat 30 menit.
“Kembaliannya simpan saja,” ujar Marc berlalu.
Wanita tua itu berbalik dan mendapati pelanggan yang baik nan
tampan itu sudah tidak ada. “Mungkin dia malaikat yang mampir ke toko bungaku,”
ucapnya.
Marc memarkirkan mobilnya di pinggir trotoar. Dia melihat
kesana kemari tapi tidak ada siapa-siapa. Kemana Amanda? Apakah wanita itu
pulang begitu saja karena bosan menunggu Marc? bisa jadi.
Marc mengacak-ngacak rambutnya dan duduk bangku pinggir lampu
jalan. Dia menatap mawar yang ia beli. Jadi, percuma saja dia membeli bunga
mawar kalau hari ini atau besok dia tidak akan bertemu dengan Amanda.
“Hey, mencari seseorang?” ujar suara mengagetkan Marc.
Marc bangkit dan melihat kebelakang. Ternyata Amanda datang!
Lelaki itu menghampiri Amanda dan spontan memeluk wanita tersebut.
“Kau kenapa Marc?” tanya Amanda kaget.
Marc melepaskan pelukannya dan menggeleng. “Aku hanya
khawatir kau tidak akan datang dan tidak akan bertemu denganku besok atau pun
minggu depan. Karena…” marc mengangkat bahunya, tak mengerti bagaimana
mendekskrepsikan perasaannya jika ia tidak bisa bertemu dengan Amanda.
“Entahlah, rasanya aku tidak mau jika harus tidak melihatmu. Maaf ya aku
telat.” Marc memberikan bunga mawar dan mencium pipi Amanda.
Amanda menatap Marc dan mengkerutkan keningnya.
“Eh, maaf.” Ujar Marc.
“Tidak apa-apa.” Amanda menundukan kepalanya dan pura-pura
mencium wangi mawar. Pedahal dalam pikirannya dia bertanya-tanya akan kelakuan
Marc barusan. Agen itu mencium dirinya? Apakah Marc Marquez sudah jatuh cinta
kepada dirinya?
***
Scott keluar dari kapsul dengan raut wajah marah. Pacarnya
itu tidak membalas sms-nya atau pun mengangkat panggilannya.
“Hay kak Scott,” sapa Karen yang sedang memakan pudding
cokelat.
“Hay. Kau lihat Amanda tidak?” tanya Scott menghampiri Karen.
Karen mengangkat bahunya. “Oh iya, bisakah aku meminta
penjelasan kepadamu?”
Scott mengkerutkan keningnya dan menarik kursi disebrang
Karen. “Ya, kenapa?”
“Langsung ke intinya saja. Tadi, aku lihat ada agen yang
memeriksa rumah kerja Vale. Memangnya ada apa? Bukannya Vale sudah bebas sudah bersih dari segala tuntutan?”
Scott menghela napas. “Anak kecil seperti mu tak usah ikut
campur atau pun tau tentang semua ini.”
“Memangnya kenapa?”
Scott mendengus kesal. Anak ini selalu saja bertanya terus menerus
jika dia tidak mendapatkan jawaban yang pasti.
“Memangnya kenapa? Aku kan sudah besar dan juga… aku kan anak
Vale.”
“Kau ingin tau sekali kenapa agen itu memeriksa rumah kerja
Vale yang dulu?”
Karen mengangguk cepat.
Scott nyengir melihat reaksi Karen yang sangat penasaran.
“Kalau begitu, kau cari dulu Amanda dan ajak dia pulang. Kalau kau sudah
mengerjakan perintahku itu, akan ku jawab semua pertanyaan mu itu.”
Karen menyenderkan punggungnya. “Langit sudah gelap juga mau
hujan.”
Scott berajak dari duduknya. “Yasudah kalau tidak mau juga
tak apa-apa,” ucapnya berlalu.
Karen mendengus dan memakan kembali pudding cokelatnya. Gadis
itu tau kalau Scott hanya memanfaatkannya saja dan pada akhirnya tidak akan
menjawab pertanyaannya, walaupun kalau dijawab pasti jawabannya itu
asal-asalan. Selalu seperti itu.
Gadis itu merasa kesepian dirumah yang luas ini. Dan entah
mengapa dirinya merasa ingin bertemu dengan Dani. Lelaki itu sangat baik dan
rasanya nyaman saja jika ia berada didekat Dani.
Karen senyum-senyum sendiri membayangkan awal pertemuannya
dengan agen Spanyol itu. Ah, cupid kau sudah menembakan salah satu panahmu itu
padaku.
bersambung....
Meski nunggu lama ttep seru. Kpan nih suasananya memanas?
BalasHapusalhamdulillah, terimakasih :) di part selanjutnya yaa :)
Hapuskok pendek sih, *cerewet* oh ya, Lorenzo nggak punya pasangan sendiri ya :D ditunggu nextnya
BalasHapushah, iya? aa maaf pendek :( ntar part selanjutnya gak akan pendek kok hihiii.. Lorenzo gamau kalau pacarnya itu disalah gunakan oleh penjahat di luar sana haha :D thanks yaa udah baca :)
HapusHalo, saya Edwin. Langsung saja. Saya ingin menanyakan beberapa hal pada anda. Tolong, saya ingin tahu email atau nomor hp atau pin bbmu. Atau anda bisa membalas ke email saya. Edwinfnurin@gmail.com terima kasih sebelumnya.
BalasHapus