Jumat, 01 Agustus 2014

Three Spaniard #7 (fanfiction)




Hope you like it, guys :)


#PELURU7

Ketiga agen itu kini berada di apatemen Marc. Mereka dipusingkan oleh surat kaleng yang dilemparkan seseorang ke mobil Dani.


Besok jam 2. Bartolomeu Dias. Aku akan memberitaumu tentang Valentino Rossi.

Marc geleng-geleng kepala tidak mengerti maksud dari surat tersebut. memberitau tentang Valentino Rossi? Kenapa? Dan…siapa orang yang mengirim surat tersebut?

Jorge menghela napas dan mengambil surat tersebut. ia pandangi lekat-lekat tulisan tersebut, siapa tau ada petunjuk yang terselip dalam tulisan itu.

“Menurut kalian, ini hanya sebuah surat kaleng atau benar-benar surat?”

“Jika itu benar-benar surat, untuk apa si pengirim memberitau kita tentang Vale, apakah si pengirim ada di pihak kita? Dan sebenarnya siapa si pengirim itu?” tanya Marc bertubi-tubi.

Dani menghela napas. “Sebaiknya kita berikan ini kepada Dorna.”

Marc mengangguk. “Ya, pastinya. Besar kecilnya kita mendapatkan informasi, kita harus memberitau kepada atasan.”

“Besok jam 2, Bartolomeu Dias. Maksudnya apa?” gumam Jorge.

Marc menyenderkan punggungnya dan memejamkan matanya. Rasanya lelah jika dia harus di hadapkan pada situasi seperti ini, lagi. Lelaki itu menggelengkan kepalanya cepat. Aku tidak boleh mengeluh, gumamnya dalam hati.

“Maksudnya, kau disuruh datang besok jam 2 di La Rambla. Kau tau kan disana ada patung Bartolomeu Dias. Sepertinya si pengirim menyuruh kita untuk bertemu dengannya disana.”

“Face to face?” tanya Dani.

Marc mengangkat bahunya.

                                                                        ***
Setelah dia membeli bibit bunga matahari yang nyatanya bibit itu tidak diskon, Karen cepat-cepat pulang ke rumah dan ingin menanyakan sesuatu pada Andre.

I need to talk you,” ujar Karen pada Andrea yang baru saja keluar dari kamar mandi. 

Andrea mengangkat halisnya.

“Kau baru saja dari kapsul itu? Apakah ada Vale? Aku ingin menanyakan sesuatu padanya.”

“Kau ini kenapa sih?” Andrea memegang pergelangan Karen dan membawanya ke ruang keluarga.

“Kau membohongiku!” teriak Karen.

“Apa? Membohongimu?”

Karen berdecak. “Kau tau kan toko bibit bunga itu tidak sedang diskon.”
 
Andrea mengangkat halisnya.

Karen memutar bola matanya dan menghempaskan tubuhnya pada sofa berwarna putih.

“Dan juga, disana ada Dani. Kau tau kan dia agen Spanyol. Sepertinya mereka sedang memeriksa rumah kerja Vale disana, memangnya ada apa?” tanya Karen dengan lembut, siapa tau Andrea akan menjawab pertanyaannya itu.

Lelaki itu tersenyum dan mengacak-ngacak rambut adik tirinya. "Sebaiknya kau pergi ke salon atau berbelanja ke mall. Tabunganmu sudah diisi oleh Vale lho," ucap Andrea berlalu.

Amanda mendengus. “Hey! Aku tidak butuh uang, aku hanya butuh jawaban dari pertanyaanku itu! ” teriak Karen. Tapi percuma saja, Andrea tidak memberikan jawaban.

                                                                        ***
Marc menyesap kopinya yang ia beli di kantin kantornya. Sebenarnya sekarang sedang di adakan rapat yang membahas tentang pesan kaleng yang mereka terima saat di Jl. LookGuilty. Disaat genting seperti itu Marc malah berbohong izin kepada atasan dan rekan-rekannya untuk pergi ke kamar kecil sebentar. Tapi, nyatanya? Dia ada di kantin sedang membaca pesan yang Amanda kirim sore tadi.

Baiklah, jam 8 di stopan. Aku akan berada disana menunggumu. Tapi, jika kau membatalkan janjimu untuk yang ke tiga kalinya… aku tidak mau bertemu denganmu lagi, Marc. Maaf saja, aku tidak suka dengan lelaki yang selalu membatalkan janjinya. Aku harap kau mengerti itu :)
-Amanda

Marc menghela napas dan memasukan ponselnya ke saku celana PDH yang berwarna biru dongker. Dia bingung, apakah dia harus meninggalkan rapat yang mendadak ini dan pergi menemui Amanda atau… sebaliknya? Tapi, dia tidak ingin membatalkan janjinya lagi dengan Amanda. Ditambah dia menaruh hati kepada wanita blonde itu.

Akhirnya lelaki itu memutuskan pilihannya. Walaupun dia akan mendapatkan sanksi dari keputusannya.

                                                                        ***
Jorge melihat jam yang melingkar dilengan kirinya kemudian mendongak melihat kursi di seberangnya yang kosong. Itu adalah tempat Marc Marquez dan lelaki itu belum menampakan batang hidungnya. 

“Kemana Marc?” bisik Jorge pada Dani yang duduk disebelahnya.

“Bukannya dia pergi ke kamar kecil, kan?”

“Tapi dia belum kembali, Dani.”

Dani mengangkat bahunya.

Jorge menghela napas. Kemana anak itu? Atau jangan-jangan ia pergi dengan… ah ia, Marc pasti berkencan dengan gadis yang Jorge temui di apartemen Marc.

                                                                        ***
Marc memacu kencang mobil Audi putih miliknya. Dia berbelok tajam dan mengerem mendadak saat matanya melihat toko bunga. Sudah telat tidak membawa apa-apa pula, malu kan? Maka dari itu Marc inisiatif membeli bunga untuk Amanda.

“Yang ini saja,” ujar Marc mengambil buket bunga mawar merah.

Wanita tua pemilik toko bunga itu pun berjalan ke arah kasir dengan jalan seperti penguin. Marc menghela napas melihat cara berjalan wanitu tua itu yang lambat. Lelaki itu melihat jam tangannya, ini sudah jam 8.30, dia sudah telat 30 menit.

“Kembaliannya simpan saja,” ujar Marc berlalu.

Wanita tua itu berbalik dan mendapati pelanggan yang baik nan tampan itu sudah tidak ada. “Mungkin dia malaikat yang mampir ke toko bungaku,” ucapnya.

Marc memarkirkan mobilnya di pinggir trotoar. Dia melihat kesana kemari tapi tidak ada siapa-siapa. Kemana Amanda? Apakah wanita itu pulang begitu saja karena bosan menunggu Marc? bisa jadi.

Marc mengacak-ngacak rambutnya dan duduk bangku pinggir lampu jalan. Dia menatap mawar yang ia beli. Jadi, percuma saja dia membeli bunga mawar kalau hari ini atau besok dia tidak akan bertemu dengan Amanda.

“Hey, mencari seseorang?” ujar suara mengagetkan Marc.

Marc bangkit dan melihat kebelakang. Ternyata Amanda datang! Lelaki itu menghampiri Amanda dan spontan memeluk wanita tersebut.

“Kau kenapa Marc?” tanya Amanda kaget.

Marc melepaskan pelukannya dan menggeleng. “Aku hanya khawatir kau tidak akan datang dan tidak akan bertemu denganku besok atau pun minggu depan. Karena…” marc mengangkat bahunya, tak mengerti bagaimana mendekskrepsikan perasaannya jika ia tidak bisa bertemu dengan Amanda. “Entahlah, rasanya aku tidak mau jika harus tidak melihatmu. Maaf ya aku telat.” Marc memberikan bunga mawar dan mencium pipi Amanda.

Amanda menatap Marc dan mengkerutkan keningnya.

“Eh, maaf.” Ujar Marc.

“Tidak apa-apa.” Amanda menundukan kepalanya dan pura-pura mencium wangi mawar. Pedahal dalam pikirannya dia bertanya-tanya akan kelakuan Marc barusan. Agen itu mencium dirinya? Apakah Marc Marquez sudah jatuh cinta kepada dirinya?

                                                                        ***
Scott keluar dari kapsul dengan raut wajah marah. Pacarnya itu tidak membalas sms-nya atau pun mengangkat panggilannya. 

“Hay kak Scott,” sapa Karen yang sedang memakan pudding cokelat.

“Hay. Kau lihat Amanda tidak?” tanya Scott menghampiri Karen.

Karen mengangkat bahunya. “Oh iya, bisakah aku meminta penjelasan kepadamu?”

Scott mengkerutkan keningnya dan menarik kursi disebrang Karen. “Ya, kenapa?”

“Langsung ke intinya saja. Tadi, aku lihat ada agen yang memeriksa rumah kerja Vale. Memangnya ada apa? Bukannya Vale sudah bebas sudah bersih dari segala tuntutan?”

Scott menghela napas. “Anak kecil seperti mu tak usah ikut campur atau pun tau tentang semua ini.”

“Memangnya kenapa?”

Scott mendengus kesal. Anak ini selalu saja bertanya terus menerus jika dia tidak mendapatkan jawaban yang pasti.

“Memangnya kenapa? Aku kan sudah besar dan juga… aku kan anak Vale.”

“Kau ingin tau sekali kenapa agen itu memeriksa rumah kerja Vale yang dulu?”

Karen mengangguk cepat.

Scott nyengir melihat reaksi Karen yang sangat penasaran. “Kalau begitu, kau cari dulu Amanda dan ajak dia pulang. Kalau kau sudah mengerjakan perintahku itu, akan ku jawab semua pertanyaan mu itu.”

Karen menyenderkan punggungnya. “Langit sudah gelap juga mau hujan.”

Scott berajak dari duduknya. “Yasudah kalau tidak mau juga tak apa-apa,” ucapnya berlalu.

Karen mendengus dan memakan kembali pudding cokelatnya. Gadis itu tau kalau Scott hanya memanfaatkannya saja dan pada akhirnya tidak akan menjawab pertanyaannya, walaupun kalau dijawab pasti jawabannya itu asal-asalan. Selalu seperti itu. 

Gadis itu merasa kesepian dirumah yang luas ini. Dan entah mengapa dirinya merasa ingin bertemu dengan Dani. Lelaki itu sangat baik dan rasanya nyaman saja jika ia berada didekat Dani. 

Karen senyum-senyum sendiri membayangkan awal pertemuannya dengan agen Spanyol itu. Ah, cupid kau sudah menembakan salah satu panahmu itu padaku.

bersambung....

5 komentar:

  1. Meski nunggu lama ttep seru. Kpan nih suasananya memanas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah, terimakasih :) di part selanjutnya yaa :)

      Hapus
  2. kok pendek sih, *cerewet* oh ya, Lorenzo nggak punya pasangan sendiri ya :D ditunggu nextnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. hah, iya? aa maaf pendek :( ntar part selanjutnya gak akan pendek kok hihiii.. Lorenzo gamau kalau pacarnya itu disalah gunakan oleh penjahat di luar sana haha :D thanks yaa udah baca :)

      Hapus
  3. Halo, saya Edwin. Langsung saja. Saya ingin menanyakan beberapa hal pada anda. Tolong, saya ingin tahu email atau nomor hp atau pin bbmu. Atau anda bisa membalas ke email saya. Edwinfnurin@gmail.com terima kasih sebelumnya.

    BalasHapus